NovelToon NovelToon
LANGIT TAK PERNAH INGKAR JANJI

LANGIT TAK PERNAH INGKAR JANJI

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kehidupan di Kantor / Wanita Karir / Karir / Balas dendam pengganti
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: kegabutanku

Langit tak pernah ingkar janji

Dihina karena miskin, diremehkan karena tak berdaya. Elea hidup di antara tatapan sinis dan kata-kata kejam. Tapi di balik kesederhanaannya, ia menyimpan mimpi besar dan hati yang tak mudah patah.
Suatu hari, ia mendapatkan sebuah tawaran untuk melanjutkan sekolah di kota.

Apakah elea akan menerima tawaran tersebut? Apakah mimpi elea akan terwujud di kemudian hari?

Penuh teka teki di dalamnya, jangan lewatkan cerita ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegabutanku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12

"Pasti bu."

Meskipun rumah mereka sederhana namun selalu bersih bahkan terlihat asri.

"Assalamualaikum," sapa bu Siti.

"Walaikumsallam, Eh bu Siti sudah datang? Masuk bu." jawab tyas dengan senyum ramahnya.

"Terima kasih nak Tyas, ini saya bisa bantu apa?"

"Ini kupas kentang dulu bu."

"Lhoh bu Siti sudah datang." sapa bu Narsih

"Iya bu, biar cepat selesai pekerjaannya."

Mereka semua bahu membahu memasak berbagai macam hidangan.

Tak berselang lama, tamu arisan bu Narsih datang satu persatu.

"Mari masuk..." ucap bu Narsih kepada teman- temannya.

"Siapa ini yang masak? Enak banget."

"Itu, tetanggaku sebelah." jawabnya.

"Wahh... boleh dong minta nomor cateringnya."

"Hahahahaha...."

"Kok ketawa sih, memangnya ada yang salah?"

"Dia nggak memiliki ponsel, hanya ibu rumah tangga biasa."

"Ohh aku kira kamu pesan catering ke dia."

"Tapi, kalau mau boleh kok nanti kabari aku biar aku yang memesankan untukmu."

"Iya, mau banget."

"Bu siti, lihat lah. teman mama semuanya menyukai masakan ibu."

"Alhamdulillah kalau cocok nak. Ibu jadi senang, yaudah ibu pulang dahulu ya. Sudah waktunya Elea pulang nanti nyariin saya."

"Iya bu, oh iya. Ini sedikit bingkisan untuk ibu dan Elea." ucap Tyas memberikan beberapa uang dan makanan untuk mereka.

"Banyak sekali nak, terima kasih ya." jawabnya, lalu ia pergi pulang.

Sesampainya di jalan, ia bertemu dengan tetangganya yang paling julid.

"Wahh...sekarang deketin orang kaya. Biar ketularan kaya gitu ya?" ucap bu ana dengan sinis.

"Astaghfirullah..." batin bu Siti. Namun, ia tidak mau menggubris apa yang dibicarakan oleh bu ana.

"Heee siti, kamu budek ya? Diajak bicara malah melengos saja."

"Maaf Ana, saya buru- buru." jawabnya dengan sopan.

"Dasar sombong..." jawab bu Ana dengan sinis.

"Ya allah...jauhkan hamba dari orang- orang yang berhati jahat." ucapnya dalam hati.

"Ibu... Kenapa kok buru- buru?"

"Kamu sudah pulang El?"

"Iya bu, baru saja." jawab Elea.

"Ini ada bingkisan dari mbak Tyas, kamu makan ya."

"Wah banyak banget bu."

"Iya, keluarga bu Narsih baik banget. Alhamdulillah mereka semua cocok dengan masakan ibu."

"Apa kita bikin warung kecil- kecilan aja ya bu?"

"Ide kamu bagus ibu rasa ini juga akan laku. Mengingat disini jauh dari warung nasi."

"Iya bu, kita siapin modal aja bu. Kita bikin warung nasi pecel aja dulu. Nanti begitu laku kita tambahin menunya."

"Boleh el, mulai besok ibu akan pergi ke pasar buat beli bahan masakan."

"Ibu punya modal tidak?"

"Ada, ibu tadi dikasih uang oleh bu Narsih."

"Alhamdulillah semoga bisa buat modal." jawab Elea.

Keesokan harinya, mereka benar- benar mendirikan warung nasi dadakan.

"Lho bu Siti bikin warung sejak kapan?" tanya Pak Narto.

"Baru tadi pagi pak."

"Kebetulan saya belum sarapan, saya pesan dua ya satu buat Jono."

"Dibungkus atau di makan sini?" tanya nya dengan sopan selayaknya melayani pembeli.

"Dibungkus semua saja."

"Ditunggu ya pak." bu Siti dengan sigap menyiapkan masakannya. membungkusnya dengan rapi dan tentunya dengan menggunakan kertas nasi yang bersih.

"Ini sudah selesai." bu Siti langsung memberikan satu kantong plastik berisikan dua bungkus nasi pecel.

Pak Narto pun memberikan sejumlah uang kepada bu siti.

"Alhamdulillah, semoga daganganku laris manis hari ini." ucapnya sambil mengibas- ngibaskan uang yang baru dia dapatkan.

"Na lihat tuh na, siti jualan nasi takut banget deh mau beli disitu. Nanti sakit perut lagi." ucap bu Yeni.

"Iya, aku juga nggak akan mengizinkan anak- anakku beli di situ. Takut nanti malah sakit perut, rumah orang miskin pasti penuh dengan debu dan bakteri." jawab Ana sambil mencebikkan bibirnya.

"Kalian mau beli nasi pecelnya bu siti juga?" sapa bu Narsih kepada tetangganya.

"Enggak bu, kami takut sakit perut." jawab bu Ana dengan nada mengejek.

"Jangan seperti itu bu, nggak baik. Yaudah saya kesana dulu saya mau sarapan." jawab bu Narsih.

"Bu Narsih nggak takut apa nanti sakit perut?"

"Mengapa harus takut? bu Siti pasti jaga kebersihan kok. Meskipun begitu rumahnya sangat bersih dan rapi." jawab bu Narsih lalu meninggalkan mereka berdua.

"Ayo yen, kita pergi. Lama- lama disini nanti dikira sedang memata- matai lagi."

mereka berdua pergi dari depan rumah bu Siti dengan angkuhnya.

"Ma... Mama..." teriak ike sedang mencari Yeni ibunya.

"Ya sayang, kenapa sih teriak- teriak mulu?"

"Mama tau nggak? Masak kak Jefri selalu saja deket- deket sama anak orang miskin itu sih? Apa coba kurangku? cantik? Iya Kaya? Jelas lebih kaya aku dong." Ucap Ike mencoba mengadu kepada mama tercintanya.

"Sayang, kan lelaki nggak hanya Jefri? Kamu bisa mencari yang lainnya."

"Tapi ma, aku cuma mau nya sama jefri." jawab ike merajuk bak anak kecil.

"Ya terus mama bisa apa dong? Mama nggak bisa bantu kamu apa- apa sayang."

"Ihh...mama nyebelin," Ike langsung menghentak- hentakkan kakinya menuju ke dalam kamar dengan mulut mengerucut.

Melihat tingkah sang anak membuat Yeni geleng- geleng kepala.

"Dasar bocah keras kepala." gerutunya.

"Siapa?"

"Anak kamu tuh pa."

Disis lain, bu Siti tengan selesai berdagang ia meluruskan kakinya di atas tempat tidur yang ada di kamarnya.

"Alhamdulillah hari ini berjalan dengan lancar semoga besok dan seterusnya bisa seperti ini." gumamnya dalam hati.

Seperti hari-hari sebelumnya, bu siti berdagang namun kali ini dia menambah lauknya agar lebih beragam.

"Ada yang bisa el bantu bu?"

"Ambilkan ibu tempat kertas nasi nak, ini sudah mau habis." bu Siti terlihat kewalahan meladeni semua pembeli.

"Baik bu." Elea segera masuk ke dalam rumah untuk mengambil beberapa kertas nasi. Lalu ia membantu ibunya berjualan.

Hari ini minggu, Elea tidak pergi ke sekolah dan ia manfaatkan waktu luangnya untuk membantu ibunya.

"Warung siti kok tambah laris aja ya? Jangan- jangan dia pakai pesugihan." Ucap Ana tetangga Elea yang paling julid.

Ia mendekat ke arah rumah Elea, ia ingin menguping pembicaraan pembeli yang ada di sana.

"Ehh ini bapak - bapak habis dari mana?" Ana mencoba menghentikan beberapa pelanggan warung bu Siti.

"Habis membeli sarapan."

"Ih nggak takut sakit perut apa? Kan rumahnya jelek gitu." jawab bu Ana.

"Mengapa harus takut saya sudah beberapa kali makan di sini dan perut saya baik- baik saja." jawab salah satu darinya.

"Asal bapak tau ya, Siti itu pakai pesugihan biar dagangannya laris." Ana mencoba meracuni pikiran beberapa pelanggan bu Siti.

"Masa sih? Saya rasa anda terlalu berlebihan. Saya tidak yakin jika penjual itu melakukan hal curang seperti itu."

"Bapak sih nggak percaya, saya tetangga dia sejak dulu. Dia itu ditinggal suaminya meninggal jadi dia melakukan segala cara untuk menghidupi anaknya." mendengar penuturan Ana beberapa pembeli bu Siti sedikit berfikir akan perkataannya.

"Rasain kamu Siti, mangkanya jangan belagu jadi orang." gumamnya dari dalam hati sambil menatap penuh licik ke arah rumah bu siti.

.

.

Tinggalkan jejak kalian gaiissss... 🥰🥰

1
kegabutanku
Karya ini menceritakan kehidupan yang pahit, namun juga di selingi dengan kisah percintaan remaja. Sangat cocok kalian baca gaisss..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!