NovelToon NovelToon
Story Of My Vampire Family

Story Of My Vampire Family

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Vampir / Iblis / Kutukan / Hantu
Popularitas:727
Nilai: 5
Nama Author: Lutfiatin Nisa

Hani Ainsley adalah anak dari perkawinan antara manusia dengan seorang vampir, karena suatu masalah ibunya harus menitipkan Hani ke salah satu rumah warga karena wanita itu tidak bisa membawanya pergi. Saat kecil Hani ia hidup menderita karena tidak pernah disayang oleh ibu yang mengadopsinya. Namun, semua berubah saat ia beranjak dewasa dan mulai berevolusi menjadi vampir. Akankah Hani bisa mengubah nasipnya di kemudian hari? Dan siapakah orang tua kandungnya? Ikuti ceritanya dan jangan lupa likenya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lutfiatin Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tes Kesehatan

Di tempat lain, sebuah sirene berbunyi. Suara itu membuat beberapa orang terkejut, kemudian mengecek benda persegi panjang di hadapannya.

“Pak, saya mendapatkan sinyal lagi.”

“Di mana itu?” Bondan sangat bersemangat, pria itu bergegas mendatangi salah satu anak buahnya.

“Kali ini di sebuah universitas. Namun, sinyal itu hanya sebentar dan hilang lagi.”

Bondan tengah mengamati area tersebut, seketika pria itu mengerutkan dahi. “Bukannya ini kampusnya Arya? Hah! Pasti ada sesuatu di sana.”

***

Arya terus memperhatikan Hani. Gadis itu mulai mendapatkan kesadarannya. “Kamu sudah bangun, Han. Syukurlah.”

Hani terkejut karena tiba-tiba saja sebuah tangan memeluknya. “Arya? Kamu kenapa?”

“Aku takut kamu kenapa-kenapa. Bisa tidak? Jangan buat aku kawatir, Han.”

“Maafin aku, Ya. Aku enggak tahu kenapa akhir-akhir ini tubuhku terasa lemah.”

Arya membelai rambut gadis di hadapannya. “Kamu enggak salah, Han. Mungkin hanya kecapean aja. Untuk itu, hari ini biarkan aku yang mengantarmu pulang, ya.”

Setelah Hani mengangguk, Arya mengirim pesan kepada Bayu bahwa dia akan mengantarkan Hani pulang.

Bayu kecewa lagi, tetapi dia juga lega karena gadis itu baik-baik saja.

***

Setelah mengantar Hani sampai ke rumah, Arya berpesan pada gadis itu agar banyak istirahat. Tidak lupa dia juga mengingatkan untuk membalas pesannya. Hani mengangguk seraya tersenyum, gadis itu senang karena mendapat perhatian dari Arya. Mobil yang ditumpangi pun melaju kembali.

Sesampainya di rumah, Arya kaget karena ayah tirinya sudah berada di sana. Merasa aneh, karena pria yang menjadi suami ibunya itu memang jarang pulang kalau tidak ada sesuatu yang penting.

“Kenapa Papa enggak bilang dulu kalau mau pulang. Tau gitu, Mama bisa masak yang enak-enak.”

“Enggak usah, Ma. Papa hanya mampir sebentar karena rindu dengan kalian.”

Arya menatap tidak suka kepada Bondan.

“Oh, ya. Arya? Bagaimana kuliahmu, apa kamu sudah mendapatkan banyak teman?” Bondan mencoba berbasa-basi dengan anak remajanya itu.

“Ya, begitulah.” Tanggapan Arya acuh.

“Apa di sana kamu punya teman yang sedikit aneh? Yang tidak tahan jika kepanasan, atau sangat menginginkan meminum darah manusia?”

“Maksud Papa apa?” Arya mulai sedikit demi sedikit paham ke mana arah pembicaraan itu.

“Oh, sudahlah. Jika ada temanmu yang bersikap aneh. Kamu langsung laporkan pada Papa saja, ya.”

“Papa itu enggak pernah berubah, ya! Kenapa selalu terobsesi dengan vampir? Vampir itu enggak ada di dunia ini! Itu cuma mitos, Pa!” sentak Arya mulai emosi.

“Arya! Jaga ucapanmu,” tegur ibunya.

“Biarlah, Ma. Mungkin dia tidak ingat penyebab ayahnya meninggal juga karena gigitan vampir.”

“Hah! Hanya orang gila yang berpikir kalau vampir itu ada.” Muak, Arya pun pergi ke kamarnya.

“Maafin Arya, Pa. Dia memang selalu seperti itu.”

“Iya, Ma. Papa paham perasaan Arya.”

***

Di kamar, Arya membanting ponselnya ke ranjang. Dia kesal mendengar perkataan Bondan. Kenapa pria itu mengungkit tentang masa lalunya? Masa lalu yang ingin dia lupakan. Arya mencoba untuk tidak percaya bahwa vampir itu ada. Namun, ayah tirinya sangat terobsesi sampai ingin menangkap makhluk pengisap darah tersebut.

Keesokan harinya.

Di kampus, ada sebuah pemberitahuan tentang pemeriksaan kesehatan dari dinas setempat. Kegiatan itu wajib diikuti oleh mahasiswa dan dosen, tanpa terkecuali. Sudah pasti hal tersebut membuat semua orang terkejut. Kabar itu pun sampai ke telinga Sammy dan Sarah yang sedang berada di ruang dosen. Mereka berdua hanya saling pandang dan merasa ada sesuatu yang aneh. Selain karena acaranya mendadak, mereka juga diminta untuk sarapan terlebih dahulu karena akan ada pengambilan sampel darah. Program itu akan dilakukan keesokan harinya.

"Eh, Na? Kok, mendadak banget, ya?" keluh Wati.

"Iya-ya, aneh."

"Jangan-jangan, ada yang hamil? Makanya dilakukan tes."

"Gila kamu, ya. Lagian juga dibolehin kok, kuliah pas hamil."

Wati pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal setelah mendengar jawaban dari temannya.

Di rumah Sofyan.

Buru-buru Sammy memberikan kabar terbaru itu kepada sang paman. Berharap bisa mendapatkan sedikit kejelasan.

"Apa mungkin mereka mendapatkan sinyal karena Hani berubah kemarin?" terka Sarah.

“Bisa juga, Paman bilang mereka punya alat yang canggih untuk melacak para vampir. Kita harus tetap berjaga-jaga.”

Sofyan membenarkan perkataan putrinya. Dia pun memberi peringatan kepada Sammy bahwa adiknya mungkin dalam bahaya.

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" Sammy sedikit cemas.

Sofyan meminta Sammy menunggunya sebentar. Pria itu masuk ke ruang kerja dan mencari sesuatu.

"Nah, ini dia. Obat ini sangat langka karena bisa memanipulasi sel darah putih. Kamu dan adikmu harus meminumnya sebelum pemeriksaan,” terang Sofyan.

“Apa ini akan benar-benar berhasil, Yah?” Sarah sedikit khawatir kalau rencana itu gagal.

“Tenanglah, semuanya pasti akan baik-baik saja. Akan tetapi, jika terjadi sesuatu diluar dugaan. Kalian harus membawa Hani kabur dan segera pulang, selebihnya biar aku yang mengurus.”

Mereka berdua tampak mengerti.

***

Keesokan harinya, Sammy menemui Hani di belakang kampus. Dia memberikan obat semalam dan menyuruh Hani untuk meminumnya.

"Ini obat apa, Prof?"

"Akan kujelaskan nanti. Yang terpenting sekarang, kamu harus meminumnya sebelum pemeriksaan."

Setelah Hani mengangguk, Sammy pun pergi meninggalkannya. Berharap gadis itu benar-benar mengikuti perintahnya.

"Hani! Aku cari kamu ke mana-mana. Ternyata kamu di sini." Bayu datang menghampirinya.

Hani menjelaskan pada Bayu bahwa tadi Profesor Sammy menemuinya, kemudian memberikan sebuah obat untuk diminum sebelum pemeriksaan. Namun, Hani masih sedikit ragu untuk meminumnya. Dia pikir tubuhnya sudah baik-baik saja.

"Han, percaya sama aku. Kamu itu enggak sakit, jadi jangan mau minum obat yang enggak jelas kayak gini,” cetus Bayu seraya menangkis tangan Hani hingga obat itu terjatuh ke rerumputan.

Hani terkejut karena Bayu membuang obat tersebut. "Loh, Yu! Kenapa obatnya dibuang?"

Bayu tidak peduli, pria itu langsung menarik tangan Hani untuk pergi ke kelas karena tes-nya sudah dimulai. Sedangkan Hani hanya bisa menghela napas sambil menatap obat pemberian Sammy. Meski ragu, sebenarnya dia akan meminumnya karena itu adalah pemberian profesor Sammy.

Beberapa mahasiswa terlihat mengantre untuk bergiliran masuk ke suatu ruangan. Kini tiba saatnya Hani, seorang suster sudah siap mengambil darahnya. Setelah pemeriksaan selesai, para mahasiswa pun disuruh kembali ke kelas. Karena alat yang digunakan sangat canggih, hingga hari itu juga hasil tes pun keluar.

Dari kejauhan terlihat beberapa mobil datang ke area kampus. Arya mengenali flat mobil tersebut, ditambah saat pria separuh baya keluar dari mobil tersebut. Kening Arya mengerut.

"Papa?" Arya heran. Dia bertanya-tanya, untuk apa ayahnya datang ke kampus. Apa ada hubungannya dengan pemeriksaan ini?

Rasa penasarannya belum bisa terjawab hingga pria yang dimaksud memasuki kampus bersama para pengawalnya.

***

Merasa ada yang tidak beres, Sarah yang saat itu menjadi salah satu yang bertugas untuk mengambil sampel darah dari seluruh mahasiswa, diam-diam mengambil hasil tes Hani. Buru-buru dia mengambil kertas yang ada di map dan menggantinya dengan kertas yang sudah ia persiapkan. Kemudian ,wanita itu pura-pura izin ke kamar mandi, padahal niatnya untuk mengecek hasil tes milik Hani.

Matanya tercengang, saat melihat hasil tes milik Hani berupa positif, darah yang mengalir dalam tubuh Hani adalah komponen-komponen yang berbeda dari manusia pada umumnya. Namun, Sarah memang pintar. Dia sudah menyiapkan hasil tes palsu khusus untuk Hani.

“Sudah kuduga, gadis itu pasti tak meminum obatnya,” gerutunya sembari merobek kertas di tangan menjadi beberapa bagian kemudian membuangnya ke dalam kloset. Akhirnya Sarah bisa bernapas dengan lega.

Di sisi lain, Bondan dan seluruh pengawalnya langsung menuju ke laboratorium. Pria itu segera meminta hasil tes kesehatan untuk seluruh mahasiswa. Sembari membaca, dia pun bertanya kepada beberapa tim medis di sana.

"Apakah kalian menemukan sesuatu?"

Yang ditanya menggeleng. “Tidak ada, Bos. Semuanya bersih.”

'Aneh, jelas-jelas kemarin ada sinyal di tempat ini.’

Bukan Bondan namanya kalau langsung puas dengan jawaban tim medis. Merasa ada yang aneh, pria yang berstatus ayah tirinya Arya itu pergi ke ruang kontrol CCTV. Dari sana dia bisa melihat seluruh aktivitas yang terjadi di fakultas tersebut.

“Aku ingin kalian tunjukkan rekaman dua jam sebelumnya!” titah Bondan.

Sempat ditolak beberapa pekerja di sana, tetapi ketua yayasan mengatakan bahwa Bondan adalah pemegang saham terbesar di fakultas tersebut. Maka sesuai arahan, para pekerja itu pun menuruti permintaan Bondan. Para pengawal Bondan mengambil alih pekerjaan mereka karena akan memasukkan kode rahasia untuk melacak sinyal vampir.

Bersambung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!