NovelToon NovelToon
Merayakan Kehilangan

Merayakan Kehilangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Raft

Ini tentang gadis ambigu yang berhasil merayakan kehilangannya dengan sendu. Ditemani pilu yang tak pernah usai menyapanya dalam satu waktu.

Jadi, biarkan ia merayakannya cukup lama dan menikmatinya. Walau kebanyakan yang ia terima adalah duka, bukan bahagia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raft, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jatuh Cinta - 16

...Aku senang bisa menjadi alasan untuk kamu tersenyum setiap harinya. ...

***

Mereka duduk melingkari sepiring besar cilok bumbu saos buatan Rai dan Dikta, sembari bercerita dan melontarkan tawa, membuat rumah Rey terlihat hidup dari sebelumnya.

"Adonan cilok itu sama kayak cimol, 'kan?" Tanya Angkasa ketia mencoba suapan pertama.

Rai mengangguk sembari mengunyah satu cilok penuh isi bakso yang ia buat.

"Waktu itu gue pernah bikin cimol. Tapi meledak, hampir gak ada sisa waktu mateng. Nyesel gue buatnya."

Sepertinya cimol yang meledak bisa dijadikan senjata untuk perang bersama saudara tercinta.

"Kamu bikin adonannya gak pake air mendidih, ya?"

Angkasa mengangkat sebelah alisnya. "Emang harus?"

"Ya iya, lah! Kamu juga masaknya harus pake api kecil, terus masukin cimol waktu minyaknya masih dingin. Dijamin gak akan meletus, deh!"

"Oh gitu, ya? Kapan-kapan gue coba lagi, deh!"

Rai dan Angkasa yang mendominasi pembicaraan. Sisanya hanya menikmati sambil sesekali tertawa atas candaan sederhana yang Angkasa paparkan.

Hingga akhirnya mereka saling diam ketika mendengar teriakkan dari luar, yang memanggil nama Rai.

Ananta dan Dikta sepertinya sedang mencari Rai diluar. Karena ia tidak sempat pamit untuk main ke rumah Rey sebelumnya.

"Mereka nyari lo, Rai? Tapi mereka siapa?" Tanya Angkasa.

Rai tidak menjawab, ia malah beranjak ke arah jendela untuk melihat sepupunya diluar sana. Terlihat Ananta yang memakai masker wajah berwarna hitam, juga Dikta yang membawa semangkuk seblak di tangan kanan.

Bahkan lebih parahnya lagi, Dikta menjadikan seblak itu sebagai umpan agar dirinya keluar. Karena dari tadi mulutnya sibuk mengoceh seperti ini. "Rai, kerkerker. Ada seblak, nih! Ayo dong keluar. Masa gak mau, sih?"

Kurang ajar, dikira dirinya ayam apa. Pake ada kata 'kerkerker' segala.

Ini lagi Ananta. Bukannya bersihkan dulu maskernya, agar tidak menakuti tetangga yang melihatnya. Malah dengan bangga dipakai

"Males banget, ah!" Desisnya merasa kesal ketika melihat tingkah kedua sepupunya itu.

"Mereka buat tingkah lagi?" Suara Rey tiba-tiba ada di sampingnya. Membuat jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya, karena posisi Rey benar-benar sangat dekat dengan wajahnya.

Rai bergerak ke belakang agar memliki ruang untuk bernafas dengan tenang. "Enggak. Tapi cara mereka nyari aku nyebelin banget!" Ucapnya.

"Lo mau nemuin dulu mereka?"

"Enggak, ah! Males. Mau makan lagi aja."

Rai kembali melangkah untuk duduk di tempatnya semula, dan mengambil satu buah cilok untuk ia kunyah.

"Siapa?" Tanya Angkasa setelah Rai kembali duduk di sampingnya.

"Sepupuku. Tapi udah biarin aja."

Angkasa mengangguk mengerti dan kembali bercerita tentang kehidupannya yang terdengar ironi di telinga Rey. Atau mungkin Angkasa hanya menceritakan kehidupannya di masa lampau, ketika keluarganya masih lengkap. Tak seperti sekarang.

Tapi dari binar mata yang Angkasa berikan, tak ada kebohongan yang coba disembunyikan.

Sepertinya Angkasa sedang berusaha melupa, dan membubuhkan bahagia dari masa lalunya yang hampir sempurna.

***

Sekarang sudah pukul 10 malam, dan Rai harus segera pulang. Bahkan untuk kembali ke rumahnya yang ada di sebrang, Rai diantar oleh Angkasa juga Rey dari belakang.

Padahal Rai sudah melarang, tapi mereka memaksa, dengan alasan penghormatannya kepada seorang wanita. Terhura 'kan jadinya hati Rai.

"Udah sampe. Kalian bisa langsung pulang. Makasih udah mau nganterin." Ucap Rai setelah mereka sampai di depan rumahnya.

"Lo masuk dulu, sana!" Perintah Rey yang diangguki Angkasa juga.

"Iya."

Rai mulai membuka pintu agar dirinya bisa masuk. Tapi sayangnya pintu itu sudah terkunci dari dalam.

Pasti ini kerjaan Dikta. Gimana, sih? Masih ada anggota keluarga yang diluar malah langsung dikunci dari dalam. Alhasil Rai menggedor pintunya cukup kencang.

Rai yang tau jika kedua sepupunya itu selalu kebo kalau tidur, terpaksa berteriak untuk membangunkan. "Dikta! Ananta! Bukain, ih!" Teriaknya.

Rai bersiap untuk kembali berteriak, tapi dihentikan oleh Rey dengan alasan takut menganggu sekitar. "Udahlah, mending lo nginep aja di rumah gue. Tidur sama Renata, buat malam ini aja. Daripada terus terusan teriak kayak gini. Berisik."

Dan Angkasa mengangguk dengan antusias. "Biar gue ada temen nginep di rumah si Rey."

Rai mau mau saja. Tapi ia malu karena gaya tidurnya seperti bianglala. Takutnya nanti malah membuat Renata tidak bisa tidur karenanya.

"Aku tidurnya muter, takut ganggu Renata."

Rey menggeleng, dan berusaha untuk meyakinkan. "Gak akan, Renata punya dua ranjang di kamarnya."

Baiklah, dirasa semua akan baik-baik saja, Rai mengangguk menyetujui.

"Oke. Ayok ke rumah sebrang lagi!" Ucap Angkasa penuh semangat.

***

"Maaf ya, Ren. Aku malah ganggu kamu."

Gadis bersurai hitam pendek itu menggeleng. Merasa jika ucapan Rai tidaklah benar, malah ia senang karena ada teman.

"Enggak, Kak. Gak usah minta maaf segala."

Rai hanya tidak enak saja. Karena ia tau rasanya ketika ada orang yang menginap di rumahnya, apalagi sampai satu kamar, itu pasti membuatnya tidak bebas untuk melakukan banyak hal.

"Renata mau tanya sesuatu, boleh?"

Rai mengangguk, lalu memusatkan perhatiannya kepada Renata yang sedang menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.

"Kakak sama Kak Rey pacaran, ya?"

Rai sedikit terkejut ketika mendengarnya. Ia bahkan tak bisa mengontrol ekspresi wajahnya. "Kamu kata siapa, Ren? Enggak, tuh!"

Renata menunduk, memperhatikan tangannya yang sedang memainkan selimut. "Tapi, Kakak suka gak sama Kak Rey?"

Rai menghela napas pelan, dan tersenyum hangat setelahnya, membuat Renata yang melihat itu ikut tersenyum juga.

"Kenapa kamu nanya kayak gitu, hm?"

"Soalnya Kak Rey suka sama Kakak."

Blush! Wajah Rai langsung memerah dibuatnya.

Enteng sekali Renata mengucapkan itu. Jantungnya saja langsung berdegup dengan brutal. Dan Rai berusaha untuk kembali menenangkan, menemukan ritmenya yang sempat menghilang.

"Kamu kata siapa?"

"Kak Rey sendiri yang bilang."

Ketika diperjelas, Rai langsung lemas. "Pantes aja sikap Rey sedikit berubah."

"Kak Rey jadi banyak senyum, ya?"

Tepat sasaran sekali!

"Itu karena Kak Rey nganggep Kakak spesial. Makasih ya, Kak!"

Rai mengangkat sebelah alisnya heran. Untuk apa kata terimakasih yang Renata lontarkan?

"Makasih buat apa?"

Renata tersenyum cukup lebar. "Karena udah buat Kak Rey ngerasa dunianya kembali berputar. Sebelum Kakak datang, Kak Rey nganggep dunia ini cuman banyak lukanya doang."

Rai menjadikan kedua tangannya sebagai tumpuan di atas ranjang, agar tubuhnya bisa duduk dengan nyaman. "Pertama ketemu, Rey keliatannya emang kayak gak punya semangat hidup. Tatapannya dingin banget."

"Iya. Dan waktu Kakak dateng, Kak Rey jadi banyak senyumnya. Makanya aku bilang makasih."

Rai terkekeh pelan. Ada perasaan bangga ketika dirinya bisa menjadi sumber bahagia.

"Sama-sama."

Setelah itu, Renata melihat jam dinding yang ada di depannya. Ini sudah masuk waktu tidurnya, dan Renata harus segera mengistirahatkan tubuhnya.

"Aku mau tidur sekarang. Kakak biasanya tidur jam berapa?"

Rai melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. Dan betapa terkejutnya ia ketika jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.

"Jam 9 sebenernya. Tapi gak papa, kita tidur sekarang aja."

Renata mengangguk. Dan mulai menidurkan tubuhnya di ranjang utama. Diikuti Rai yang juga melakukan hal serupa di ranjang kedua, dengan perasaan yang tak biasa karena baru mendengar pernyataan yang sangat langka.

Rey menyukainya. Astaga.

***

^^^24-Mei-2025^^^

1
Zαskzz D’Claret
mampir juga thor😁
Sky blue
Bikin kesemsem berat sama tokoh utamanya.
Febrianto Ajun
karyamu keren banget thor, aku merasa jadi bagian dari ceritanya. Lanjutkan ya!
Tít láo
Gemesinnya minta ampun!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!