NovelToon NovelToon
Lies Of Marriage

Lies Of Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Pelakor / Romansa / POV Pelakor / Pihak Ketiga
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Poporing

Liana adalah seorang wanita yang paling berbahagia karena ia bisa menikah dengan lelaki pujaannya, Yudistira. Hidupnya lengkap dengan fasilitas, suami mapan dan sahabat yang selalu ada untuknya, juga orang tua yang selalu mendukung.
Namun, apa yang terjadi kalau pernikahan itu harus terancam bubar saat Liana mengetahui kalau sang suami bermain api dengan sahabat baiknya, Tiara. Lebih menyakitkan lagi dia tahu Tiara ternyata hamil, sama seperti dirinya.
Tapi Yudistira sama sekali tak bergeming dan mengatakan semua adalah kebohongan dan dia lelah berpura-pura mencintai Liana.
Apa yang akan dilakukan oleh Liana ketika terjebak dalam pengkhianatan besar ini?

"Aku gak pernah cinta sama kamu! Orang yang aku cintai adalah Tiara!"

"Kenapa kalian bohong kepadaku?"

"Na, maaf tapi kami takut kamu akan...."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poporing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 5 : Dua wanita yang terluka

Yudistira segera berlari untuk menemui Tiara di area parkiran mobil. Dia merasa sesuatu telah terjadi, karena dari nada suaranya saja Tiara terdengar gemetar dan ketakutan.

Sesampainya di sana ia terkejut melihat wanita itu sudah terduduk lemas di depan pintu mobil.

"TIARA??!"

Suara teriakannya cukup membuat orang sekitar menoleh ke arahnya seketika. Yudistira menerjang tubuh Tiara yang terkulai lemas. Tanpa pikir panjang ia segera menggendong wanita itu dan dibawa masuk ke dalam mobil.

Kejadian ini tak hanya disaksikan oleh orang-orang yang berada di area parkir tapi juga Liana yang ternyata juga ada di sana dan menyaksikan betapa cemasnya raut wajah Yudistira saat menggendong tubuh Tiara ke dalam pelukannya.

"Sabar ya, Ra. Kita ke rumah sakit sekarang," ujar Yudistira saat melihat Tiara tengah meringis di dalam mobil.

Mobil itu pun berlalu, melaju dengan begitu cepat meninggalkan area parkiran mall. Sementara Liana hanya bisa berdiri dalam diam melihat lelaki yang dicintainya pergi bersama wanita lain. Rasanya begitu sakit dan hancur. Semua emosi itu harus dipendamnya kuat-kuat agar tidak pecah ke permukaan dan menjadi tontonan. Akhirnya dia pun memutuskan untuk pulang....

Sementara itu Yudistira yang bergegas menuju ke rumah sakit, berulang-kali menenangkan Tiara yang panik.

"Aku gak mau kehilangan anak kita, Mas!" Ujarnya lirih sembari menangis.

"Kamu tenang ya, sayang." Yudis menggenggam erat tangan Tiara, seolah ia sedang memberikan kekuatan bagi wanita itu. "Sebentar lagi kita bakalan sampai, tahan ya dan jangan mikir macam-macam. Pokoknya kamu sama anak kita bakal baik-baik aja." Ah, Yudis bersikap layaknya seorang suami yang begitu perhatian kepada istri, tapi apa pandangan orang setelah tahu mengenai status mereka??? Dibalik kepeduliannya ada perasaan wanita lain yang tersakiti. Liana....

...----------------...

Sementara itu Liana berjalan seorang diri penuh kesakitan menuju ke arah mobilnya yang juga terparkir tidak jauh dari sana. Tubuhnya lemas melihat suaminya sendiri memeluk wanita lain.

Ia berhenti di bagian depan mobilnya dengan tubuh membungkuk. Sebelah tangannya meremas bagian tengah dadanya. Rasa sakit akibat pengkhianatan dua orang yang begitu ia percaya membuat dunianya seakan telah runtuh.

"Hah..., hah..., hah...." Liana mencoba bernapas diantara sesak yang terlalu memenuhi ruang hatinya hingga ia jadi tersengal-sengal.

Tak lama tubuhnya ambruk di depan mobilnya sendiri. Untungnya saat itu ada seseorang yang melihat Liana pingsan. Pria itu dengan sigap menghampiri Liana yang tak sadarkan diri.

"Nona? Nona sadarlah!" Ia mencoba membangunkan wanita yang tengah tergeletak dengan mata terpejam itu, tetapi nihil.

Ia, melihat ke sekeliling, mencoba untuk mencari bantuan, tapi semua orang yang berkerumun tadi sudah pergi. Akhirnya ia berdiri mencoba untuk membuka pintu mobil milik si wanita tapi terkunci.

"Aduh, bagaimana ini...?" Ujarnya kebingungan dengan pandangan yang mengedar sampai ia melihat seorang wanita paruh-baya melintas.

"Ah, Bu! Tunggu sebentar, Bu!" Pria itu berlari mengejar wanita berumur tadi.

"Ada apa ya??" Tanya si wanita saat dihampiri oleh pria itu dengan tatapan menyelidik.

"Di sana ada wanita yang pingsan, Ibu bawa minyak angin atau sejenisnya yang bisa saya pinjam?" Ucapnya sambil menunjuk ke arah tempat Liana pingsan.

"Oh, ada, saya bawa! Mana orangnya?" Respon wanita itu seketika berubah. Ia malah bersedia membantu langsung.

"Mari ikut saya."

Pria itu membawa si wanita ke tempat Liana yang masih pingsan dengan tubuh tergeletak ke samping.

"Astaga, kasihan sekali. Coba kamu bantu dia, pegangin, saya yang kasih minyak anginnya!" Wanita itu langsung menunjuk ke arah si pria untuk memegangi tubuh Liana.

Pria itu dengan sigap melakukan apa yang disuruh oleh wanita tersebut. Ia segera menarik perlahan tubuh Liana untuk bersandar kepada dirinya, sementara wanita itu membungkuk dan mengeluarkan sejenis botol kecil yang didekatkan ke hidung Liana beberapa kali.

Untung saja setelah beberapa saat Liana tersadar. Tubuhnya tersentak, matanya mulai terbuka perlahan-lahan....

"Hm..., apa yang terjadi...?" Ia terlihat masih linglung dan kepalanya sedikit berputar.

"Saya menemukan anda pingsan tadi," ucap pria itu yang ada di samping Liana.

Liana menoleh ke samping dan terkejut saat melihat posisinya terlalu dekat dengan si pria, bahkan terkesan seperti sedang dipeluk. Cepat-cepat ia langsung menggeser tubuhnya untuk menjauh.

"Ma-maaf, umm..., terimakasih...," balasnya dengan rasa sungkan kepada pria itu karena telah merepotkan.

"Gimana? Sudah merasa enakan belum? Mau saya belikan obat??" Wanita itu menawarkan bantuan dengan ramah kepada Liana.

"Ah, tidak terimakasih, saya sudah merasa baikan," ucap Liana sambil tersenyum dengan wajahnya yang masih terlihat agak pucat.

Sekilas wanita itu melirik si pria yang masih ada duduk di sebelah Liana, seperti memberikan sebuah kode. Tak lama pria itu berdiri dan entah pergi kemana, sementara wanita itu membantu Liana berdiri.

"Bangun dulu, duduk di bawah lama-lama kotor lho," ujarnya sambil memegangi tangan Liana, menariknya pelan-pelan untuk bangun.

"Terimakasih, Bu...," ujar Liana sekali lagi yang sebenarnya masih merasa lemas.

Lalu pria itu kembali datang, ia membawa sebotol air mineral dan langsung diberikan kepada Liana.

"Minum dulu biar mendingan," ujarnya dan menyerahkan botol minuman tersebut kepada Liana.

"Ya, terimakasih...." Lagi-lagi hanya ucapan itu yang bisa keluar dari bibir Liana.

"Ayo diminum." Wanita itu menyuruh Liana untuk segera minum.

Ia tak menolak dan meminum air pemberian pria tersebut beberapa kali teguk seperti orang yang kehausan, dan dalam sekejap air yang tadinya terisi penuh kini sisa setengahnya.

"Sudah merasa lebih baik?" Tanya wanita itu sambil menepuk pelan pundak Liana.

"Hmm, Iya, jauh lebih baik dari yang tadi." Liana menutup botol air minum itu dan dikembalikannya lagi kepada si pria.

"Kalau begitu saya permisi dulu ya, hati-hati kalau menyetir, dibawa pelan saja, takutnya masih pusing." Wanita itu pun pergi setelah menasehati Liana untuk berkendara lebih hati-hati nanti.

"Saya juga permisi dulu, mari," ucap si pria dengan senyum tipis. Ia mengangguk sopan kepada Liana dan beranjak pergi.

Liana menghela napasnya perlahan lalu mengeluarkan kunci mobilnya untuk membuka pintu.

Setelah berada di dalam kemudi ia terdiam. Masih teringat akan bayangan bagaimana Yudis memperlakukan Tiara tadi. Ironis, dua orang yang bahkan tak dikenalnya bisa menunjukkan rasa kepedulian yang lebih baik daripada suaminya sendiri.

Namun ditahannya rasa sesak itu saat ini. Dia harus pulang dan fokus di jalan. Pokoknya dia berencana untuk membicarakan hal ini kepada Yudistira, itu pun kalau dia pulang malam ini.

Sementara di rumah sakit, kelihatannya keadaan Tiara baik-baik saja. Wanita itu terlihat tengah duduk sambil dipeluk oleh Yudis dengan erat.

Tiara masih menangis tapi dengan ekspresi lega, karena bayinya masih selamat dan tidak terjadi apa-apa. Yudis begitu setia mendampingi Tiara. Mengusap rambutnya serta kecupan hangat.

"Syukurlah Mas, anak kita baik-baik saja." Tiara tak berhenti mengucapkan syukur sedari-tadi.

"Iya, sayang...," balas Yudis dengan mesra.

"Lain kali tolong lebih diperhatikan lagi ya kandungannya Bapak, Ibu...," ucap sang dokter memberi nasihat.

Apa yang akan terjadi selanjutnya setelah ini?? Apa yang akan dilakukan oleh Liana setelah mengetahui rahasia Yudis dan Tiara selama ini?

.

.

.

Bersambung....

1
sutiasih kasih
klo km ngotot cerai.... setidaknya punya lah hrga diri yudis.... srcara sadar keluar dri zona nyamanmu slm ini yg mmberimu ketenaran karir...
dan saat nanti trbukti liana memang hamil.... jgn lgi ada kta mnyesal yg berujung mngusik ketenangan hidup liana dan anknya....🙄🙄
dan untuk liana.... brhenti jdi perempuan bodoh jdi jdi pngemis cinta dri laki" yg g punya hati jga otak...
jgn km sia"kn air matamu untuk mnangisi yudis sialan itu..
sutiasih kasih
knapa km msih mau prtahanin laki" macam yudis....
sdh tau km tak prnah di anggp.... bhkn km matpun yudis g akn sedih liana....
justru klo yudis km buang.... yg bkalan hidup susah itu dia dan gundiknya...
yudis manusia tak tau diri.... g mau lepasin km krna dia butuh materi untuk kelangsungan hidup gundik dan calon anaknya...
jdi... jgn lm" untuk mmbuang kuman pnyakit...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!