Tentang Jena, wanita malang yang lahir dari hasil perselingkuhan. Dulu, ayahnya berselingkuh dengan seorang pelayan dan lahirlah Jena.
Setelah ibunya meninggal, ayahnya membawanya ke rumah istri sah ayahnya dan dari situlah penderitaan Jena di mulai karena dia di benci oleh istri ayahnya dan juga Kaka tirinya.
selama ini, Jena selalu merasa sendiri. Tapi, ketika dia kuliah dia bertemu dengan Gueen, dan mereka pun bersahabat dan lagi-lagi petaka baru di mulai, di mana tanpa sengaja dia tidur dengan Kaka Joseph yang tak lain kakanya. Hingga pada akhirnya Jena mengandung.
Dan ketika dia mengandung, Josep tidak mau bertanggung jawab karena dia akan menikah dengan wanita lain. Dan kemalangan menimpa Jena lagi di mana dokter mengatakan bahwa bayi yang di kandungnya mengandung down sydrome.
Dan ketika mengetahui Jena hamil, Joseph menyuruh Jena untuk mengugurkan anak mereka, tapi Jena menolak dan lebih memilih pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 13
Akhirnya acara makan malam pun selesai, Kini Kayra dan Joseph sedang berada di perjalanan untuk pulang. Tadi sedari masuk ke dalam mobil, Kayra tidak banyak berbicara, wanita itu cenderung melamun.
Dan Joseph menyadari betul apa yang dipikirkan oleh istrinya, dia berpikir bahwa Kayra sedang bersedih karena Gueen hamil terlebih dahulu. Tapi sebenarnya yang Joseph tak tau, Kayra bersedih bukan karena karena dia tersaingi oleh Gueen, tapi karena dia takut posisinya semakin lemah.
“Sayang jangan diambil pusing, jangan stres mungkin belum waktunya saja," ucap Joseph ketika setelah lama dia diam.
Kayra menoleh, dia merubah ekspresinya menjadi lebih menyedihkan, dia juga berusaha untuk membuat matanya basah seolah dia ingin menangis, tentu saja itu untuk menarik perhatian Joseph.
“Aku takut,” lirih Kayra.
“Takut kenapa?"
“Aku takut. Bagaimana jika nanti anak kita tidak mendapat perhatian seperti anak Gueen dan kalindra, karena anak Gueen dan Kalindra adalah cucu pertama.”
“Orang tuaku tidak seperti, Sayang. Mereka akan menyayangi cucu-cucunya, tidak usah berkecil hati oke,” ucap Joseph.
“ Bagaimana jika kita mengadopsi saja anak dari panti asuhan,” ucap Josep lagi. Namun dengan cepat Kayra menggeleng.
“Tiidak, aku tidak mau, aku ingin anak yang lahir dari rahimku,” jawab Kaira karena jika dia mengadopsi anak, dia hanya akan mendapat repotnya saja, sedangkan dia tidak akan mendapatkan apa-apa
Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang akhirnya mobil yang dikendarai oleh Josep sampai di rumah, hingga keduanya pun turun lalu masuk ke dalam rumah.
Saat masuk ke dalam rumah, Josep langsung pergi ke ruang kerjanya karena ada satu hal yang harus dia urus, berbeda dengan Kaira yang langsung pergi ke kamar.
Saat berada di kamar lagi-lagi Kaira terdiam sekarang otak wanita benar benar terasa tercabik-cabik. Urusan Haura saja belum selesai, di tambah lagi sekarang urusan adik iparnya.
***.
Jena berjalan kesana kemari, entah kenapa rasanya dia tidak tenang, karena memikirkan Soraya. Barusan, Soraya mengirimkan uang yang sangat banyak ke rekeningnya dan ketika dia menelpon Soraya untuk menanyakan kenapa Soraya mengirimkan uang, nada Soraya terdengar sangat panik, seolah ada yang di sembunyikan oleh wanita itu. Soraya mengatakan sedang ada pekerjaan sampingan, tapi entah kenapa Jena yakin Soraya berbohong.
Jena mengutak-atik ponselnya berusaha untuk menghubungi Soraya lagi, tapi sayangnya Soraya tidak mengangkat panggilannya.
Satu jam kemudian
Jena yang sedari tadi khawatir pada Soraya memutuskan untuk masuk ke dalam kamar, dia akan menghubungi Soraya nanti. Saat masuk ke dalam kamar, ternyata Haura terbangun dari tidurnya. Gadis itu melamun sambil memegang tangan yang kemarin dicubit oleh Kayra, Karena setelah tangan itu membiru, luka di tangan Haura berubah menjadi menghitam.
Dan sedari sadari kemarin malam, Haura juga sempat mengalami demam, tentu saja karena syok dan juga Karena rasa sakit yang dialami Haura.
”Haura!" Panggil Jena.. Haura menyodorkan tangannya pada ibunya, meminta Jena untuk mengelus tangannya, hingga Jena meringis dia yakin sekarang Kayra sedang merasakan rasa sakit yang luar biasa dan yang membuat Jena sesak, Haura tidak bisa mengekspresikan rasa sakitnya.
“Sakit.” Haura mengucapkan itu dengan dengan suara yang tidak jelas. Haura memang bisa berbicara hanya saja belum banyak kosakata yang dikeluarkan anak itu, dan walaupun sudah mengucapkan beberapa kata, Haura tidak pernah bisa di paksa untuk berbicara.