Pacarku Datang Dari "Manga"

Kinara dan Dokter Dika kini telah sampai ke resepsi pernikahan Dokter Maya. Dokter Dika mengulurkan lengannya seolah memberi isyarat agar Kinara mau menggandengnya.

Kinara langsung paham dan melingkarkan tangannya di lengan Dokter Dika dan mulai berjalan memasuki aula pesta pernikahan yang tampak megah itu.

"Wah, dekorasinya keren banget. Jadi pengen nikah, tapi sama siapa?" celetuk Kinara sambil menatap aula resepsi pernikahan yang mengusung warna-warna pastel serta motif-motif bunga dalam dekorasinya.

Cantik, feminim, dan kesan romantis yang sangat kental di setiap sudut ruangan membuat Kinara merasa takjub. Sepertinya konsep itu yang ingin ditonjolkan oleh kedua mempelai kepada para tamu undangan yang hadir.

Dokter Dika langsung tertawa lebar mendengarkan Kinara yang blak-blakan mengungkapkan isi hatinya. Entah kenapa bocah yang dulunya pemurung itu, akhir-akhir ini berubah sangat drastis. Sekarang Kinara terlihat lebih ceria dan berani mengungkap isi hatinya.

Bahkan fakta ia pergi ke acara reuni SMA dan punya pacar cukup mengejutkan bagi Dokter Dika. Ia berharap Kinara segera melepaskan rasa traumanya dan kembali lagi bersinar terang.

"Kamu itu masih kecil, tapi yang dipikirin nikah terus." Dokter Dika kemudian mencubit hidung mungil Kinara.

"Kenapa sih Kak Dika ngomongin aku anak kecil mulu. Umurku itu udah 23 tahun, sekarang aku udah berada di ujung masa remaja dan sudah mulai tumbuh jadi wanita dewasa."

Dokter Dika hanya tersenyum sambil menatap Kinara. Kemudian Ia menarik Kinara untuk ikut mengantri memberi ucapan kepada kedua mempelai.

"Selamat ya, Bro. Akhirnya lu dapetin Dokter Psikolog tercantik seibukota." bisik Dokter Dika kepada mempelai Pria yang ternyata teman kampusnya.

"Thanks, Bro. Lu kapan nyusul? Dokter Mira masih single tuh. Pepet aja terus sampe dapet." ucap Mempelai Pria yang membuat Kinara langsung menyipitkan matanya.

Dokter Dika tak menjawab apapun kecuali memukul si mempelai Pria. Sedangkan Kinara hanya mengikuti di belakang Dokter Dika. Ia juga turut mengucapkan selamat kepada mempelai pria walau sempat merasa kesal.

"Selamat ya Dokter May, Semoga SAMAWA dan cepet dapet momongan." ucap Dokter Dika bergiliran mengucapkan selamat kepada mempelai Wanita.

"Makasih Dokter Dika. Ehh ... siapa ini, Nara?"

Nara langsung tersenyum, "Selamat ya Bu Dokter. Semoga SAMAWA." ucap Nara memberikan selamat kepada Dokter yang selama ini memberikannya Konseling saat ia mengalami depresi pasca trauma kecelakaan.

"Makasih Nara, udah Dateng. Gimana kabarnya sekarang? udah sering ikut kumpul-kumpul bareng temen dan udah punya pacar belum?" tanya Dokter Maya.

Kinara tersenyum malu-malu. "Aku udah punya pacar loh Bu Dokter."

"Wah ... kapan-kapan mampir lagi ya ke Klinik. Aku pengen denger ceritanya."

Dokter Dika langsung menarik tangan Kinara, "Jangan lama-lama. Antrian masih panjang tuh."

"Oke ... Bu Dokter." Kinara tersenyum dan berjalan pergi mengikuti Dokter Dika.

"Nara, mau ikut kesana nggak?" tunjuk Dokter Dika kearah sebuah meja melingkar tempat dimana rekan-rekan Dokternya berkumpul.

Kinara langsung salah fokus menatap seorang wanita yang paling menarik perhatiannya. Wanita yang memakai Dress merah itu tampak sangat menonjol di antara rekan-rekan Dokter lainnya.

Siapa lagi kalau bukan Dokter Mira. Ingatan saat di Mall kemarin masih terngiang-ngiang dipikiran Kinara. Meskipun dengan tegas Dokter Dika mengatakan mereka tak pacaran. Tapi kata-kata si mempelai pria tadi membuat Kinara resah.

Terlihat sebuah lambaian tangan yang tertuju kepadanya dari si wanita berdress merah menyala itu membuat Kinara semakin terbakar api yang membara.

"Males banget kesana ...." Batin Kinara kesal.

"Nara?" tiba-tiba seseorang menepuk pundak Kinara yang refleks membuat Kinara ataupun Dokter Dika serentak menoleh.

"Ricko? ngapain lo disini?" ucap Kinara begitu melihat siapa orang yang memanggil namanya.

"Ini kan acara pesta pernikahan Mbak Gue, Dokter Maya."

"Oalah jadi selama ini Adik ganteng yang sering dibicarain Dokter Maya itu lo, Ko? ya ampun gak nyangka gue."

Ricko tersenyum malu-malu sambil menggaruk belakang kepalanya. Kemudian pandangan Ricko terfokus menatap lelaki yang berdiri disebelah Kinara.

Apa ini Kinara Kondangan sama Om Om?

Batin Ricko sambil menatap Dokter Dika dari atas hingga ke bawah. Melihat tatapan aneh Ricko, Kinara langsung memperkenalkan Dokter Dika kepada Ricko.

Setelah mereka saling berkenalan. Dokter Dika pamit ingin menyapa rekan-rekan Dokternya. Dokter Dika sebenarnya juga mengajak Kinara, tapi Kinara lebih memilih bersama Ricko.

"Eh lu tadi udah salaman belum sama calon Mertua." ucap Ricko sambil menunjuk kedua orangtuanya yang sedang sibuk menyalami tamu.

"Apaan sih." Kinara hanya geleng-geleng kepala.

"Kapan ya kita berdua duduk berdamping di sana."

Kinara tak mendengar celotehan Ricko. Pandangannya masih sibuk menatap Dokter Dika dan Dokter Mira yang saling berbisik. Kinara juga mendengarkan walau samar sorakan para Dokter lain yang mengoda Dokter Dika dan Dokter Mira yang terlihat serasi.

Kinara yang kesal langsung mengambil minuman yang ada di meja. Ia menegaknya langsung habis. Bukan hanya segelas, Kinara langsung menghabiskan tiga gelas minuman tanpa sadar.

Ricko yang melihat tingkah aneh Kinara langsung merampas gelas ke empat yang akan Kinara minum.

"Nara, kamu gila ya? kamu tahu nggak yang kamu minum itu apa?"

Lagi-lagi Kinara tak mendengarkan ucapan Ricko. Ia berjalan mendekati Dokter Dika.

"Kak Dika." panggilnya sambil melambai dan tiba-tiba saja Kinara tak bisa mengendalikan tubuhnya dan langsung ambruk ke lantai.

***

❤ Love For You

🔛 Mode ON

Seperti Dejavu, perasaan yang sama kembali terulang. Perasaan dimana Kinara merasakan ada sesuatu yang menarik tubuhnya. Perasaan dimana dadanya terasa begitu sesak sampai tak bisa bernafas dengan baik. Ia yang masih setengah sadar dengan samar mendengar sebuah percakapan yang tampak familiar baginya.

"Menurutku dia yang paling kompeten dari pada para pelamar lain. Ia juga lulusan dari salah satu Universitas terbaik di Negeri ini. Selain itu penampilannya juga sesuai dengan apa yang Bapak minta. Ia punya Good Looking dan cantik."

Setelah mendengar dialog yang terasa familir baginya. Kinara langsung membuka matanya lebar-lebar dan menatap di sekelilingnya.

Ia memandang seseorang yang sedang duduk disebuah kursi yang menghadap ke jendela besar.

Kemudian pendangannya beralih menatap seorang lelaki berkaca mata sedang berdiri sambil membawa amplop berwarna coklat.

Gila! kenapa aku tiba-tiba pindah ke dunia komik di saat yang gak tepat? acara pestanya terus gimana?

Kinara beranjak dari tempat duduknya. Ia berjalan mondar-mandir sambil menyimak adegan cerita komiknya yang sedang berlangsung.

Orang yang duduk menghadap jendela, tiba-tiba memutar kursinya. Ia menatap lelaki di depannya yang bernama Ferdi dengan tatapan datar. Ferdi merupakan HRD yang bertugas menyeleksi sekertaris baru untuk Ken.

Ia tersenyum masam, "Kau hanya melihat dia dari cantiknya saja? dia jelas tak kompeten!" bentak Ken dengan mengeraskan intonasi suaranya.

Kinara yang mendengarnya jadi ikut terkejut. Meskipun ia sendiri yang sudah menyetting adegannya sedemikian rupa. Tapi, tetap saja melihatnya secara langsung membuatnya merinding dengan perubahan drastis Ken.

Ken yang terlihat polos dan lugu yang sering dilihatnya di dunia nyata. Kini telah merubah total imagenya menjadi lelaki angkuh dan CEO dingin yang mengerikan.

"Anda bisa cek hasil test dan inteviewnya, Pak." Ferdi mencoba menyodorkan sebuah amplop yang sedari tadi hanya dipegangnya ke meja.

Ken hanya melirik amplop itu dan menyuruh Ferdi pergi dari ruangannya. Selepas Ferdi pergi, Ken hanya duduk melamum di meja kerjanya. Tiba-tiba Ken seperti melempar pandangan menatap Kinara yang duduk di sofa sudut ruangan.

Ada apa dengan tatapannya? apa dia melihatku?

Batin Kinara mulai merasa was-was. Ken kemudian beranjak dari tempat duduknya. Ia berjalan kearah sofa dimana Kinara duduk. Setelah itu ia merebahkan tubuhnya ke Sofa.

"Haruskan aku menerimanya. Tapi aku belum siap untuk bertemu cinta pertamaku."

Ken menyandarkan tubuhnya ke sofa. Ia tiba-tiba melempar pandangannya menatap Kinara yang duduk disampingnya.

"Menurutmu aku harus bagaimana?" Ken melempar pertanyaan sambil menatap ke arah Kinara.

Apa dia bisa melihatku?