Apa jadinya jika menantu yang selama ini di benci bahkan di caci merupakan seorang yang sangat berada jauh di atasnya bahkan uang yang di gunakan foya-foya selama ini adalah uang menantunya ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss el, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BMS.12
Setelah ditinggalkan kedua orang itu Kasih melakukan tugasnya seperti biasa membereskan meja makan, mencuci piring kotor lalu mencuci pakaian yang menumpuk di belakang padahal sudah dicuci setiap hari.
Dia tidak pernah mengeluh melakukan semua ini dan hanya menganggap sebagai bentuk bakti kepada mertua walaupun caranya sangat sadis.
Kasih yang sudah tidak memiliki orang tua lagi tidak menganggap bahwa perlakuan Bu Asri sudah keterlaluan walau kadang kala dia pernah merasa keberatan diperlakukan rendah seperti ini tapi setidaknya di hari besar menghargai Ibu dari suaminya ini.
Jika ingin melawan mungkin dia bisa tapi dia masih ingat bahwa surganya ada di telapak kaki suami dan surga suami ada di telapak kaki ibu jadi untuk meraih surganya maka Kasih harus bisa membuat kedua orang itu nyaman atau tidak marah kepadanya.
"Mengalah bukan berarti kalah, mengalah bukan mencerminkan kita tidak mampu melawan hanya saja jika semuanya bisa menghindari perselisihan kenapa harus meributkan hal kecil seperti ini,"
Melakukan pekerjaan rumah ini bukanlah hal yang berat hanya saja jika mereka menyuruh dengan cara baik-baik tentu Kasih tidak keberatan melakukannya.
Tapi setidaknya hargai dia sebagai manusia yang juga tinggal di rumah ini apalagi status mereka hanya tamu walaupun masih keluarga suaminya.
"Benar kata orang tidak baik tinggal bersama walaupun orang tua maupun keluarga yang lain karena hanya akan menimbulkan perselisihan,"
Makanya banyak para pasangan baru setelah menikah lebih baik mengontrak rumah kecil yang sederhana asal bisa memberikan kenyamanan untuk mereka.
Karena tinggal bersama hanya akan memicu pertengkaran dan pasangan kita akan berada di posisi serba salah antara harus membela orang tua atau istrinya.
"Apakah suatu hari jika mereka tahu kebenarannya mereka akan berubah sikap kepadaku? tapi aku rasa iya karena untuk menghargai seseorang mereka hanya melihat dari segi materi,"
Jika melihat dari sifat Bu asri dan Tina maka sudah bisa dipastikan mereka hanya akan bisa menghargai Kasih dan menerima keberadaannya jika gadis itu memiliki materi yang berlebih.
Dikarenakan selama ini mereka melihat Kasih berpenampilan sederhana bahkan kasih mau saja diperlakukan seperti itu jadi semakin hari maka semakin membuat mereka bersemangat untuk mengusir gadis itu dari rumah secara halus.
"Selama mereka tidak main fisik maka aku masih bisa bertahan tapi jika mereka sudah berani melukaiku jangan panggil aku Kasih lagi karena aku tidak akan pernah mengasihi mereka,"
Untuk menyelesaikan semua itu tidak membutuhkan waktu banyak untuk Kasih karena mungkin sudah terbiasa melakukan jadi bukanlah hal yang berat dan juga bukan menjadi beban.
Selesai menjemur pakaian kasih hendak ke kamarnya tapi saat melewati ruang tamu dia melihat ada tamu yang sedang mengobrol bersama Bu Asri dan Tina.
Dia memperhatikan saja dari jauh tanpa mereka sadari mungkin karena asyik mengobrol jadi keberadaan kasih tidak terlalu mereka hiraukan.
"Bikinin minum dulu habis itu baru aku ke kamar,"
Karena melihat belum ada minuman atau cemilan yang berada di atas meja jadi kasih berinisiatif membuatkan minum untuk tamu Bu asri dan Tina.
Kasih tidak pernah berpikir jauh akan kedatangan perempuan itu ke rumah ini.
Setelah selesai dia mengantarkan minuman itu kepada ketiga orang yang sedang asik ngobrol tidak tau membahas apa.
"Dia pembantu baru di rumah ini?"
Gerakan tangan Kasih meletakkan minuman terhenti mendengar ucapan perempuan itu karena sebagai tamu mulutnya terlalu lancang untuk menganggap orang yang menyuguhkan minuman adalah pembantu di rumah itu.
Tapi tidak bisa dipungkiri karena penampilan Kasih yang sederhana saat di rumah ditambah ia tampak kucel karena habis beres-beres di belakang jadi wajar perempuan itu menganggap dia seorang pembantu.
"Iya baru beberapa bulan ini bekerja karena dia perantau di kota ini,"
Kasih tersenyum kecut mendengar ucapan Bu Asri yang membenarkan ucapan perempuan itu yang menganggap dirinya pembantu bukan menantu.
Tapi gadis itu tidak ambil hati karena ini bukan kali pertamanya dia tidak dianggap sebagaimana tuh di rumah ini bahkan di depan Abi anaknya pun dia terkesan cuek walaupun setengah mati dia ingin sekali menyingkirkan gadis itu dari rumah ini.
"Wah Ibu baik sekali ya mau menampung perantau yang tidak jelas asal usulnya bekerja di rumah ini,"
Kasih menebalkan telinganya dan segera menyuguhkan minuman itu karena dia tidak ingin mendengar lebih jauh lagi ucapan yang mungkin menyakiti hatinya walau ini bukan pertama kali.
"Iya kasihan dia terlunta-lunta dan sulit mencari pekerjaan jadi dibawa saja ke rumah ini lumayan untuk tambah pekerja dan meringankan pekerjaan bibik,"
Bu Asri dan Tina tersenyum melihat raut wajah kasih yang tidak terima atas ucapan mereka tapi tidak bisa berbuat apa-apa.
Puas melihat wajah ketidakberdayaan Kasih yang hanya bisa diam tanpa bisa membalas.
''ibu kan memang selalu baik kak pada semua orang apalagi melihat orang kesusahan jadi tidak tega bawaannya,"
Menambah menyanjung Bu Asri dengan ucapan yang sebenarnya tidak pernah mereka lakukan.
Jangankan untuk menolong orang yang kesusahan melihat pun enggan.
Mulut mereka itu begitu manis menyalahi manisnya madu tapi di depan kasih perbuatan mereka melebihi pahitnya empedu.
"Ibu memang calon mertua idaman sekali ya dan sangat baik pada orang yang tidak dikenal apalagi sama keluarga sendiri pasti melakukan apapun,"
Tertipu dengan ucapan muslihat mereka berdua dan menganggap dua manusia di depannya ini adalah orang yang paling baik di dunia padahal mereka adalah titisan nenek sihir yang menjelma jadi manusia.
Mana ada calon mertua yang baik jika berniat memisahkan anak dan istrinya padahal sudah jelas-jelas di depan mata anaknya begitu bahagia dengan kehidupan yang sekarang.
Tapi dengan tanpa perasaan dia malah berniat memisahkan kedua orang itu.
Jadi dari segi apa Bu Sri bisa dikatakan baik? Baik untuk dimusnahkan atau baik untuk di bumi hanguskan?.
"Silahkan di minum,"
Walaupun telinga Kasih rasanya sudah panas mendengar ucapan serta bualan mereka berdua tapi dia tidak ada niat untuk menyela ucapan mereka.
Membiarkan saja apa yang mereka lakukan selama tidak mengusik hubungan dia dengan Abi karena yang terpenting baginya adalah cinta kasih suaminya.
Walaupun dia menginginkan kasih sayang dari mertua tapi untuk sekarang dia tidak berani berharap lebih.
"Terimakasih ya kamu pembantu yang rajin padahal belum di suruh buat minum,"
Tersenyum manis untuk mencari muka agar keinginannya menjadi istri Abi berjalan dengan lancar.
Jika dia tahu bahwa gadis yang menyuguhkan dia minuman adalah istri dari laki-laki yang sedang dia incar untuk menjadikan dirinya bagian dari keluarga ini.
Apakah setelah dia tahu kebenarannya akan mundur atau justru semakin maju karena melihat posisi gadis itu tidak aman apalagi mertuanya tidak menginginkan dia.
Pada kenyataannya jika orang sudah memiliki keinginan maka yang haram pun menjadi halal apalagi hanya untuk menyingkirkan istri sah yang dianggap tidak begitu penting.
Pelakor yang tidak tahu diri memang seperti itu.
"Sama-sama,"
Hanya untuk membuatkan minum tidak masalah bagi Kasih apalagi dia melihat perempuan di depannya ini baik tapi tanpa dia sadari bahwa kedatangan perempuan itu untuk menggeser posisinya sebagai istri Abi.
Semoga saja berhasil atau malah mendapat penolakan tegas dari Abi karena cinta laki-laki itu sudah mentok pada Kasih, istrinya.