"Buka hatimu untukku kak Praja," mohon Ardina Rezky Sofyan pada sang suami dengan penuh harap. Air matanya pun sejak tadi sudah menganak sungai di pipinya.
Pernikahan sudah berlangsung lama tapi sang suami belum juga memberinya kebahagiaan seperti yang ia inginkan.
"Namamu belum bisa menggantikan Prilya di hatiku. Jadi belajarlah untuk menikmati ini atau kamu pergi saja dari hidupku!" Balas Praja Wijaya tanpa perasaan sedikitpun. Ardina Rezky Sofyan menghapus airmatanya dengan hati perih.
Cukup sudah ia menghiba dan memohon bagaikan pengemis. Ia sudah tidak sabar lagi karena ia juga ingin bahagia.
Dan ketika ia menyerah dan tak mau berjuang lagi, akankah mata angin bisa berubah arah?
Ikuti perjalanan cinta Ardina Rezky Sofyan dan Praja Wijaya di sini ya😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Perasaan Bahagia
Praja Wijaya membuka tirai jendela besar di dalam kamarnya untuk mengizinkan sinar matahari pagi memasuki kamar berukuran 4 X 5 meter itu. Pagi yang sangat indah bagi semua makhluk yang hidup di bumi ini.
"Cerahnya," ucap Praja seraya tersenyum. Pagi cerah pertama di musim penghujan. Cuaca yang biasanya basah dan lembab ini tampak lebih segar karena matahari bersinar tak malu-malu lagi dari ufuk timur.
Praja menarik nafas ringan. Ia tidak tahu kenapa hatinya pagi ini sangat bahagia. Mungkinkah karena semalam ia bermimpi bertemu dengan seorang putri kecil yang sangat cantik?
Entahlah. Akan tetapi tiba-tiba saja ada debaran yang sangat indah di dadanya. Ia sendiri tidak ia tahu apa itu tetapi ia merasa bahwa ia sangat bahagia pagi ini.
Menghirup udara pagi yang begitu segar, ia pun kembali tersenyum. Dalam hati ia memuji dan mengucap syukur kepada Tuhan yang telah memberikan anugerah yang sangat indah ini.
"Ah ya, aku harus bertemu dengan investor dari Jakarta itu pagi ini. Dan ya ampun sekarang sudah jam berapa nih?" Praja segera melihat jam dinding yang ada di dalam kamarnya.
Jarum Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi dan itu berarti ia hanya punya waktu 1 jam untuk bersiap dan menjemput Selfina di rumahnya.
Pria itu segera berlari ke kamar mandi tetapi sebelumnya ia mampir terlebih dahulu ke sisi kanan headboard ranjangnya memandang wajah Ardina yang sedang tersenyum padanya.
"Mau mandi bersamaku Din?" tanyanya seraya tersenyum dengan debaran jantung yang semakin cepat. Entah kenapa cinta dan rindunya pada perempuan itu semakin besar saja dari ke hari.
"Aku mandi duluan ya sayang," lanjut pria itu kemudian segera masuk ke kamar mandi. Tak lama kemudian, ia pun keluar dari sana dan langsung berpakaian.
Tuan Maher terkenal dengan kedisiplinannya. Dan ia sangat suka itu. Praja Wijaya juga sangat menyukai semua urusan yang teratur dan terencana dengan baik.
Setelah berpakaian yang cukup rapih ia pun keluar dari kamarnya dengan langkah ringan. Perasaannya cukup baik hari ini seperti cuaca di luar sana.
"Praja, sarapan dulu nak." Dewinta menyambutnya di depan kamar dengan perasaan yang sama baiknya dengan Praja.
"Iya ma, aku memang lapar."
"Setelah bertemu dengan tuan Maher, kamu bisa kok bawa Selfina jalan-jalan di tempat wisata itu."
"Ah iya ma."
"Baguslah. Selfina sepertinya adalah gadis yang baik hati. Masakannya juga enak. Dan ya ia pandai menyenangkan orang tua seperti kami."
Praja menatap sang mama, ia tahu apa maksud dari perkataan perempuan yang telah melahirkannya itu. Ia mengangguk setuju saja akan semua perkara sang putra. Sungguh, ia sedang tidak ingin berdebat saat ini karena perasaannya sedang sangat baik.
"Baiklah ma, aku permisi dan doakan pembicaraan bisnis kami hari ini berjalan dengan baik."
"Insyaallah, doa mama selalu menyertaimu."
"Sampaikan juga salam ku untuk papa."
Pria itu mencium punggung tangan sang mama sebelum keluar dari rumah itu.
Dewinta tersenyum seraya melambaikan tangannya. Setelah itu ia melanjutkan sarapannya juga yang sempat tertunda.
🌹
Selfina mematut dirinya di depan kaca untuk yang kesekian kalinya. Penampilannya harus maksimal hari ini. Sebagai sekretaris baru, ia harus bisa mendapatkan hati sang bos agar masa depannya terjamin.
"Pokoknya hari ini aku harus bisa menunjukkan pada pak Praja kalau aku sangat bisa menggantikan posisi seorang Ardina Rezky Sofyan. Baik itu di Perusahaan maupun di hati pria itu."
"Katanya, pria paling suka melihat rambut yang rapih dan juga harum," ujarnya kemudian menyemprotkan parfum pada belakang kupingnya
"Fin, kamu udah selesai belum?" Selfina tersentak kaget dari lamunannya. Ia pun memperbaiki kembali riasannya dan penampilannya kemudian segera menuju ke pintu kamarnya untuk membukanya.
"Ibu? Ada apa?" tanyanya pada seorang perempuan paruh baya yang tiba-tiba muncul di depan pintunya.
"Bosmu yang tampan itu sudah ada di luar menunggumu."
"Ah iyyakah ibu? Itu artinya aku harus berangkat sekarang juga." Selfina kembali masuk ke dalam kamarnya dengan langkah cepat.
Tas, laptop, dan juga handphone tak lupa ia ambil dan bawa keluar dari kamarnya. Setelah itu pun keluar dari arah jalan lain.
"Ibu, aku pergi." Selvina berpamitan kepada ibunya kemudian segera mengikuti Praja Wijaya yang sudah melangkah lebih dahulu.
"Ingat! Pastikan kamu mendapat perhatian pak Praja agar masa depan kita bisa lebih baik." Ibu Selfina berucap dengan wajah serius.
"Ah iya ibu. Aku sangat mengerti maksudmu. Baiklah aku pergi," ucap gadis itu dan segera melangkahkan kakinya dengan cepat untuk memburu langkah panjang Praja Wijaya.
Selfina menyimpan semua barang bawaannya di deret kedua kursi di dalam mobil itu. Setelah itu ia berniat duduk di depan. Akan tetapi sang pemilik mobil malah memintanya untuk duduk di bangku belakang.
"Tapi pak, apakah bapak tidak merasa sebagai sopir saya, maaf," ujar Selfina dengan wajah bingung.
"Gak apa-apa. Lah emang benar 'kan? Aku adalah sopir kamu." Pria itu menjawab dengan wajah santai. Ia pun naik ke atas mobilnya diikuti oleh Selfina yang duduk di belakang tanpa protes.
"Ya ampun pak. Apa kata pak Maher nanti?" tiba-tiba saja Selfina bersuara lagi karena merasa rencananya tidak akan berhasil jika ia hanya diam dan tak mampu untuk mengkritisi aturan yang ada.
"Kenapa? Kamu gak mau duduk di belakang?" tanya Praja yang sudah sangat sadar akan tingkah sekretaris baru itu. Selfina hanya tersenyum meringis.
"Baiklah, kamu yang nyetir."
Praja yang sudah berada Jauh dari rumah gadis itu langsung mematikan mesin mobilnya.
"Iya pak." Gadis itu langsung menurut. Ia baru menyadari kalau ia terlalu banyak tanya padahal ia hanya bawahan saja. Praja pun turun dari mobilnya yang kemudian digantikan oleh Selfina sebagai sopir.
"Kita berangkat sekarang dan jangan buang-buang waktu aku." Praja berucap dengan nada tegas.
Saat ini ia sedang tidak ingin banyak berbasa-basi dengan seorang perempuan manapun.
Kesalahannya dulu saat bersama Ardina adalah ia banyak memberi kesempatan pada gadis itu untuk menyukai dan mencintai nya. Dan sekarang ini lah yang terjadi.
Selfina pun melajukan mobil itu menuju sebuah rumah makan yang berada di sekitar tempat wisata pantai Carita.
Praja Wijaya yang duduk di bangku belakang kembali sibuk dengan gadgetnya sedangkan Selfina juga harus tampak serius dengan jalanan yang cukup ramai dihadapannya.
Weekend seperti ini jalanan selalu ramai dan juga macet.
Selfina melirik kearah Praja Wijaya yang nampak sangat serius dengan benda pipih elektronik yang sedang berada ditangannya.
Bagaimana cara aku mengambil hati dan perhatiannya kalau pria itu lebih tertarik pada handphonenya daripada perempuan.
Brakk
Ciiit
Selfina dengan cepat mengerem mendadak mobil yang sedang dikendarainya. Ia yakin kalau ia sedang menabrak sesuatu di depan sana.
"Ada apa Fin?!" tanya Praja dengan wajah kagetnya. Ia khawatir ada seorang korban dari bunyi pertemuan dua benda keras entah dimana.
"Duh, sabar ya pak. Saya lihat kedepan dulu," ujar Selfina dengan wajah khawatir.
Ia pun turun dari mobil itu secepatnya. Memeriksa seluruh keadaan kendaraan roda empat itu kemudian kembali naik ke atas mobil pimpinannya.
"Ada apa?" tanya Praja penasaran.
"Gak ada apapun pak, Alhamdulillah."
"Lanjutkan perjalanan kita. Tuan Maher pasti sudah lama menunggu."
"Ah iya pak."
Mereka pun berangkat menuju tempat janjian dengan investor dari Jakarta itu.
🌹🌹🌹
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?
Nikmati alurnya dan happy reading 😊