Wang Wu Xie hidup damai bersama keluarganya di perbatasan dunia fana dan dunia kultivasi. Namun jauh di dalam hatinya, tumbuh kerinduan akan dunia yang lebih luas dan keinginan untuk menapaki jalan keabadian.
Suatu malam, ia bermimpi tentang sosok misterius yang melawan tiga tetua sekte besar demi mempertahankan Pusaka Penentang Langit dan Kitab Reinkarnasi. Mimpi itu terasa terlalu nyata untuk sekadar bunga tidur.
Siapa sebenarnya sosok dalam mimpi itu? Apa hubungannya dengan darah Wang Wu Xie sendiri?
Pertanyaan-pertanyaan itu akan menyeretnya menuju takdir yang tidak pernah ia bayangkan.
Penuh ketegangan dan intrik, jadi ikuti misteri yang ada dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hamtaro Dasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10 - Keluarga Wang
“Adik Wu Xie?” Wang Feng mengerutkan kening.
Wang Wu Xie tidak menjawab. Pandangannya terpaku pada sebuah bangunan yang letaknya agak terpisah dari kediaman utama keluarga Wang. Dinding bangunan itu terbuat dari kayu tua berwarna gelap dan dihiasi oleh lentera dari batu. Dari kejauhan, Wang Wu Xie seakan bisa merasakan suasana sunyi yang berbeda dari tempat yang selama ini ia lewati.
"Adik Wu Xie? Kau mau ke mana?"
Tanpa menjawab pertanyaan Wang Feng, Wang Wu Xie melangkah menuju bangunan itu. Wang Feng mengikutinya, namun tidak butuh waktu lama sampai raut wajahnya perlahan berubah, seolah mengerti ke mana arah langkah tersebut.
Di ambang pintu, Wang Wu Xie bisa mencium aroma dupa yang samar. Dia pun mengulurkan tangan dan perlahan membuka pintu bangunan di hadapannya. Ruangan itu memiliki tampilan yang sederhana, namun penuh wibawa. Ada altar kayu dengan deretan papan nama yang disusun rapi dan kain putih di beberapa sudut yang mengisyaratkan bekas upacara pemakaman.
Jantung Wang Wu Xie berdetak lebih cepat, apalagi ketika tatapannya tertuju pada papan kayu yang bertuliskan nama Wang Bo dan Wang Ren, dua sosok yang jelas sangat ia kenali.
Jari Wang Wu Xie terangkat sedikit, seolah ingin menyentuh papan itu, namun berhenti di tengah jalan. Wang Feng yang berada di belakang Wang Wu Xie hanya bisa terdiam dengan pandangan yang tertunduk.
"Adik Wu Xie, tempat ini..." suara Wang Feng pelan, nyaris berbisik. Dia sebenarnya tidak ingin Wang Wu Xie tahu tempat ini, namun juga tidak berani menghentikannya.
"Kapan... Pemakamannya dilakukan?" Wang Wu Xie akhirnya buka suara. Dia membuat Wang Feng menatapnya.
"Itu... Sekitar dua minggu yang lalu-!" Wang Feng belum menyelesaikan kalimatnya ketika Wang Wu Xie tiba-tiba saja jatuh berlutut.
Sebuah isakan kecil lolos dari bibir anak laki-laki berusia 13 Tahun itu, bahkan bergema lirih di ruangan yang sunyi ini. Bahu Wang Wu Xie bergetar dan kedua tangannya terkepal di lantai kayu.
"Ayah.... Kakek..." suara Wang Wu Xie pecah, nyaris tidak terdengar. "Aku... Anak yang tidak berbakti..."
Kata-kata itu keluar terputus-putus, seperti duri yang menancap di tenggorokannya. Wang Wu Xie berujar, "Aku bahkan... Tidak bisa melihat wajah kalian... Dan bahkan tidak bisa untuk mengantar kepergian kalian. Ayah... Kakek..."
Wang Feng berdiri di belakangnya dan terdiam dalam waktu lama. Dia tahu bahwa tidak ada kalimat penghiburan yang bisa menghapus rasa bersalah seperti itu.
"Adik Wu Xie..."Wang Feng perlahan berjongkok dan meletakkan tangan di bahu Wang Wu Xie. Dia berujar pelan, "Paman Wang Ren dan kakek Wang Bo tidak akan pernah menganggapmu tidak berbakti. Kau sendiri sudah mengalami begitu banyak kesulitan, jadi aku yakin bahwa mereka... Tidak mungkin menyalahkanmu."
Wang Wu Xie menggeleng lemah, air matanya terlihat jatuh membasahi lantai. Namun ia tidak menepis sentuhan Wang Feng sama sekali. Hening pun kembali mengisi ruangan dan yang tersisa adalah aroma dupa yang perlahan memudar.
"Apa yang terjadi pada kakek Wang Bo dan paman Wang Ren merupakan kehendak langit." Wang Feng kembali buka suara, "Takdir terkadang kejam... Dan bahkan tidak seorang pun yang bisa lari darinya,"
Kata-kata Wang Feng barusan terdengar seperti bilah dingin di dada Wang Wu Xie. Dari balik tatapan sayunya, seakan bara kecil mulai menyala. Ia menggertakkan gigi dalam diam, menelan segala luka dan air mata yang menggenang.
Jika takdir menyedihkan ini datang dari langit, maka kultivator Sekte Iblis Hitam adalah tangan yang mengirimkannya. Dan untuk itu… Wang Wu Xie bersumpah akan mengembalikan semuanya kepada mereka, bahkan dengan harga yang jauh lebih besar.
*
*
Musim panas perlahan berjalan dan seminggu sudah berlalu sejak Wang Wu Xie tinggal di kediaman keluarga Wang. Hari-hari yang ia lewati di tempat ini terasa jauh berbeda bila dibandingkan dengan kelamnya tambang Sekte Iblis Hitam.
Koridor batu yang panjang dan halaman dengan pohon plum yang tua, serta suara pelayan yang bercakap-cakap di kejauhan... Semua itu kini tidak lagi terasa asing bagi Wang Wu Xie. Bahkan hampir setiap hari ia melewati tempat ini bersama salah seorang sepupunya.
Wang Qing He, gadis lembut berusia 15 Tahun, kerap menggandeng tangannya menuju pasar. Sikapnya benar-benar seperti seorang kakak perempuan yang selalu tahu apa yang dirinya butuhkan.
Kemudian, ada Wang Yuan. Adik sepupunya yang berusia 12 Tahun, gadis ini sering kali merengek bila Wang Wu Xie menolak menemaninya bermain. Anehnya, ia justru merasa nyaman dengan sikap manja itu karena mengingatkan pada hangatnya keluarga kecil di Desa Bai Shui.
Ada pula Wang Liang Yu, anak laki-laki berusia 12 Tahun. Tawa riangnya nyaring terdengar di halaman setiap kali mereka berlatih pukulan dasar. Wang Wu Xie sering teringat pada Jie’Er, sahabat lamanya, setiap kali melihat Wang Liang Yu berlari dengan penuh semangat tanpa rasa takut.
Sedangkan Wang Feng berbeda dari mereka semua. Meskipun ramah, namun ia jarang mengajak Wang Wu Xie bersantai. Justru Wang Feng sering menariknya ke halaman latihan, bahkan memaksanya untuk ikut dalam latihan dasar bela diri hingga ia keringat deras.
Dari Wang Feng-lah... Wang Wu Xie mengetahui tentang silsilah keluarga Wang dan tentang kakak sepupu pertama mereka yang kini sudah menjadi kultivator.
Di samping itu, bukan hanya anggota keluarga Wang yang mengisi hari-hari Wang Wu Xie. Bai Yue pun semakin sering hadir. Kultivator dari Sekte Teratai Putih itu awalnya hanya datang sesekali, tapi kini kunjungannya terasa nyaris rutin.
Sore itu mereka duduk di halaman belakang kediaman Wang dan di bawah naungan pohon plum tua. Wang Wu Xie cukup lama terdiam sebelum akhirnya memberanikan diri bertanya, "Apa kau tidak punya misi lain?"
Bai Yue menoleh padanya. Senyum cerah terbit di wajahnya, "Ini pertama kalinya kau yang memulai pembicaraan. Biasanya, aku yang bercerita, sementara kau hanya diam. Ada apa sekarang? Mungkinkah kau sudah mulai membuka hatimu?"
Tanpa menoleh, Wang Wu Xie menjawab. "Itu karena setiap kali datang.. Kau hanya menemui ibuku dan aku. Kau tidak mencari anggota keluarga Wang yang lain,"
Wang Wu Xie berkata, "Jika semua ini hanya karena rasa kasihan atau simpati... Maka kau bisa menghentikannya. Aku dan ibuku sudah baik-baik saja sekarang,"
Bai Yue terdiam sejenak. Hembusan angin sore menyibakkan helaian rambutnya, tapi senyum di wajah cantiknya sama sekali tidak pudar. Ada cahaya lembut di matanya dan seakan kata-kata Wang Wu Xie barusan tidak mengguncang hatinya sedikit pun.
"Aku menyukai bibi Yun Mei," Bai Yue perlahan mengulurkan tangan. Kelopak bunga plum berputar lembut di antara jari-jarinya saat ia melanjutkan, "Aku tidak datang karena rasa simpati atau kasihan. Bagiku... Bibi Yun Mei adalah penyelamat. Aku berhutang budi padanya. Karena itulah aku datang,"
Wang Wu Xie menoleh sejenak ke arah Bai Yue, namun tidak mengatakan apa-apa. Hatinya sempat bergetar, tapi ia menahan diri agar wajahnya tetap datar.
Kelopak bunga plum menyebar saat Bai Yue melambaikan tangannya perlahan. Dia pun menoleh ke arah Wang Wu Xie dan kembali berkata, "Aku melihat bahwa kau sudah sering berlatih belakang ini. Apa kau... Ingin menjadi kultivator?"
"Aku tidak pernah membicarakan ini sebelumnya," Bai Yue berujar. "Tapi karena kau berkata sudah baik-baik saja... Maka akan kukatakan sekarang. Jika kau mau menapaki jalan kultivator... Maka aku akan mengajarimu,"
******
Perjalanan MC di mulai dari nol,,, sehingga terlihat seperti real,, bukan sekedar fiksi
Dan tinggalkan jejak 👣👣👣👣
Semangat 💪💪💓💓
Jangan berhenti,,,, raihlah apa yang jadi mimpi mu.....
Ingatlah,,,, sukses berawal dari mimpi....
Meskipun tak menyukai Wu Xie,,,, nyatanya masih perduli,,, meskipun mungkin hanya untuk menjaga martabat keluarga Wang di mata umum,,,,
hehehehe 😁😁😁😁
Kenapa begitu panik...?!
Klo kematiannya begitu miris,, maka aku harap itu bukan Xiao Shuxiang, thor...
Cari tokoh lain aja,,, aku ngga rela Xiao Shuxiang di cabik-cabik...