Cora mengalami kecelakaan saat membantu wanita tua yang hendak menyeberang jalan. Saat sadar, jiwanya sudah berada dalam tubuh wanita yang memiliki nama yang sama dengannya.
"Nghh.." Cora memegang kepalanya yang terasa pusing.
"Jadi aku masih hidup?"
"Cora, akhirnya kamu sadar. Kamu harus memberi penjelasan padaku. Kenapa kamu meneguk racun itu untuk mengakhiri hidupmu?"
"Racun? bukankah aku mengalami kecelakaan? sejak kapan aku minum racun," batin Cora.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gelsomino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12: Dikhianati
Cora turun dari taxi setelah tiba di depan gedung apartemennya. Cora menarik nafasnya sebelum ia melangkahkan kakinya menuju lobby. Unitnya berada di lantai 4.
Pintu lift terbuka, Cora melangkahkan kakinya keluar dari lift. Ia berjalan menyusuri lorong apartemen menuju unitnya. Cora terkejut saat melihat dua orang pria dan wanita keluar dari unitnya.
"Isabel, Barnes.." gumam Cora. Kedua orang itu tampak berpegangan tangan. Keduanya terlihat mesra sekali. Cora terkejut saat Barnes mengecup bibir Isabel.
"Sial... apa mereka bermain di belakangku selama ini," gumam Cora mengepalkan tangannya. Kedua matanya menatap tajam sosok dua manusia yang sedang berjalan ke arahnya. Jadi selama ini dia sudah dibohongi oleh pacar dan temannya. Menyedihkan sekali. Cora bahkan sudah menganggap Isabel seperti saudaranya sendiri. Tapi apa yang wanita itu lakukan padanya.
"Aku terlalu bodoh selama ini," batin Cora menahan air matanya. Ia tidak akan menangis hanya karena dua orang penghianat seperti mereka. Seharusnya sejak awal dia tidak menaruh kepercayaan besar pada kekasih dan sahabatnya.
"Tahan.. tahan Cora. Kamu tidak selemah itu. Jangan menangisi pria seperti dia," gumam Cora seolah menyemangati dirinya.
Barnes dan Isabel semakin mendekat ke arahnya. Ingin sekali Cora menghajar Barnes dan Isabel sekarang. Namun ia harus menahannya. Karena sekarang ia berada dalam tubuh yang berbeda. mereka tentu tidak akan mengenalnya.
"Sayang apa kamu mengenalnya? dia sepertinya menatap kita sejak tadi," bisik Isabel berjalan melewati Cora namun masih bisa di dengar oleh Cora. Cora lalu pergi menjauh dari mereka.
"Tidak, mungkin hanya perasaanmu saja," jawab Barnes merangkul Isabel.
Setelah Barnes dan Isabel pergi Cora membuka masuk ke dalam apartemennya setelah menekan sandi apartemennya. Cora juga langsung mengganti sandinya. Ia tidak ingin Isabel datang lagi ke apartemen miliknya. Cora muak dengan wanita itu. Mulai sekarang ia membenci Isabel dan Barnes yang sudah mengkhianatinya.
"Sial, apa kedua penghianat itu bercinta di kamarku," ucap Cora melihat tempat tidurnya yang berantakan.
"Menjijikkan sekali," gumam Cora emosi.
Cora berjalan mendekati lemarinya, membuka laci lemari dan melihat uang dan kartu atmnya sudah tidak ada lagi. Ia bisa tebak siapa pelakunya. Tentu saja Isabel. Hanya satu orang yang tau dimana letak kunci dan barang-barang berharganya.
"Isabel sialan..." teriak Cora marah. Selain mengambil Barnes, ia juga mengambil uang dan kartu atm Cora.
"Akh... kenapa hidupku sial sekali. Kenapa aku mendapatkan kekasih dan teman seperti mereka," gumam Cora menyesal.
Cora berlari menuju ruang tamunya. Cora naik ke atas sofanya dan menurunkan lukisan yang menempel di dinding.
Cora merasa lega setelah melihat kartu atmnya masih tertempel di bagian belakang lukisan. Satu-satunya harta yang tertinggal. Entah ide darimana, Cora menyembunyikan kartu ATM nya di balik lukisan yang dibelinya 5 tahun lalu. Dan sejak lima tahun lalu, ia selalu menabung setengah dari gajinya. Semuanya disimpan di dalam ATM.
Cora mengambil ponselnya dari dalam tas kecil yang dipakainya dan menghubungi Violet.
"Halo, aku akan kembali ke LA besok," ucap Cora.
"What? cepat sekali. Apa kamu sudah menemui kekasih dan temanmu?" tanya Violet.
"Sudah. Mereka melewatkan malam panas di apartemenku," kata Cora.
"Mak.. maksudmu bagaimana Cora? jangan bilang mereka selingkuh dari mu," tukas Violet menerka. Cora diam sejenak.
"Jadi mereka selingkuh.."
"Aku tidak ingin membahasnya lagi. Mengingat wajah membuatku mual. Aku tutup dulu. Bye.." kata Cora mematikan ponselnya.