Setelah kepergian Dean, sahabatnya, Nando dihadapkan pada permintaan terakhir yang tidak pernah ia bayangkan, menikahi Alea, istri Dean. Dengan berat hati, Nando menerima permintaan itu, berharap bisa menjalani perannya sebagai suami dengan baik.
Namun, bayangan masa lalu terus menghantuinya. Arin, wanita yang pernah mengisi hatinya, masih terlalu nyata dalam ingatannya. Semakin ia mencoba melupakan, semakin kuat perasaan itu mencengkeramnya.
Di antara pernikahan yang terjalin karena janji dan hati yang masih terjebak di masa lalu, Nando harus menghadapi dilema terbesar dalam hidupnya. Akankah ia benar-benar mampu mencintai Alea, atau justru tetap terjebak dalam bayang-bayang Arin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Magang
Alea melangkah masuk ke gedung kantor dengan perasaan campur aduk, antara gugup, penasaran, dan sedikit canggung. Begitu pintu lobi terbuka, sorot matanya langsung menangkap Jojo yang sudah melambai heboh ke arahnya.
"Lea!!” seru Jojo exited.
"Gak usah tegang gitu, orang-orang di sini baik semua. Apalagi gue, paling baik!” canda Jojo sambil menggandeng tangan Alea dan membawanya masuk ke dalam area kantor.
Alea dan jojo memang teman satu angkatan saat kuliah dulu, namun jalan hidup membuat Alea sedikit tertinggal karena cuti panjangnya setelah kepergian Dean.
"Selamat siang, Mbak,” sapa satpam di depan pintu, menyapa alea dan jojo dengan ramah.
"Siang, Pak,” jawab Alea sopan.
Jojo segera menempelkan ID card miliknyA ke mesin pemindai, pintu itu terbuka, dan mereka menuju lift. Di dalam, Jojo menekan tombol lantai 20 sambil melirik Alea yang masih tampak gugup.
"Nanti pembimbing lo gue sendiri, jadi santai aja, Al. Lo aman bareng gue,” kata Jojo. “Di kantor ini orangnya asik-asik. Divisi gue tuh isinya setengahnya orang kocak. Ya, walau di bagian kesekretariatan ada lah satu dua yang suka bikin ilfeel.”
Jojo mendekat sedikit ke arah alea, berbisik pelan di telinga temannya itu. "Bos kita ganteng banget, lo harus liat. Tapi ya, orangnya sibuk. Jarang banget muncul ke kantor kalau gak ada meeting penting.”
"Tapi, tenang aja, suami lo tetep jauh lebih ganteng daripada pak gio. Jadi gak akan ngefek kalau lo liat dia.”
Lift berbunyi, pintu lift mulai terbuka, memperlihatkan suasana lantai 20 yang sibuk . Orang-orang hilir membawa berkas, ada yang duduk di bilik sambil tertawa kecil, dan suara keyboard terdengar bersahutan.
Seorang laki laki dengan senyum lebar mendekat.
"Alea, ya?” sapanya sambil menjabat tangan Alea. “Gue Dipa, bagian keuangan. Jojo udah cerita banyak soal lo.”
"Eh, kenalannya nanti aja, Dip. Temen gue emang cantik, tapi, jangan sampe lo lupa kedip!” ucap Jojo. “Sekarang kita ke ruangan HR dulu ya, Al.”
Jojo menarik tangan alea, membawanya pergi ke ruangan HRD. di depan ruang HR, Jojo mengetuk pintu pelan. "Masuk!” terdengar dari dalam. Pintu ruangan itu tiba tiba terbuka lebar, disambut pria berkacamata dengan wajah ramah.
"Nah ini dia yang dari tadi sama tungguin,” katanya. “Duduk, ayo duduk.”
"Pak, ini yang namanya Alea, yang kemarin sempet saya ceritain ke bapak,” kata Jojo.
"Ooooo ini yang namanya, Alea,” sambut Pak Cio. "Nanti kita briefing dulu ya sebelum kamu praktek langsung ke lapangan. Kamu ada yang mau ditanya dulu?”
"Untuk sekarang belum ada, pak. Mungkin saya langsung dibriefing aja,” jawab Alea sopan.
"Jadi, kamu nanti bakalan masuk di divisi Finance and Accounting Tax. Pembimbingnya Jojo, jadi apa-apa tanya aja sama dia. Jangan sungkan.”
Pak cio menatap Jojo dengan tatapan serius.
"Inget, Jo. Jangan nakut-nakutin Alea. Kalau sampe Alea ngadu sambil nangis ke gue, awas aja lo!”
Jojo mengacungkan tangan. “Siap, Pak. Gak bakal.”
"Di kantor ini simple, cuma ada dua aturan utama. Satu, kamu jangan takut nanya. Yang kedua, kamu jangan lupa makan siang. Soal kerjaan? Nanti kita belajar bareng. Yang penting happy, biar kerja juga enak.”
"Magang disini dibuat have fun aja, jangan dibawa tegang,"
"Semoga kamu bisa beradaptasi sama orang orang unik di kantor ini ya, Al. "
Alea mengangguk dan tersenyum tipis. "Terima kasih banyak, Pak.”
-
Jam menunjukkan pukul dua belas siang. Suasana kantor mulai lengang karena sebagian besar karyawan sedang menikmati jam istirahat. Di sudut kantin kantor, Alea dan Jojo duduk berhadapan sambil menikmati es krim cup yang baru saja dibeli di kantin kantor.
"Lo beneran udah diizinin sama Kak Nando kan buat magang di sini?" tanya Jojo , menatap Alea yang tengah duduk di depannya.
"Gue udah izin kok, Jo. Tenang aja."
"Gue nggak mau deh kalau sampai Kak Nando ngamuk ke gue gara-gara ngajakin lo magang di sini," tambah Jojo, nadanya jelas khawatir.
"Beneran kan?" tanya Jojo lagi, menekankan pertanyaannya.
"Beneran, Jojo. Lo kenapa sih kayak takut gitu?"
Jojo menghela napas, menyeruput sisa es krimnya. "Ya, gue sekarang lumayan takut sama suami lo. Kayaknya dia posesif banget sama setiap apa yang lo lakuin. Gue takutnya, dengan lo mutusin buat magang di sini, rumah tangga lo jadi bermasalah."
"Akhir-akhir ini memang ada masalah. Kemarin malam juga gue pulang ke rumah Mama," ucapnya jujur. "Tapi lo tenang aja, Jo. Sebelum gue mutusin datang ke kantor ini, gue beneran udah izin kok. Dan diizinin juga."
"Jangan berantem lama-lama deh. Nanti ponakan gue jadinya bakalan lama."
"Pulang dari sini lo harus langsung pulang, pulang ke rumah lo sama Nando. Al, istri yang baik itu harus nurut kan sama suaminya? Ya meskipun gue belum nikah, tapi gue tau kok kalau nurut sama suami itu pahalanya gede banget."