Fahrul Bramantyo dan Fahrasyah Akira merupakan sahabat sejak kecil, bahkan sejak dalam kandungan. Mereka sangat akrab bak saudara kembar yang merasakan setiap suka dan duka satu sama lain.
Namun semuanya berubah saat kesalahpahaman terjadi. Fahrul menjadi pria yang sangat kasar terhadap Fahra. Beberapa kali pria itu membuat Fahra terluka, hingga membuat tubuh Fahra berdarah. Padahal ia tau bahwa Fahra nya itu sangat takut akan darah.
Karena Fahra kecil yang merasa takut kepada Fahrul, akhirnya mereka pindah ke Malang dan disana Fahra bertemu dengan Fahri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LoveHR23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana
Uhukk
Tiba-tiba Cinta tersedak saat mendengar kalimat yang baru saja Fahra ucapkan. Apa ini? Merayakan? Bukankah sudah telat? Lantas, apakah Fahrul akan menerima kejutan itu?
"Lo gak salah ngomong? Inikan udah telat. Lo yakin Fahrul bakal nerima? Raa, gue gak mau lo dijahatin terus. Cukup Ra. Selama ini lo selalu jadi bahan bully utama Fahrul. Lo harusnya sadar. Fahrul itu gak pernah nganggep lo sahabat. Dia selalu anggep lo musuh. Dan gue gak suka itu. Gue gak suka saat dia semena-mena dorong dan nyakitin lo. Cewek sebaik dan selembut lo, gak pantes dapet perlakuan kayak gitu." lirih Cinta dengan tatapan iba. Cinta adalah saksi, dimana ia selalu menyaksikan kejahatan Fahrul kepada Fahra. Ia tak ingin jika sahabatnya itu akan disakiti lagi oleh Fahrul. Luka-luka yang didapati Fahra, menjadi luka hati tersendiri dihati Cinta.
"Tapi Fahrul itu sahabat Fahra. Dia baik kok. Fahra yakin, kali ini Fahrul pasti gak akan sakitin Fahra. Dan, siapa tau karena ini, Fahrul jadi mau temenan sama Fahra lagi." jawab gadis itu. Fahra tersenyum lebar hingga memperlihatkan lesung pipinya.
"Huftt... Yaudah, gue akan selalu dukung lo. Semoga apa yang lo harepin, bisa terkabul ya." walau sedikit ragu, Cinta tetap tersenyum untuk Fahra.
~"Semoga lo berhasil ya, Raa."~ batin Cinta.
Waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 pagi. Sejak pulang sekolah, Fahra sudah berada didapur dengan berbagai bahan-bahan kue. Fahra bukanlah chef yang bisa membuat kue enak dan cantik dalam sekali buat. Ia harus mengalami kegagalan beberapa kali. Bahkan tangannya juga terluka saat tak sengaja tersentuh dengan oven. Namun Fahra tidak menyerah. Tepat pukul 04.15, Fahra akhirnya mendapatkan kue yang sempurna. Kue yang bagus dan enak. Terlihat senyum kebanggaan diwajah gadis itu saat menyelesaikan masakannya. Ia melihat jam yang melingkar dilengan mungilnya.
"Huftt, akhirnya selesai juga. Udah jam 4 pagi? Wahh berarti aku buat kue udah 12 jam? Kok aku bangga ya? Masih sempet tidur sebentar kali ya? Setel alarm deh, biar bisa pergi sekolah awal." setelah menyimpan kue didalam lemari es, Fahra bergegas masuk kedalam kamarnya. Tak lupa juga ia menyetel alarmnya.
~>>•<<~
Fahra sengaja berangkat lebih awal ke sekolah. Ia berencana akan memberikan Fahrul kejutan ulang tahun. Gadis itu membawa kue yang dibuatnya malam tadi dengan susah payah. Sejak jam 6, Fahra sudah berdiri didepan kelas sambil menantikan kedatangan Fahrul.
Bukan Fahrul yang ia dapati. Tapi ia melihat seorang pria yang begitu ia kenal.
"Ridho?" sapa Fahra saat melihat Ridho yang baru saja datang.
"Ngapain lo disini? Tumben amat dateng awal. Atau,,,, hmm lo lagi nungguin Fahrul ya?" tanya Ridho yang kini sudah berdiri disamping Fahra.
Gadis itu terkikik. Ia tersenyum malu saat mendengar kebenaran dari mulut Ridho. "Iya" hanya itulah jawaban yang berikan Fahra. Gadis itu terus tersenyum lebar dan menampakkan lesung pipinya.
Ridho mengela nafasnya berat. Ia hanya tersenyum tipis. Pria itu tak habis fikir dengan Fahra yang selalu berusaha mendekati Fahrul yang jelas-jelas selalu bersikap kasar padanya.
"Goodluck" ucap Ridho dan bergegas masuk ke kelas. Namun langkahnya terhenti saat tak sengaja melihat sebuah kain putih yang melingkar disela telapak tangan Fahra. Kain itu adalah perban. Ridho mundur beberapa langkah dan meraih tangan Fahra yang berbalut perban.
"Tangan lo kenapa?" tanya Ridho yang sudah memegang tangan Fahra.
Gadis itu hanya tersenyum miring sembari menggigit bibirnya. "Itu, kemarin Fahra buat kue. Terus gak sengaja tangan Fahra terbakar. Tapi gakpapa kok. Gak sakit."
Ridho menatap Fahra lekat. Ia melihat sesuatu yang aneh dari mata Fahra. "Mata lo sembab dan sedikit menghitam. Lo begadang?" tanya Ridho lagi menyelidik. "Muka lo juga pucet. Lo sakit ya?"
"Eng-enggak kok"
"Gak usah boong. Kalau sakit, mending lo ke UKS aja. Gak usah maksain diri buat belajar dulu." ujar Ridho. Pria itu melepaskan tangan Fahra secara perlahan.
"Tapi Fahra masih nungguin Fahrul."
Sekali lagi Ridho menghela nafasnya dalam-dalam. Ia tak mengerti jalan fikiran Fahra. Mengapa Fahra begitu keras kepala?
"Yaudah deh, terserah lo aja. Kalau gitu, gue masuk ke kelas dulu ya." ucap Ridho memutar bola matanya malas.
"Ridho tumben datang awal?" tanya Fahra.
"Hahahaha elo ada-ada aja. Gue itu langganan kali kalau urusan dateng pagi. Setiap hari gue selalu jadi orang pertama yang masuk kelas." Ridho tertawa mendengar pernyataan Fahra. Yah Ridho memang selalu datang pagi agar bisa tidur lagi disekolah. Ia merasa sekolah adalah rumah ternyamannya untuk tidur. Karena jika dirumah, ibunya selalu menyuruh dia membantu pekerjaan rumah.
"Kenapa Ridho mau datang se awal itu?"
"Yah karena gue mau TIDURRRR. Hahaha" pria itu bergegas masuk ke kelas sembari tertawa. Fahra hanya menatap bahu Ridho yang mulai menjauh. Gadis itu tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya tak percaya.
Setelah beberapa saat menunggu, para siswa mulai berdatangan. Begitu juga Cinta, sahabat Fahra. Gadis itu menatap Fahra sinis. Ia tak percaya seorang Fahra sudah berada disekolah sebelum ia datang.
Dengan menenteng tas birunya, Cinta menghampiri Fahra. "Tumben lo udah dateng. Dan ngapain lo berdiri didepan kelas? Setdah, kek satpam lo. Satpam letoy hahaha" ceplos Cinta yang membuat Fahra cemberut.
"Ihh Cinta suka kebiasaan deh. Hobinya menghina Fahra issshh."
"Hahah yamaap. Yaudah, sekarang lo jawab pertanyaan gue yang tadi."
"Yang mana?"
"Yak elah, bego!" Cinta menoyor kepala Fahra dengan tangannya. "Lo tumben dateng awal. Dan ngapain berdiri disini??? Jelas????" tanya Cinta lagi tak santai.
"Heheeh itu loh, soal ulang tahun Fahrul hihi. Oh iya, duduk dulu deh Cin. Duduk dulu. Fahra mau cerita sama Cinta." mereka berjalan menuju meja tempat duduk mereka.
Cinta terkejut saat melihat sebuah kotak besar yang ada dimeja itu. "Ini kotak apa Raa?"
Setelah duduk, Fahra mulai menjelaskan semua pada Cinta.
"Itu kotak yang isinya kue buat Fahrul. Tadi malam, Fahra buatin Fahrul kue super perfect. Gak bantet dan pastinya enak banget. Emmm walau beberapa kali gagal, akhirnya jadi jugaa kuenya. Dan lebib bangga nya lagi, kue itu jadi setelah 12 jam Fahra mengalami kegagalan hihi. Aaaaa Fahra gak sabar banget mau kasi itu sama Fahrul. Pasti dia seneng banget." gadis itu terus tersenyum saat bercerita. Lesung pipinya juga menambah kecantikan diwajahnya.
Berbeda dengan Cinta. Mata gadis itu teralihkan pada tangan kanan Fahra yang sedang memegang kotak kue. "Tangan lo? Tangan lo kenapa diperban?" tangan Cinta mulai meraih tangan Fahra yang berbalut perban.
Fahra melirik tangannya yang diperban. "Oh ini, gak papa kok. Cuma kebakar aja pas Fahra buat kue. Gak sa--" ucapan Fahra terpotong saat matanya tak sengaja melihat Fahrul yang sudah berdiri didepan kelas.
"Fahrul udah datang. Cinta, ayo bantuin Fahra buka kotaknya. Aduh, Fahra lupa beli lilin." Fahra menepuk dahinya geram.
Namun gadis itu tak mengubah keinginannya. Setelah membuka kotak kue, ia menghampiri meja yang disana sudah ada Fahrul tengah duduk.
"Happy Birth Day Fahrul"