Hidup tanpa inti kultivasi, di dunia persilatan tentu tidak mudah. Penghinaan selalu datang, tatapan merendahkan selalu terlihat.
"Kelak, kau pasti akan mengetahui semuanya,"
🍃 Jangan lupa dukung karya Ana ya kakak semua 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ⁖℘ձռձ༢࿔ྀુ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TS 33
Wen Yi Ling masuk ke dalam aula besar kediaman Wen, dia memberi salam kepada semua orang yang berada di sana.
Jian Yi yang melihat Yi Ling bahagia, tersenyum.
"Sepertinya kau sangat dekat dengan Tuan muda Wen," ucap Jin Cheng.
Jian Yi menoleh pada Jin Cheng, "Kami tumbuh bersama di rumah ini, usia kami juga hanya berselisih 2 bulan saja,"
"Jadi, Nona Wen lahir dua bulan setelah Tuan muda Wen?"
Jian Yi menggelengkan kepalanya, "Aku lahir lebih dulu dari Kakak Ling,"
Jin Cheng mengangguk.
Jian Yi tiba-tiba terdiam, dia ingat ketika dia memberikan inti kultivasi miliknya, itu adalah hari ulang tahunnya.
Di dalam kediaman Wen hanya Dai Lu dan Yi Ling saja yang selalu mengingatnya. Namun pada hari itu, hal yang tidak diinginkan terjadi.
(Bisa diingat pada awal cerita ya Kakak)
Jin Cheng menatap Jian Yi, yang tiba-tiba saja terdiam. Wajah yang tadi terlihat bahagia, berubah seolah dia tengah menahan kesedihan.
"Jin Cheng," Tuan Yan sedikit menoleh ke belakang.
"Iya Tetua Yan,"
"Ajaklah Jian Yi keluar, dia pasti ingin melihat kediaman Wen,"
Jin Cheng menatap Jian Yi sejenak, "Baik, Tetua Yan,"
Jian Yi yang mendengar itu hanya diam, dia tentu tahu jika Tuan Yan mengerti bagaimana perasaannya saat ini.
Jin Cheng dan Jian Yi berdiri lalu berjalan keluar dari aula itu.
Nyonya Wen yang tengah berbicara dengan teman-temannya, melihat Jian Yi dan Jin Cheng berjalan bersama.
"Maaf, aku harus pergi ke sana sebentar. Aku akan segera kembali lagi," ucap Nyonya Wen.
"Iya, baiklah,"
Nyonya Wen tersenyum pada teman-temannya sebelum dia meninggalkan mereka.
Kedua mata Nyonya Wen terus melihat ke arah Jian Yi, tangannya mengepal karena merasa kesal Jian Yi berada di pesta itu.
Jian Yi menghentikan langkahnya, dia menatap danau buatan yang berada di depannya.
"Bukankah seharusnya Nona Wen merasa senang, karena bisa kembali ke kediaman Wen, meski hanya sebentar?" ucap Jin Cheng.
"Ini adalah kediaman Pamanku, rumahku sendiri sudah...."
"Wen Jian Yi, apa yang kau lakukan di sini?" ucap Nyonya Wen.
Jian Yi dan Jin Cheng menoleh.
"Bibi,"
"Nyonya Wen,"
Jin Cheng dan Jian Yi memberi hormat kepada Nyonya Wen.
"Katakan padaku, apa yang kau lakukan di sini? Dan...dan bagaimana bisa kau berada di rumah ini?" ucap nyonya Wen.
"Paman Guru yang mengajakku ke sini. Paman berkata jika aku harus memberikan selamat pada Kakak Ling,"
"Ling tidak membutuhkan ucapan selamat darimu. Lebih baik sekarang kau meninggalkan kediaman ini!"
"Bi.... Bibi, aku..."
"Aku bilang pergi!"
Jin Cheng menatap Nyonya Wen dengan heran. karena sesama anggota keluarga Wen, dia terlihat sangat membenci Jian Yi.
"Nyonya Wen, kami datang bersama dengan Tetua Yan dan juga Paman Hua. Jika anda mengusir Nona muda Wen, itu artinya anda juga mengusir mereka," ucap Jin Cheng.
"Cai Jin Cheng, kau tidak mengerti apa-apa. Jadi kau jangan ikut campur!"
"Saat ini Nona Wen adalah murid di perguruan Xuan, saya hanya melindunginya sebagai seorang senior,"
Kedua tangan Nyonya Wen mengepal dengan kuat, matanya menatap tajam Jin Cheng, karena sudah membela Jian Yi.
"Bibi, jika Bibi tidak ingin Jian Yi berada di sini. Jian Yi akan pergi, tetapi.... Jian Yi ingin bertemu dengan Kakak Ling terlebih dulu," ucap Jian Yi.
"Kau tidak perlu bertemu dengannya, Ling juga pasti tidak ingin bertemu denganmu,"
Jian Yi menarik napasnya perlahan, sudah sangat lama dia selalu bersabar atas apa yang dilakukan oleh Nyonya Wen padanya.
Selama ini Jian Yi selalu melihat Tuan Wen yang telah baik terhadap, sehingga Jian Yi tidak pernah peduli dengan semua ucapan Nyonya Wen yang sangat menyakitinya.
Jian Yi melihat ke arah aula besar keluarga Wen, di sana terlihat Tuan Wen dan Yi Ling tertawa bahagia bersama orang-orang.
"Kakak Cai, Kakak masuklah ke dalam! Dan katakan pada Paman Guru juga Tetua Hua, jika aku akan kembali ke perguruan lebih dulu," ucap Jian Yi.
"Tetapi..."
"Aku tidak apa-apa,"
Jin Cheng menatap Nyonya Wen sejenak, kemudian berjalan menuju aula besar keluarga Wen.
Wen Jian Yi menatap Nyonya Wen yang masih memberikan tatapan tajam padanya.
"Bibi, aku akan pergi sekarang. Jaga diri Bibi baik-baik," ucap Jian Yi.
Setelah memberi hormat, Jian Yi berbalik dan berjalan meninggalkan kediaman Wen.
Dari dalam rumah, Dai Lu melihat Jian Yi yang berjalan ke arah pintu utama kediaman. Dan di taman, dia melihat Nyonya Wen yang tengah menatap Jian Yi sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Jian'er," gumam Dai Lu.
Dai Lu berdiri lalu keluar dengan tergesa-gesa, dia tentu sangat ingin bertemu dengan Jian Yi. Karena dia sempat mendengar jika Jian Yi terluka di perguruan Xuan.
Dai Lu berlari melewati beberapa orang yang tengah berbincang, kedua matanya melihat Jian Yi yang terus berjalan.
"Dai Lu!"
Dai Lu menghentikan langkahnya, ketika mendengar suara Nyonya Wen memanggilnya.
"Ibu,"
"Kau mau pergi ke mana?"
"Jian'er. Aku ingin menemuinya, Ibu,"
"Kembali ke dalam! Dia sudah pergi,"
"Tetapi Ibu, aku sangat mengkhawatirkannya. Dia..."
"Apa kau tidak mendengar apa yang aku katakan?"
Dai Lu terdiam, dia menoleh ke arah pintu kediaman Wen. Di sana sudah tidak ada siapapun.
"Jian'er," gumam Dai Lu.
Di luar kediaman Wen, Jian Yi berjalan melewati kedai makanan yang masih buka.
Ibukota masih sangat ramai, meski sudah malam hari. Terlebih kediaman Wen tengah mengadakan pesta yang sangat meriah.
Jian Yi berbelok, dan berjalan ke sebuah gang rumah. Karena jalan itu tidak begitu ramai.
"Hei Nona!" ucap seseorang.
Jian Yi berhenti dan berbalik.
"Apa kau adalah Nona dari keluarga Wen, Nona Wen Jian Yi?" ucap orang yang tadi memanggil Jian Yi.
Jian Yi menatap beberapa orang di depannya. Meski gang itu cukup sepi, tetapi ada obor yang menyala di beberapa titik di sana, jadi Jian Yi dapat melihat orang-orang itu.
"Kalian mengetahui namaku, pakaian kalian juga bukan pakaian biasa. Apakah.... Nyonya Wen yang meminta kalian untuk mengikutiku?"ucap Jian Yi.
"Ternyata Nona Wen cukup pintar. Tetapi sayangnya kepintaran itu tidak akan lagi bisa bersamamu!"
Tatapan Jian Yi yang semula tenang, berubah menjadi waspada, saat dua orang berjalan dengan cepat ke arahnya.
Jian Yi menarik kipas dari lilitan kain di pinggangnya.
"Hahaha, kultivasimu sangat rendah. Dengan kipas itu, kau tidak akan bisa melawan kami!" ucap orang itu.
"Kalian belum melihatnya, jadi bagaimana kalian bisa tahu kekuatannya. Mungkin saja aku yang lemah, dapat membuat kalian hanya tinggal nama saja,"
"Wanita s*alan ini. Cepat habisi dia!"
Kedua orang yang tadi mendekat, mulai menyerang Jian Yi.
gara" hbis nnton dracin ada yg namanya jian cheng jdi ke inget trus