NovelToon NovelToon
PULAU HANTU

PULAU HANTU

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Horror Thriller-Horror / Iblis / Keluarga / Tumbal
Popularitas:871
Nilai: 5
Nama Author: ilalangbuana

Pak jono seorang pedagang gorengan yang bangkrut akibat pandemi.
menerima tawaran kerja sebagai nelayan dengan gaji besar,Namun nasib buruk menimpanya ketika kapalnya meledak di kawasan ranjau laut.
Mereka Terombang-ambing di lautan, lalu ia dan beberapa awak kapal terdampar di pulau terpencil yang dihuni suku kanibal.
Tanpa skill dan kemampuan bertahan hidup,Pak Jono harus berusaha menghadapi kelaparan, penyakit,dan ancaman suku pemakan manusia....Akankah ia dan kawan-kawannya selamat? atau justru menjadi santapan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilalangbuana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

botol dan secercah harapan

Langit pagi di atas pulau asing itu tampak pucat kebiruan,awan tipis menggantung tak menentu. Aroma lembap dari tanah basah dan dedaunan yang mulai mengering menusuk hidung.Setelah sepekan lebih bertahan hidup dengan kondisi serba terbatas, akhirnya hari ini menjadi momen penting bagi Pak Jono dan rekan-rekannya.

Kondisi Pak Jono menunjukkan kemajuan signifikan. Luka bakarnya mulai mengering, kulitnya tidak lagi bernanah dan demam tinggi yang sempat membuatnya menggigil telah reda.

Meskipun tubuhnya masih terasa berat, ia sudah bisa berjalan perlahan,walau harus bersandar pada batang kayu yang dijadikan tongkat bantu.

“Pak Jono, tahan dulu ya!! Kalau terasa nyeri, bilang,”

ujar Gilang yang berjalan di belakangnya, tangan siap menopang tubuh lelaki paruh baya itu jika sewaktu-waktu terhuyung.

“Sudah mendingan, Gilang,” sahut Pak Jono, suaranya serak tapi penuh tekad. “Kita harus cepat. Siapa tahu teman kita yang kirim pesan itu masih di sana.”

Mereka berempat,Pak Jono, Gilang, Jefri dan kapten rahmat memulai perjalanan sejak matahari belum tinggi. Mengikuti alur sungai kecil yang berkelok, mereka menembus semak dan hutan lebat. Medannya semakin lama semakin berat. Bebatuan besar tersebar di sepanjang sisi sungai, beberapa bahkan tertutup lumut licin. Sesekali mereka harus melompati akar pohon yang mencuat dari tanah, seolah-olah menjebak setiap langkah.

Mereka tidak lagi kekurangan air. Anak sungai itu mengalir jernih, dingin, dan segar. Di beberapa titik, mereka berhenti untuk mencuci wajah, minum, dan membasahi kain untuk menurunkan suhu tubuh yang kadang kembali naik akibat aktivitas berat.

Namun soal makanan, mereka harus pandai-pandai bertahan. Satu-satunya sumber makanan kini hanyalah umbi-umbian yang mereka kenali aman, serta beberapa buah hutan yang jatuh dari pohon. Seringkali rasa lapar datang lebih cepat daripada makanan ditemukan.

---

Tanda Peradaban?

Perjalanan itu sudah berlangsung hampir lima jam. Matahari mulai menyengat. Jefri yang berjalan paling depan tiba-tiba berhenti dan mengangkat tangan memberi tanda.

“Lihat itu!” bisiknya pelan.

Di kejauhan, di sisi seberang sungai, tampak sesuatu yang aneh,jejak teratur di tanah, seperti bekas roda atau alat berat. Di sisi lain, dahan pohon tampak ditebang rapi. Ada potongan-potongan batang yang tak mungkin dilakukan sembarang orang.

“Ini bukan kerja suku liar itu,” ujar Jefri. “Lihat, bekas tebasannya simetris. Pakai alat.”

Gilang mengangguk. “Bisa jadi pemukiman yang disebut di surat itu.”

“Kalau mereka pakai alat, berarti mereka tidak primitif. Mungkin komunitas yang lebih modern.”

Pak Jono merapatkan jaket yang sudah compang-camping.

“Atau mungkin mereka cuma beda jenis suku. Lebih terbuka.”

Tanpa banyak bicara, mereka menyeberangi sungai. Arusnya cukup deras di tengah, tapi tak cukup kuat untuk menyeret. Setelah sampai di seberang, mereka menyusuri jejak itu. Bau asap samar-samar tercium.

---

Aroma Kehidupan

Setelah mendaki bukit kecil dan menuruni sisi lainnya, mereka melihat sesuatu yang membuat jantung mereka berpacu lebih cepat: asap membubung dari antara pepohonan. Bukan asap kebakaran, melainkan asap tipis,seperti dari tungku atau dapur.

Perlahan, mereka mendekat.

Dari balik semak, mereka melihat pemukiman kecil terdiri dari rumah-rumah panggung yang dibangun dari bambu dan kayu. Tidak terlalu besar, tapi rapi. Di tengah pemukiman, tampak beberapa orang berpakaian sederhana sedang menumbuk sesuatu di atas lesung besar. Anak-anak berlarian. Beberapa orang dewasa tampak berbicara di dekat api unggun.

Gilang nyaris berdiri dan memanggil, tapi Pak Jono menariknya. “Tunggu… kita pastikan dulu. Jangan langsung keluar.”

Jefri mengamati dengan hati-hati. “Mereka nggak mirip suku yang menyerang kita dulu. Yang ini… kayaknya lebih bersih. Mereka juga kelihatan senyum, nggak garang.”

Pak Jono memperhatikan gerak-gerik mereka. “Tapi tetap hati-hati.”

Beberapa saat kemudian, tampak seorang lelaki bule keluar dari sebuah gubuk kecil di sisi kampung. Tubuhnya kurus, namun masih tegap. Ia mengenakan celana sobek lutut dan kaos compang-camping.

“Lihat itu! Orang asing!” Gilang nyaris berseru.

Dan tak lama, dua orang lain keluar menyusulnya,wajahnya khas Asia Tenggara. Salah satu dari mereka tampak akrab di mata Pak Jono.

“Bentar… itu akbar! Awak kapal dari dapur!”

Pak Jono ingin berdiri dan berteriak, tapi tubuhnya masih terlalu lemah untuk bangkit cepat.

Gilang tak bisa menahan diri. Ia berdiri dan melambaikan tangan.

“woi! Akbaar! Ini kami! Gilang! Jefri!”

Suasana mendadak berubah. Beberapa orang dari pemukiman menoleh. Seno yang tadinya berbicara dengan bule itu langsung membalik badan. Matanya membelalak.

“Gilang?!”

---

Pertemuan Kembali

Tak butuh waktu lama sebelum mereka dipeluk, ditangisi, dan diarak masuk ke dalam kampung kecil itu. Ternyata, benar dugaan mereka, akbar dan dua orang lainnya, yaitu Aldi dan Raka, berhasil selamat dari insiden meledaknya KM Laut Jaya 08. Mereka terbawa arus dan terdampar di sisi lain pulau, ditemukan oleh suku pedalaman yang lebih terbuka dan tak berbahaya seperti suku yang mereka temui sebelumnya.

“Mereka seperti suku adat, tapi punya aturan jelas,” kata akbar, menjelaskan. “Mereka tak suka kekerasan. Kalau kita sopan, mereka bantu.”

“Tapi nggak semua dari mereka ngerti bahasa kita. Jadi bule itu,namanya Alex yang bantu jadi penerjemah. Dia bilang udah dua tahun tinggal di sini. Tersesat saat ekspedisi geografi, katanya.”

Pak Jono hanya bisa mengangguk pelan, matanya berkaca-kaca. “Kami kira kalian semua sudah…”

“Kami juga kira kalian tewas semua,” ujar Raka, menepuk bahu Pak Jono pelan. “Tapi ternyata kalian juga bertahan…”

Seno menunjuk ke beberapa gubuk di sisi lain. “Kita disini aman. Tapi jangan pernah ke arah timur pulau. Itu area suku pantai yang menyerang kalian.”

“Apa mereka tahu soal skoci kami?” tanya Gilang.

Seno mengangguk. “Kayaknya mereka sudah lihat. Tapi sejauh ini belum ada yang nyusul ke sini. Para tetua kampung di sini bilang, kalau kita nggak bikin ribut, mereka juga nggak nyari masalah.”

---

Harapan Baru

Malam itu, mereka disuguhi makanan hangat pertama sejak kapal tenggelam,sup akar hutan, nasi dari umbi-umbian tumbuk, dan air kelapa segar. Meski sederhana, rasanya bagaikan santapan raja.

Pak Jono duduk di samping api unggun, tangannya bergetar saat memegang mangkuk. Ia menatap langit penuh bintang, dan untuk pertama kalinya sejak bencana itu, ia merasa sedikit damai.

“Pak…” suara Gilang lirih di sampingnya. “Menurut Bapak… kita bisa pulang?”

Pak Jono tak langsung menjawab. Ia mengamati kerlap-kerlip bintang di langit malam.

“Entahlah, Lang. Tapi kalau kita selamat sejauh ini, mungkin… harapan itu belum mati.”

Dari kejauhan, suara nyanyian suku setempat mengalun lembut, menyatu dengan desir angin dan nyanyian serangga malam. Di bawah cahaya bulan yang redup, tujuh orang yang selamat itu duduk berdampingan, saling menguatkan.

Besok akan menjadi awal perjalanan baru—entah untuk kembali ke dunia luar, atau menemukan cara hidup yang baru di pulau asing ini.

Tapi malam ini, mereka bersyukur. Karena mereka masih hidup.

1
juwita
kasihan pak jono demi keluarga jd terdampar di pulau hantu. smoga bisa cpt kembali ke keluarganya
juwita
cerita nya bagus mengisahkan perjuangan se org ayah buat anak dn istrinya biar bisa hidup terjamin. rela berjauhan dgn bahaya menantang maut demi keluarga di jalani semoga perjuangannya g sia sia. happy ending
Ananda Emira
semakin seru
Killspree
Memukau dari awal hingga akhir
♞ ;3
Jalan ceritanya keren, endingnya bikin nagih!
ilalangbuana: terima kasih atas masukannya,!!
admin masih dalam tahap belajar.. semoga kedepannya karya ku bisa lebih baik lagi dalam penulisannya ataupun alur ceritanya☺
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!