Anin adalah seorang gadis yang diusianya baru menginjak umur 17 tahun ia sudah harus melewati berbagai rintangan dan cobaan hidup. Masalah demi masalah datang silih berganti tapi ia mencoba sabar melewatinya. Hingga suatu hari Anin harus melewati ujian yang sangat berat sepanjang hidupnya. Mamanya meninggalkan ia diusianya yang masih muda dan ia harus memulai kehidupannya setelah kepergian mamanya. Akankah Anin mampu menjalani kehidupannya tanpa sang mama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummunafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Selamat malam Anin, terimakasih ya atas traktirannya, salam buat mama kamu juga ya."
Tingg.....
Sebuah pesan membuat si pemilik ponsel menjeda film tontonannya. Gegas ia mengambil ponselnya dan seketika tergambar ekspresi keheranan dari wajah putih itu.
"Gilang? Darimana dia tahu nomorku?" tanya Anin kebingungan. Karena ia merasa tidak pernah memberikan nomornya pada siapapun. Anin mengabaikan pesan itu dan kini ia kembali melanjutkan acara ngedrakornya hingga pukul 03.00 dini hari.
"Hoaaamm ngantuk.. Astaga sudah jam segini aja.!"
Akhirnya Anin meletakkan lebih dulu laptopnya di atas meja belajar dan bersiap tidur. Rasa kantuknya sudah tidak bisa ia tahan. Hingha baru beberapa menit berlalu Anin sudah tertidur pulas.
*****
Kini sudah sekitar pukul 10.00 pagi Anin masih belum bangun juga, sedang mamanya sedari tadi sudah berangjat kerua, tak lupa sang mama menyiapkan stickynote diatas meja makan.
"Jangan lupa di makan ya sarapannya, mama pergi ngajar dulu." Begituulah kira-kira isi notes itu.
Kembali lagi pada Anin, kini ia belum juga bangun hingga tiba-tiba suara ponselnya membuatnya mau tidak mau harus bangun.
Tanpa melihat siapa yang menghubunginya, Anin langsung menggeser tombol memanggil.
"Halo ma, maaf Anin baru bangun, habis semalam kebablasan ngedrakor. Mama ke sekolah kah? Kenapa tidak bangunin Anin." Rentetan pertanyaan Anin membuat keheranan di seberang.
"Saya Gilang bukan mama kamu." ucapnya dingin
Mendengar suara laki-laki seketika Anin rasa kantuknya tadi langsung hilang. Astaga gimana ini? Duh malukan jadinya. Ahh mana kelewat jujur lagi bilang baru bangun.
Duh gagal deh jadi istri sholehah nih kalau kek gini.
"Ada apa?" tanya Anin dingin, padahal itu cuma akal-akalannya saja supaya bisa menutupi rasa malunya tadi.
"Saya ada di depan rumah kamu, bisa keluar sebentar?"
"Hah?"
Tuttt...
Belum sempat Anin menjawab, panggilan itu langsung terputus begitu saja. Nyebelin kan?
Anin dengan rasa malasnya segera keluar, tapi sebelum itu Anin sudah mencuci muka ya guys dan tak lupa sikat gigi. Ntar yang ada cowok pada ilfel sama Anin.
Krekkk!!
Tampak sosok sedang duduk di atas motor sportnya, saat mendengar suara derit pintu terbuka ia segera turun dari motor dan berbalik menatap ke arah Anin.
"Meski baru bangun cantik juga ternyata." gumam Gilang.
Duh Gilang mikir apasih..
Skip...
Anin segera mendekat ke arah Gilang, sebenarnya ia sudah sangat malas seperti ini, tapi tamu tak diundang itu sudah muncul saja di halaman rumahnya. Mana gangguin orang lagi tidur.
"Kenapa lagi kak?" tanya Anin langsung. Sungguh Anin malas berbelit-belit dengan pria di hadapannya ini.
"Ini buat kamu." ujar Gilang sembari memberikan Anin sebuah kltak kecil yang entah apa isinya. Author pun tidak tahu guys hihi..
"Apa ini?" tanya Anin sambil menatap ke arah Gilang seakan meminta jawaban. Namun yang ditatap hanya tersenyum
"Kamu buka di dalam saja ya. Ohiya ini tadi saya singgah beli sarapan. Nih ambil." ucapnya lagi sembari memberikan sebungkus kresek entah apa yang dibelinya.
"Terimakasih." hanya itu yang bisa Anin ucapkan.
"Ya sudah kalau gitu saya permisi ya. Semoga kita bisa bertemu lagi di waktu yang tepat. Ucapnya dan segera melajukan kendaraannya meninggalkan Anin yang masih terdiam.
"Hah? Maksudnya apa ya? Ya sudahlah mending sarapan. Lapar juga." ucap Anin dan segera masuk ke dalam rumahnya.
Anin ke kamarnya lebih dulu, ia menyimpan kotak tadi di atas meja belajarnya dan kembali ke dapur untuk makan.
Hampir sejam akhirnya drama sarapan Anin selesai. Kenapa bisa selama itu? Ya karena Anin makan sambil main ponsel.
*****
Dirumah sendirian, membuat Anin bosan. Akhirnya ia mencoba menghubungi sahabatnya Rika. Ahh jadi rindukan sama Rika.
Tut....
"Halo Nin, kenapa nih? Tumben?"
"Lo nggak rindu sama gue Rik?"
"Sorry beib, lagi sibuk hehe, kemaren sih sibuk. Kenapa nih bestieku?"
"Kesini dong temenin. Gue sendirian nggak ada teman ngobrol."
"oke deh, tapi gue siap-siap dulu yee?"
"Iya buruan gue tungguin."
Pembicaraan Anin dan juga Rika terhenti. Saat tengah menyimpan kembali ponselnya diatas nakas di samping tempat tidurnya, sorot mata Anin melirik ke arah kotak kecil yang tadi ia simpan sebelum makan.
"apa sih isinya?" Tanya Anin keheranan. Akhirnya ia mengambil kotak itu dan kembali duduk di atas kasurnya. Seketika...
"Cincin?" gumam Anin sambil memengang sebuah cincin, dan ditengahnya ada semacam berliannya. Membuat cincin ini terlihat sangat cantik. Apalagi kalau dipake Anin tambah dobel cantiknya.
Saat tengah fokus melihat cincin itu, Anin melihat juga ada sebuah surat. Si Gilang main surat-suratan dia.
Anin mengambil sepucuk surat itu dan perlahan membukanya.
Kira-kira apa ya isi dari surat itu...
Jreng jreng jreng.....