My Cold Husband
"Aku hanya ingin tau, aku hanya ingin jawaban, kenapa kamu melakukan ini padaku" Lirih gadis itu dengan mata berkaca-kaca.
Setiap malam, gadis itu melamun, menatap kosong punggung suaminya yang tengah terlelap. Menatap punggung suaminya yang satu kalipun tidak pernah menghadap kearahnya ketika mereka terlelap.
Sudah satu tahun mereka menikah, tapi rasanya tidak ada yang berubah. Anindhiya, seorang gadis yang berusia sembilan belas tahun itu masih merasa sama seperti sebelumnya. Anin tetap saja merasa hidup sendiri, sepi, sunyi, tanpa adanya seorang suami. Padalah dirinya sudah menikah dari satu tahun yang lalu.
Setiap hari Anin berharap, semua ini akan cepat berakhir. Anin berharap segera mendapatkan jawaban dari suaminya. Tetapi apakah bisa, apakah bisa semua itu akan menjadi nyata? bahkan ini sudah satu tahun kebersamaan mereka, tapi Anin masih saja merasa tidak ada yang berubah. Mereka bahkan seperti orang asing yang tinggal di atap yang sama.
"Selamat terlelap, semoga hari esokmu menyenangkan" Lirih Anin tersenyum sendu. Gadis itu menatap punggung suaminya sesaat. Detik kemudian, Anin menarik selimut putih yang semula hanya menutupi sebagian kakinya, Perlahan, Anin memejamkan mata untuk mengistirahatkan hatinya yang selalu saja terluka. Hanya punggung, ya hanya punggung laki-laki yang berstatus suaminya itu yang selalu Anin tatap tiap kali akan terlelap.
***
Pagi hari, Anin sudah siap untuk berangkat ke kampus. Gadis itu segera turun ke lantai bawah setelah sedikit berdandan. Anin berjalan perlahan menuju meja makan.
"Selamat pagi Stev" Sapa Anin tersenyum, kemudian, Anin segera duduk di kursi kosong yang ada di depan Stevan.
"Hm" Hanya itu yang disahuti oleh pria yang bernama Stevan. Ya, Stevan adalah suami Anin. Pria yang seusia dengan Anin, pria yang masih berusia sembilan belas tahun itu bahkan tidak memalingkan pandangannya sedikitpun pada Anin yang berada tepat di depan matanya. Pria itu hanya menunduk, menikmati makanannya sendiri.
"Hari ini kamu ada kuliah pagi juga?" Tanya Anin.
"Hm" Lagi, dan lagi, hanya kata hm yang diucapkan oleh Stevan tanpa menoleh sedikitpun ke arah Anin.
"Oo gitu... Selamat makan" Ucap Anin ragu. Anin dengan cepat menyantap makanan yang ada di hadapannya, makanan yang sudah disiapkan oleh Bi Ana dengan suasana hati yang sangat tidak baik. Jujur saja, hati Anin terluka, inilah yang setiap hari Anin rasakan selama satu tahun belakangan. Menahan sesak di dadanya tanpa ingin bercerita pada siapa-siapa, bahkan pada ibunya sendiri.
Anin sama sekali tidak mau menceritakan apapun yang ia hadapi dengan Stevan pada orang lain, apalagi kepada Bunda dan keluarganya. Karena Anin tidak ingin orang-orang berfikiran buruk dan membenci Stevan sementara Anin sendiri belum tahu pasti kenapa pria itu melakukan semuanya pada Anin. Meminta Anin menjadi istrinya lalu mengabaikan gadis itu begitu saja.
Setiap kali Bunda Anin menanyakan tentang keadaan Anin dan Stevan, maka Anin akan selalu menjawab bahwa mereka baik-baik saja dan hidup bahagia. Anin sama sekali tidak pernah menceritakan apa yang ia alami dengan Stevan pada keluarganya.
Bunda Anin, maupun Mama Stevan tentu saja percaya. Karena dulu, saat Stevan meminta Anin untuk menjadi istrinya, pria itu benar-benar terlihat sangat serius dan benar-benar terlihat sangat mencintai Anin.
Flashback Masa SMA
Anin adalah seorang siswa yang mendapat beasiswa di salah satu sekolah Favorit yang ada di Jakarta. Pada saat itu Anin memang hidup jauh dari keluarganya. Anin yang mulanya tinggal di jogja, harus hidup sendiri demi bersekolah di Jakarta untuk mencapai cita-citanya. Anin bisa sekolah di sana juga karena gadis itu mendapatkan beasiswa dengan prestasi yang ia miliki.
"Bun, plis... izinin Anin ya. Anin pengen banget nanti kuliah kesehatan Bun. Anin pengen jadi orang sukses, Anin mau bahagiain Bunda dan bikin Bunda bangga. Plis bun, izinin Anin ya" Mohon Anin pada sang Bunda.
"Nin, kalo kamu mau masuk kuliah dengan jurusan yang berhubungan dengan kesehatan, disini juga banyak sayang. Kamu nggak perlu jauh-jauh ke Jakarta sendirian." Jelas Dini Bunda Anin.
"Bun, Anin tau. Tapi kalo sekolahnya di Jakarta bakalan lebih gampang juga masuk kuliahnya. Anin mohon Bun"
"Nin, Jakarta itu bahaya buat kamu. Disana pergaulannya terlalu bebas. Bunda nggak mau nanti kamu kenapa-napa. Dan Bunda juga nggak mau setelah kamu sekolah disana kamu justru jadi ikut-ikutan sama anak-anak bandel."
"Bun, nggak semua anak-anak di Jakarta itu bandel Bun. Bunda sih keseringan nonton sinetron yang bandelnya doang" Celetuk Anin. "Anin janji sama Bunda, Anin janji akan jaga diri. Karena tujuan Anin kesana benar-benar buat belajar Bun, bukan untuk yang lainnya" Ucap Anin memohon dan mencoba meyakinkan sang Bunda.
Pada saat itu, Anin benar-benar ingin sekali melanjutkan sekolah SMA nya di Jakarta. Sementara Bunda Anin yang tinggal di Jogja tidak memberikan izin dan tidak mau melepaskan putri satu-satunya itu. Ibu mana yang tidak mengkhawatirkan anaknya jika harus bersekolah di kota besar itu sendirian? Di kota Besar yang menurut Bunda Anin masih sangat bahaya untuk melepas Anin seorang diri.
Namun, Anin sama sekali tidak pernah menyerah. Anin tetap bersikeras dan mencoba segala hal agar dirinya mendapat beasiswa ke Jakarta. Hingga akhirnya, Bunda Anin akhirnya pasrah. Dini memberikan izin pada Anin karena Alhamdulillah gadis itu tinggal di asrama.
Saat itu Anin benar-benar merasa bahagia. Akhirnya gadis itu perlahan bisa mewujudkan mimpinya. Anin akhirnya diterima di sekolah Favorit, sekolah dimana tempat anak-anak pintar dan kaum atas berada.
Dari awal Anin masuk ke sekolah tersebut, Anin sudah meraskan ketertarikan pada salah satu temanya, yaitu Stevan. Pria yang kini menjadi suami Anin. Pada saat itu, Stevan dikenal sebagai pria dingin, jarang bergaul dan sangat sombong plus songong melebihi langit dan bumi.
Namun, seorang Anin, tetap saja tidak pernah mengemis cinta, meskipun dirinya menyukai Stevan. Anin juga sadar siapa dirinya dan dari mana ia berasal. Anin hanya sekedar mengagumi. Gadis itu hanya bisa mencintai Stevan yang ia fikir saat itu tidak akan bisa ia miliki dalam diam.
Setiap ada waktu, setiap bertemu dan berpapasan jalan dengan Stevan, Anin selalu saja mencuri pandang pada pria tersebut. Namun, dibalik semua itu, Anin tak pernah lupa dengan tujuan utama dirinya datang ke Jakarta.
Anin tetap mendahulukan belajar sebagai prioritasnya. Karena gadis itu tidak ingin mengecewakan sang Bunda yang sudah percaya pada dirinya. Anin memang bernuat sekali ingin menjadi perawat. Sebenarnya Dokter sih, tapi Anin lebih sadar diri. Untuk kuliah jurusan keperawatan saja dirinya harus mati-matian mencari beasiswa. Apalagi jurusan kedokteran. Dan Anin cukup tau diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
istrinya THV 🐻💜
masi awal aja uda nyesek 😑
2022-06-06
0
Royanah
suka nih sama cowok cool,gregetan gmn gituu
2021-11-27
0
Fiinissa 🖤
udah lama masuk di list paporit, tapi baru kali ini sempet mampirnyaa 😁 misiii numpang baca ahh 😅
2021-11-24
1