Clarissa, yang terikat oleh sistem terpaksa harus menjalani dua kehidupan lagi agar dia bisa mati dengan tenang.
Setelah dalam kehidupan sebelumnya, suskses sebagai wanita karir yang dicintai oleh keluarga dan semua orang, kini dia terlempar ke jama di era 80 an yang terlahir sebagai bayi dari keluarga buruh tani miskin yang tinggal di desa Sukorejo.
Misi kali ini adalah mengentaskan keluarganya dari kemiskinan dan menjadi wanita suskse seperti sebelumnya.
Mampukah Clarissa yang kini bernama Lestari,seorang bayi dengan otak dan pemikiran wanita dewasa,yang sudah pernah jatuh bangun dalam menjalankan usahanya mampu menyelesaikan misinya?
Kehidupan di era 80 an tidaklah mudah, keterbatasan alat dan juga masih tingginya praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) membuat hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Lestari yang dalam kehidupan sebelumnya banyak ditunjang oleh kemajuan teknolgi dan percepatan informasi.
Penasaran...
ikuti terus kisa Lestari dalam cerita ini!
HAPPY READING...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JADI KAMBING HITAM
Setelah melihat semua warganya tenang, Wicaksono pun kembali membuka percakapan. “Baiklah, sekarang jelaskan, apa yang sebenarnya terjadi?”, tanyanya.
Bambang, sebagai warga yang kehilangan perhiasan dan uang hasil penjualan sapi yang akan dipergunakan untuk membiayai pengobatan ibunya pun mulai angkat bicara.
Pria bertubuh tambun itupun menjelaskan mengenai kejadian pencurian didalam rumahnya yang berakhir pada pengejaran dan penangkapan orang yang mereka duga sebagai pencuri.
Karena minim penerangan dan wujud Sunarti sama persis dengan pencuri yang sempat dipergoki oleh Bambang yang langsung berteriak hingga membuat beberapa orang yang malam ini tengah melakukan ronda mengejarnya dan menuduhnya sebagai si pencuri.
“Apa kamu bilang, aku mencuri perhiasan dan uangmu! Aku sudah kaya! perhiasan dan uangku banyak, jadi untuk apa aku mencuri dirumahmu!”, teriak Sunarti tak terima setelah mendengar cerita Bambang.
“Ciri-ciri pelaku, sama persis denganmu. Semua warga juga melihatnya. Jika kamu tidak mencuri, kenapa kamu berpenampilan seperti itu”, ucap Bambang penuh kecurigaan.
Sunarti terhenyak, dia baru sadar jika penampilannya memang mirip dengan pencuri. Dia berpenampilan seperti itu agar adik keduanya tak mengenali wajahnya ketika dia melakukan aksi untuk menculik bayinya.
Hal ini, Sunarti tak mungkin menjelaskannya kepada Bambang dimana beberapa warga dan pak kepala desa ada didekatnya karena kejahatan menculik bayi merupakan kejahatan yang cukup fatal dan bisa membuatnya mendekam dibalik jeruji selama lima hingga tujuh tahun lamanya.
“Ini...saya hanya kedinginan hingga menutupi kepala dengan sarung”, ucapnya beralibi.
Namun, semua orang disana tak mempercayai ucapannya, membuat Sunarti menjadi panik.
“Jika kalian tak percaya, silahkan geledah, apakah kalian bisa menemukan uang yang hilang itu atau tidak”, ucapnya berani.
Sunarti sangat tahu jika dirinya sama sekali tak bersalah tanpa tahu, jika karma akibat niat buruknya segera datang menghampiri.
Untung saja istri Bambang, Rodiyah datang ke balai desa setelah mendapat kabar jika pencurinya telah tertangkap sehingga suasana canggung yang semula menyergap ketika ingin menggeledah tubuh Sunarti, lenyap sudah.
Pada awalnya, Rodiyah merasa tak senang, uang lima juta hasil penjualan sapi tak ditemukan di tubuh Sunarti, membuat mulutnya maju beberapa centi maju kedepan.
Sunarti yang merasa jika Rodiyah tak akan mendapatkan apapun di tubuhnya, mengangkat dagunya dengan angkuh dan mulai menatap sinis semua orang yang ada dibalai desa.
Setelah ini, dia akan meminta pertanggung jawaban mereka semuanya karena telah mencemarkan nama baiknya dan melukainya.
Dalam benak Sunarti pun sudah tersusun dengan baik, berapa kompensasi yang akan dia minta sebagai biaya pengobatan atas derita dan rasa malu yang diterimanya.
Setidaknya, dengan luka-luka yang dia alami, meski tak semuanya dia dapatkan dari pemukulan warga karena lebih dulu terluka di rumah sang adik, namun Sunarti yang sempit hati tentu akan meminta uang lebih banyak kepada mereka yang dianggap telah merugikannya.
“Dapat beberapa ratus ribu, aku rasa itu cukup baik setelah aku gagal mengambil bayi itu untuk diberikan kepada Aminah”, gumannya dalam hati.
Namun, rasa gembira dalam hati Sunarti langsung lenyap begitu dua gelang emas terjatuh dari tubuhnya.
“Ini! gelang emasku!”, teriak Rodiyah.
Semua orang yang menyaksikan kejadian tersebut, balik menatap sinis Sunarti dan bahkan ada beberapa orang yang langsung mencemohnya.
Setelah mengambil dua gelang emasnya, Rodiyah berdiri dan mencengkeram sarung yang masih tergrlantung dileher dengan kuat, “Sekarang katakan padaku, dimana kamu sembunyikan uang lima juta yang kamu curi!”, ucapnya sambil melotot.
“Tidak tahu! Bukan aku yang mencuri, jadi bagaimana aku bisa tahu dimana uang itu disembunyikan”, Sunarti masih terus saja mengelak karena memang bukan dia yang mencurinya.
BUGH!
Bambang memukul pilar penyanggah balai desa dengan keras.“Bukti sudah ada, apalagi yang ingin kamu katakan!”, ucapnya menantang.
“Ya, apalagi yang ingin kamu katakan, semua bukti ada padamu”
“Gelang itu tak mungkin kan muncul sendiri dibadanmu jika tidak kamu curi, jadi mengaku sajalah”
“Namanya pencuri, meski bukti telah ada pun masih saja mengelak”
Ucapan semua orang yang terus berdatangan yang menuduhnya sebagai pencuri dan memojokkannya, membuat wajah Sunarti pucat pasi.
Ia sama sekali tak menyangka jika akan terjadi hal semacam ini ketika dirinya hendak menculik anak bungsu adiknya yang baru saja dilahirkan.
Jika Sunarti akan tahu menjadi begini, mungkin dia akan mencari waktu lain untuk melakukan aksinya.
Tapi apalah daya, nasi sudah menjadi bubur. Mengelak juga tak bisa karena ada bukti dalam tubuhnya meski dia tak tahu kenapa gelang Rodiyah berada dalam saku pakaiannya..
Ketika Sunarti telah terpojok dan hanya bisa pasrah ketika semua orang menggiringnya kekantor polisi untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Saat Sunarti digiring kekantor polisi, didalam rumah Supardi, sepasang suami istri yang tak bisa tertidur kembali setelah tahu jika Sunarti mengincar anak mereka pun masih terjaga saat ini.
“Hihihiii...aku tak menyangka jika langit masih melindungiku. Mungkin Tuhan tahu, jika aku masih bayi jadi tak bisa belbuat apapun sehingga mengilim kebeluntungan besal ini kepadaku. Sekalang, kelualgaku tak pelu lisau lagi. Dengan tuduhan penculian, meski dia tak menculi secala langsung dan hanya menjadi kambing hitam setelah teltablak si penculi asli setidaknya wanita jahat itu akan mendekam didalam penjala beberapa tahun. Dalam waktu itu, aku sudah tumbuh menjadi besal dan bisa menggunakan kekuatanku untuk melindungi dili dan kelualgaku dali olang yang belniat jahat kepada kami”, ucap Tari berceloteh.
Meski tak tahu dengan jelas apa sebenarnya yang bayinya ucapkan dalam hati, tapi sepasang suami istri itu bisa menarik kesimpulan jika Sunarti saat ini sudah mendapat karmanya dan tak akan lagi mengganggu mereka untuk sementara waktu.
“Ah, tubuh bayi memang sangat lemah. Balu menggunakan kekuatan sedikit saja untuk belpikil sudah membuatku lelah dan mengantuk. Hoam...”, ucapnya sambil menguap.
Setelah disusui, Taripun langsung tertidur pulas. Supardi dan Srikandi yang melihat bayinya tertidur lelap, bahaya yang mengancam juga telah hilang, keduanya pun tanpa sadar juga ikut memejamkan mata agar esok hari bisa kembali beraktivitas dengan normal.
***
Keesokan harinya, kabar mengenai Sunarti yang mencuri uang dan perhiasan di rumah Bambang tersebar dengan cepat, membuat Tarjo dan Solikah, orang tua Sunarti tak lagi memiliki wajah untuk keluar dari rumah.
“Dasar anak durhaka! Pendapatan Tain 60 ribu perbulan tidak habis dibuat makan sebulan. Dia bisa membeli apa saja yang dia inginkan dengan mudah. Rumah juga sudah tembok bata. Apalagi yang kurang”, Solika berkata sambil beberapa kali mengelus dada, mengungkapkan kesedihan hatinya kepada sang suami.
Perlu diketahui, pada masa era tahun 80 an gaji UMR karyawan hanyalah 18.000. Orang yang bisa berpenghasilan seperti Tain, enam puluh ribu dalam sebulan sudah dibilang sangat kaya karena dengan penghasilan seperti itu, mereka bisa tinggal dirumah bata dan memiliki sepeda motor yang merupakan kendaraan langkah di jaman itu. Maka dari itu, Tarjo dan Solika sangat terkejut, kenapa Sunarti harus sampai mencuri padahal hidupnya tak kekurangan apapun.
Tarjo hanya bisa menghela nafas dalam beberapa kali, “Itu karena anakmu saja yang kurang bersyukur. Dikasih suami dan anak yang baik serta hidup yang nyaman malah nyari susah ”, ujarnya sedih.
Kabar mengenai Sunarti yang mencuri uang dan perhiasan milik keluarga Bambang bukan hanya tersebar di desa Sukorejo saja, tapi sudah sampai kedesa Sukadadi, desa Sukorame, dan desa Sukoharjo karena berita tersebut banyak dibicarakan oleh warga yang berjualan dipasar induk dimana penduduk empat desa bertemu dan berniaga disana.
Aminah yang juga mendengar kabar tersebut pun merasa sedikit kecewa. Dengan ditangkapnya Sunarti maka kemungkinan anaknya untuk mendapatkan bayi perempuan cantik yang memiliki banyak keberuntungan bisa gagal.
“Apa aku pergi langsung ke rumah adik Sunarti dan menanyakan hal ini langsung kepada mereka ya”, guman Aminah dalam hati.
Demi kebahagiaan sang anak, Aminahpun segera menyuruh keponakannya yang bekerja dengan suaminya untuk mengantarkannya ke rumah Supardi.
di tunggu upnya thor