Cinta, benarkah cinta itu ada? kalau ya, kenapa kamu selalu mempermainkan perasaan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Di cafe ternyata sudah banyak orang yang menunggu kehadiran Jiwa yang sudah seperti superstar bagi mereka saat ini, lagi-lagi ratusan anak muda yang selalu datang kini semakin bertambah dan area outdoor cafe tersebut penuh dengan mereka seakan Jiwa tengah mengadakan konser.
Devan pun seperti seorang manager artis yang kini meminta mereka semua untuk tetap mengikuti aturan dan tidak boleh membuat pengunjung lain tidak nyaman.
Mereka sudah duduk di tempat masing-masing, kali ini pelayan cafe semakin dibuat sibuk bahkan kekasih Devan ikut turun tangan melayani mereka semua meskipun Devan telah melarang nya, hingga kemudian Devan pun ikut-ikutan.
"Sungguh keterlaluan pesona mu Jiwa hingga aku pun harus turun tangan."ucap Devan.
"Hmm... yang ikhlas tuan lagipula bukankah ini adalah rejeki yang tuhan kirim untuk mu. Jangan lupa berikan dia bonus yang besar agar dia bisa mencukupi kebutuhan hidupnya."ucap Liana.
"Hmm itu sudah pasti honey untuk kamu pun ada."ucap Devan sambil mencuri kecupan ditengah keramaian.
"Kak Jiwa aku ingin lagu my all nya Maria Carey."ucap seorang gadis cantik yang kini menghampiri Jiwa sambil memberikan setangkai mawar dan juga bunga bang yang disatukan dengan itu.
"Hmm... sudah berapa lama aku tidak bernyanyi lagu itu, tapi baiklah untuk mu yang sedang merindukan seseorang tapi ingat jangan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan cinta mu itu."ucap Jiwa sambil tersenyum dan ditanggapi dengan candaan dari anak muda lainnya.
"Tidak usah repot-repot dihalalkan kak sekarang semua serba instan!"ucap mereka saling bersautan hingga membuat Jiwa terkekeh pelan.
"Baiklah lagu ini spesial untuk dia yang tengah mencinta tanpa balasan."ucap Jiwa yang kini mulai bernyanyi.
Tanpa ia tahu bahwa saat ini Kania hadir di cafe tersebut dengan pria yang selama ini ingin jiwa lupakan.
Suara terindah yang kini mampu menghipnotis pengunjung di cafe tersebut, lagu dengan nada tinggi itu pun berhasil Jiwa bawakan dengan sangat sempurna, dan kini request kedua datang dari seorang wanita paruh baya yang minta dibawakan lagu Melly Goeslaw yang berjudul ketika cinta bertasbih.
Dan lagu tersebut pun dinyanyikan dengan sangat merdu dan penuh penghayatan.
Malam ini suasana semakin ramai, saat seorang pria tampan dengan pengawalan ketat menghampiri Jiwa dan berbicara padanya meminta waktu nya untuk bicara empat mata namun Jiwa menolak nya dengan lembut dan berkata jika pria itu mau menunggu sampai dia selesai bekerja baru Jiwa akan bicara pada pria yang akhirnya mengangguk setuju.
Sementara seseorang yang melihat itu kini tengah mengepalkan tangannya karena dibakar rasa cemburu yang kini tengah berapi-api.
Lagu berikutnya request dari seorang pemuda tampan yang datang bersama kekasihnya, dia meminta lagu dari Westlife yang berjudul my love, dan kali ini Rudy bergabung untuk bernyanyi bersama Jiwa.
Jiwa dan Rudy pun semakin membuat semua orang baper, mereka pun dibanjiri saweran dari anak-anak muda yang sekarang ikut larut bernyanyi bersama mereka.
Lagu berikutnya adalah lagu duet yang dinyanyikan oleh mereka seperti my heart, dan itu membuat semua orang yang menyukai lagu itu bahkan mendekat dan mengabadikan momen tersebut.
Setelah itu Jiwa bernyanyi dengan fans setia nya yang kini membuat semua orang riang gembira karena tidak sedikit gadis itu salah lirik dan Jiwa langsung menutupi kekurangan nya dengan candaan hingga mereka tertawa bersama.
Jiwa pun berhasil membuat suasana semakin hangat gadis cantik yang tampil sederhana itu juga membuat seseorang pria yang tadi meminta waktu padanya terlihat sangat mengagumi nya.
Bagaimana bisa pemilik suara merdu itu tidak menjadi seorang penyanyi terkenal dan malah memilih untuk menjadi penyanyi cafe.
Hingga akhirnya Jiwa menutup acara dengan lagu terakhir nya yaitu lagu dari Cristina Perri berjudul A Thousand year.
Jiwa begitu menghayati lagu tersebut hingga saat Alvin kembali setelah mengantar Kania pulang ke rumahnya itu pun mematung di pintu masuk.
Jika saja lagu itu benar-benar ditujukan untuk dirinya mungkin saat ini dia tidak perlu khawatir untuk kehilangan kekasih tercintanya.
Tapi saat ini dia semakin khawatir karena ternyata pria yang tadi menghampiri Jiwa masih berada di sisinya.
Alvin pun langsung menghampiri Jiwa meskipun tidak langsung mendekat tapi setidaknya Jiwa tau kehadiran nya saat ini.
Itu menurut Alvin, padahal Jiwa sudah melihat kehadiran nya bersama dengan Kania dari layar cctv yang sedari tadi berputar di layar kaca yang ada di depan panggung pertunjukkan itu.
"Sekian lagu cinta malam ini saya Jiwa pamit undur diri."ucap Jiwa yang kini kembali mempersilahkan Rudy untuk melanjutkan pekerjaannya hingga seluruh pengunjung pulang.
Jiwa pun pergi lewat samping panggung menuju loker tempat dia menyimpan tas dan barang pribadi nya yang biasa ia ambil setelah selesai bekerja.
Saweran dan bunga-bunga pemberian fans setia nya itu pun berada di pelukan Jiwa yang kini dibantu salah seorang pelayan yang selalu membantu dirinya membereskan semua uang dan juga buket bunga yang kini membuat Jiwa hampir kerepotan.
Jiwa pun langsung bergegas mengambil tas miliknya, saweran itu berjumlah delapan puluh lima juta, dan itu adalah pemecah rekor selama Jiwa bernyanyi disana baru kali ini dia mendapatkan saweran sebanyak itu.
"Pastikan masing-masing dari mereka kebagian."ucap Jiwa yang kini memberikan uang dua puluh juta pada Devan.
"Dan ini bonus untuk mu."ucap Devan memberikan amplop tebal pada Jiwa.
"Itu tidak perlu bos, anggap saja ini adalah bonus dari anda."ucap Jiwa yang menolak amplop tersebut tapi Devan tetap memasukkan uang tersebut pada tas jiwa.
"Terimakasih bos, aku pulang dulu, ada tamu juga yang sedari tadi menunggu.
"Kai tidak bawa kendaraan sebaiknya simpan dulu uang mu di ATM setelah itu tunggu aku pulang."ucap Devan.
"Tidak bod kita tidak satu arah kau akan kerepotan apalagi kak Liana harus diantar bukan?"ucap Jiwa yang kini menatap kearah Liana.
"Dia pulang bersama ku ke apartemen."ucap Devan sambil tersenyum pada Liana.
"Hmm... suka-suka anda saja ya sudah aku simpan uang nya dulu."ucap gadis itu menuju kasir untuk transfer uang ke rekening bank miliknya tapi tidak dengan bonus yang diberikan oleh Devan karena rencananya dia ingin membeli sesuatu besok pagi dan malas untuk mengambil uang.
"Babe sudah selesai?"ucap Alvin yang kini mendekat padanya.
"Aku ada tamu tuan, apa ada perlu?"ucap Jiwa yang kini melirik kearah pria tampan itu.
"Hmm... aku temani."ucap Alvin yang kini menggenggam tangan Jiwa dan adegan itu dilihat oleh Devan yang kini menghampiri mereka.
"Maaf tuan Alvino sebaiknya anda menjaga jarak dengan Jiwa karena akan membuat sebagian orang salah faham saya tidak ingin Jiwa terkena masalah karena masalah hidup nya sudah sangat banyak.
"Saya lebih tau apa yang terbaik untuk nya jadi tidak usah repot-repot mengkhawatirkan nya."ucap Alvin tak terima.
...*****...
Kini Jiwa sudah berada di hadapan pria yang sedari tadi menunggu nya. Ada Alvin di samping Jiwa yang kini menatap tak ramah pada pria tampan itu.
"Maaf menunggu lama tuan, saya fikir anda sudah pergi."ucap Jiwa.
"Saya tidak pernah ingkar janji, oh iya suara anda sangat merdu."ucapnya sambil tersenyum lembut.
"Hmm... terimakasih untuk pujian nya tapi sayang tidak ada receh."ucap Jiwa sambil tersenyum kecil.
"Apa anda tidak mengenal saya?"ujar pria tampan itu.
"Hmm...maaf saya tidak mengenal anda."ucap Jiwa.
"Saya pria yang telah anda selamatkan malam itu, dan saya datang untuk berterimakasih pada anda."ucapnya.
"Oh jadi anda?"ucapan jiwa terhenti karena dia kaget, bagaimana bisa orang yang terluka parah saat itu kini ada di hadapannya bahkan tanpa terlihat adanya luka serius yang menyebabkan dia koma waktu itu.
"Ya ini saya, perkenalkan nama saya Dion Alexander, saya sengaja datang untuk menemui anda dan ini sebagai tanda terimakasih dari saya."ucap Dion yang kini menunjukan cek kosong.
"Silahkan tulis berapa pun yang anda inginkan."ucap pria bernama Dion itu.
"Maaf tuan itu tidak perlu saya ikhlas menolong anda lagipula saya yakin anda pun akan melakukan hal yang sama jika itu terjadi pada orang lain yang anda temui di jalan."ucap Jiwa.
"Hmm... saya tidak suka melakukan hal itu karena tidak mau terlibat dalam masalah, tapi mungkin jika itu adalah orang yang saya kenal sebelumnya apalagi orang baik seperti anda saya akan pertimbangkan, sekarang saya harap anda segera menulis nominal nya karena saya tidak suka berhutang budi pada siapapun."ucap Dion tegas.
"Hmm... maaf tuan, saya tidak bisa, silahkan simpan kembali semua itu, anda anggap saja semua yang sudah terlewat tidak pernah terjadi karena saya juga tidak suka berurusan dengan orang yang suka memaksa seperti anda."ucap gadis cantik itu kemudian dia pamit pergi.
Alvin tidak berbicara sepatah katapun, dia tau wanita seperti apa kekasih hati nya itu. Dia pun langsung bergegas pergi menyusul Jiwa yang kini berjalan keluar cafe.
"Babe tunggu."ucap Alvino.
"Saya sudah ingatkan berapa kali pada anda tuan kita sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi jadi tolong tinggalkan saya."ucap Jiwa yang kini berusaha menghindar dari saya."ucap Jiwa yang sama sekali tidak digubris oleh Alvino yang kini membawa nya dengan paksa menuju mobilnya.
"Mutiara Di Jiwa ingat bahwa aku tidak akan pernah melepaskan mu sekarang atau nanti kau akan tetap menjadi milikku selamanya."ucap Alvino tegas.
"Terserah tapi aku tidak bisa bertahan dengan pria orang."ucap Jiwa tidak kalah tegas.
Alvin langsung tancap gas menuju rumah Jiwa yang kini diikuti oleh seseorang suruhan Dion yang kini merasa kesal karena Jiwa tidak mau menerima pemberian nya.
Sesampainya di rumah Jiwa tampak sangat kaget saat melihat rumah itu telah penuh dengan perabotan rumah yang tentunya tidak murah seperti yang dia beli waktu itu.
Jiwa menatap lekat wajah tampan yang kini menatapnya."Apa ini semua kamu?"ucapan Jiwa terhenti saat Alvino menjawab pertanyaan dengan anggukan pelan.
"Kapan kamu masuk, dan bagaimana bisa ini semua ada disini karena aku sudah mengunci pintu."ucap Jiwa yang kini terus bertanya-tanya.
"Babe tidak penting dengan semua ini, sekarang yang terpenting adalah aku bisa tenang saat calon istri ku sudah hidup dengan nyaman, mulai besok kamu tidak perlu bekerja lagi aku akan penuhi semua kebutuhan mu."ucap Alvino yang lagi-lagi berkata seperti itu padahal itu sudah berulang kali Alvino katakan jauh sebelum kecelakaan itu terjadi tapi Jiwa tidak pernah menerima apapun pemberian Alvin kecuali hadiah kecil seperti cincin atau yang bersifat oleh-oleh yang diberikan oleh pria itu saat dia kembali dari luar negeri atau luar kota untuk perjalanan bisnisnya.
"Selama aku masih bisa berdiri diatas kaki ku sendiri aku tidak akan pernah menerima belas kasihan dari orang lain kecuali jika pria itu adalah suamiku sendiri."ucap Jiwa.
"Mungkin uang di kartu ini tidak sebanding dengan uang yang kamu gunakan untuk membeli semua ini tuan, tapi saya janji akan membayar semuanya."ucap Jiwa.
"Babe kenapa begitu sulit untuk mu menerima semua pemberian dariku. Aku calon suami mu."ucap Alvin tegas.
"Tidak tuan kamu adalah calon suami Kania jadi tolong berhenti mengatakan semua itu."ucap Jiwa yang kini mengatupkan kedua tangannya di hadapan Alvino.
Alvino bukan nya menyetujui hal itu justru dia berteriak keras."Babe berhenti meminta ku pergi karena aku tidak akan pernah melakukan itu, jika perlu kita akan menikah secepatnya."ucap Alvin.
"Itu tidak akan pernah terjadi tuan."ucap Jiwa tegas.
Alvin langsung mendorong Jiwa keatas sofa, dia langsung mengungkung Jiwa yang kini berusaha untuk melepaskan diri dengan sekuat tenaga tapi tenaga Alvin jauh lebih besar hingga Alvin berhasil membungkam bibir Jiwa dengan ciuman yang sedikit kasar.
Tidak hanya itu Alvin yang kini diliputi amarah itu pun membuka paksa t-shirt yang dikenakan oleh Jiwa tapi sebelum itu terlepas sempurna suara bel pintu membuat Alvin bangkit dan menatap lekat wajah cantik yang kini dibanjiri air mata.
"Babe aku akan melakukan hal itu hingga kamu berfikir dua kali untuk meninggalkan ku."ucap Alvin yang kini menatap lekat wajah cantik itu.
"Tapi kamu milik orang lain Al, kamu egois."ucap Jiwa.
"Aku tidak egois babe tapi aku sangat mencintaimu."ucap Alvin tegas.
"Cinta macam apa yang kamu maksud, jika kamu memang benar-benar mencintai ku kamu tidak akan pernah mengkhianati cinta kita. Tapi aku ragu tentang itu, mungkin benar yang dikatakan oleh Kania selama ini aku hanya dijadikan batu loncatan agar kamu bisa mendapatkan cintanya. Ya dia orang berada yang lebih pantas untuk bersanding dengan mu dari segi apapun tapi kenapa kamu lakukan semua itu? Kenapa tidak katakan langsung saja padanya saat itu agar aku tidak perlu kehilangan semua yang aku miliki selama ini, agar aku tidak menjadi bodoh karena mencintaimu adalah hal yang mustahil bagiku... apa salah ku dan keluarga ku padamu. Apa?"ucap Jiwa yang kini dipeluk erat oleh Alvin.