Rafa terpaksa menerima keputusan dari atasannya untuk tinggal bersama Vanya—perempuan menyebalkan, yang selalu membuat kepalanya hampir pecah setiap hari.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya? Mungkinkah keributan di antara mereka, akan berubah menjadi cinta dalam waktu enam bulan tinggal bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shanum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Bulan
Keesokan hari, Vanya menggeliatkan tubuh di atas ranjang. Mentari yang menyusup dari kaca jendela, menyapu pori-porinya, Vanya terbangun dan tetap membiarkan selimut hitam tebal menutupi sebagian tubuhnya.
"Oh, apaan ini?" gumam Vanya, tatkala tangan merasakan ada sesuatu. Perempuan itu tak langsung menoleh, jari-jari mulai dipergunakan untuk meraba dan menekan-nekan, mencari tahu apa baru saja ditangkap oleh tangan.
"Duh, apaan sih?!" Terdengar suara, beriringan dengan tangan ditepis kasar.
Vanya membuntang, dia menghapal suara berat yang selalu berteriak padanya sepanjang waktu. Kepala menoleh dengan segera, mencari tahu kebenaran atas prasangka coba ditepis dari pikiran. "Master?!" terkejut, duduk menekan selimut di depan dada.
"Ma—Master ngapain di sini?!" imbuhnya, lalu mengintip bagian dalam selimut.
"Gak usah diintip, pakaian kamu masih lengkap. Gak ada niatan buat nyentuh tubuh kecil kayak gitu, tenang aja." Rafa berceloteh sembari menoleh. "Papa yang gendong kamu kesini tadi malem, bukan aku yang mau."
"Pa ... papa?!'
"Iya. Kamu ketiduran di sofa, makanya digendong papa kesini. Mau dianter ke kamar Alya, tapi ada Juju udah ngorok menuhin kasur." Lelaki berkaus putih polos itu menerangkan. "Udah diem, aku mau tidur."
"Lah, udah siang. Kita gak ke kantor?"
"Enggak. Aku udah ngomong kalau mau nyelesein laporan dulu hari ini." Rafa memunggungi Vanya, menarik selimut ke arahnya.
"Oh ...." Perempuan dengan rambut acak-acakan itu kembali berbaring.
Rafa menoleh kala merasakan ranjang bergerak, melihat Vanya yang sudah menempati bantal dalam posisi terlentang. "Bangun! Giliran kamu piket hari ini! Nyapu sama ngepel sana, terus cuci baju. Aku gak mau ada debu dikit aja di rumah!"
"Bentar, ngapain papa nganterin aku kesini? Master gak ngasih tau kalau ini kamarnya master, gitu?"
"Papa bukan kamu, Anya. Gak usah dikasih tau, juga udah tau dari barang-barangku!"
"Lah terus, master kok malah tidur disini juga? Kenapa gak tidur di luar, atau sama Vino aja? Mau nyari kesempatan sama aku yang gak sadarkan diri?"
"Mikirmu!" tegas Rafa. "Ini rumahku, ranjang juga aku yang beli. Ngapain aku harus ngalah tidur di tempat lain? Gak ada otak! Lagian juga papa tau kalau aku tidur di sini."
"Iya ... iya. Gak usah bawa-bawa aset! Nyebelin!"
"Bangun! Baju kotorku udah numpuk itu loh!"
"Satu jam lagi, aku masih ngantuk. Badanku rasanya kayak abis dipukulin orang satu RT."
"Gimana gak kayak dipukulin orang, tadi malam jatuh udah berapa kali." Rafa bersuara pelan, kemudian tidur lagi.
Vanya sudah lebih dulu terpejam, rasa kantuk dan lelah memang dirasakan cukup hebat. Semalam, perempuan yang memiliki pola tidur luar biasa itu, memang terjatuh dari ranjang berulang. Mengharuskan Rafa yang lembur sendirian, harus mengangkat ke atas ranjang.
Hingga rasa kesal tak bisa lagi dibendung, Rafa pun menutup kasar laptop dan memagari tubuh Vanya dengan bantal guling. Namun, sayangnya justru tubuh sendiri yang dijadikan sasaran oleh Vanya, dari ditendang sampai dipukul. Itu yang menyebabkan Rafa tak bisa tidur nyenyak, dan baru bisa terpejam sekitar dua jam lalu.
Belum lagi, semalam ia juga menemani David, berbincang banyak hal dengan pria yang tak bersedia menginap di basecamp. Tentang Vanya dan Robby, tentang larangan keras yang diingatkan berulang, agar Rafa tidak pernah berusaha mendekati Vanya.
Itu menjadi pemikiran tersendiri bagi lelaki yang tak mampu memejamkan kedua mata sekarang. Ada sesuatu yang bertolak belakang, antara hati serta pikiran. Ingin sekali mengatakan terhadap David, perihal apa yang terjadi antara dirinya juga Vanya. Namun, suara harus ditekan lebih kuat, sebelum amarah didapatkan dari pria yang sangat mencintai putrinya itu.
...****************...
Di pagi sama, namun tempat berbeda. David sudah menyisir jalanan dengan sepatu olahraga putih miliknya, ditemani oleh seseorang yang semalam mendapat teguran keras darinya. Siapa lagi jika bukan Robby, orang yang sengaja datang pagi-pagi untuk berolahraga bersama.
"Aku udah peringatin kamu berulang kali, jangan pernah deketin Anya, atau maksa dia buat nikah. Kenapa kamu gak pernah ngerti soal itu, Robby?"
"Aku berhak kok buat miliki dia, dan gak ada yang bisa cegah. Dua bulan aja, kalau Vanya emang gak mau sama aku, ya udah. Aku sendiri yang bakal batalin perjodohan ini."
"Dua bulan?" David menoleh. "Dalam waktu dua bulan itu, kamu mau gunain semua cara buat dapetin dia? Kamu pikir, aku sama Fathan bakalan diem aja?"
"Gak ada kayak gitu. Harusnya, om sama Fathan tuh curiga ke Rafa, bukan aku. Dia jauh lebih bisa macem-macem, karena tinggal satu rumah. Siapa yang tau, kalau Rafa udah ngapa-ngapain Vanya selama ini."
"Jaga omongan kamu, Robby!"
"Aku ngomong kenyataan. Kita gak buta buat tau gimana Rafa. Cewek mana yang gak deket sama dia, sih? Playboy kayak gitu, malah dipercaya buat jagain Vanya. Masih mendingan juga aku yang jagain dia."
"Aku lebih tau gimana Rafa, dan aku percaya sama dia bukan tanpa pertimbangan." David menegaskan. "Sampai kapan pun, aku gak akan pernah biarin kamu deketin Anya!"
"Kalau jodoh, mau ngapain? Jodoh itu di tangan Tuhan, bukan tangan om atau manusia lain. Aku gak peduli biarpun om ngelarang, karena terpenting itu Vanya mau sama aku. Tenang aja, gak akan ada cara licik selama dua bulan itu."
Robby menghujani kata demi meyakinkan. David hening memaksa otak bekerja dengan segala pertimbangan, dari sudut-sudut berbeda. "Hanya dua bulan! Selama itu, aku bakalan terus ngawasin kamu sama Anya!" tekan pria berkacamata itu, Robby menatap tanpa sanggahan dan sekedar mengeraskan rahang.
"Sebelum dua bulan, kita liat aja siapa yang bakalan kalah!" Robby berbicara dalam hati.
kqyaknya banyak author yg lari ya krn kebijakan baru dr NT
Tahan Fathan... jangan di bogem dulu si Rafa, masih banyak ini kayaknya yg mau diocehin si Anya..
TIKUNG Faaa...!!!
😅😅😅