Hei teman-teman ini karya terbaru Author, jangan lupa mampir ya..🙏
"Jangan pernah berharap dengan pernikahan ini. Kamu tahu kalau saya terpaksa menikah denganmu. Andai saja Tasya tidak kabur di hari pernikahan kami, saya tidak akan pernah mau menikah dengan kamu!"
Alfan Ezra Kavindra
"Kamu pikir saya juga mau menikah dengan kamu?! Maaf, tidak. Kalau saja Gea adik kamu tidak memohon kepada saya, saya tidak akan mau menikah dengan pria sombong seperti kamu. Saya melakukannya juga terpaksa!"
Aleandra Shazfa Atmaja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Ziah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 12
Tak terasa sudah dua bulan usia pernikahan Alvan dan Alea. Tetapi hubungan mereka masih belum ada perkembangan. Hanya saja sikap Alvan sudah sedikit berubah. Alvan tidak sedatar seperti pertama kali bertemu.
Alea terbangun dari tidurnya karena merasa sangat haus. Alea pun melihat jam diponselnya, sudah jam satu dini hari. Alea beranjak dari ranjang dan berjalan keluar kamar. Saat akan menuju dapur untuk mengambil minum, Alea mengerutkan keningnya karena melihat ada cahaya di ruang tengah. Alea pun memutuskan untuk melihat keruang tengah. Dilihatnya tv menyalah dan Alvan lagi tiduran di sofa dengan tubuh di tutupi selimut.
"Mas belum tidur?" tanya Alea. Tapi Alvan tidak menjawab. "Mas.." Alea memanggil nya lagi, tapi tetap Alvan tidak menjawab. "Mungkin Uda tidur kali ya?" lirih Alea. Saat akan berbalik ingin ke dapur, ada perasaan tidak tenang meninggalkan Alvan. Alea pun berjalan mendekat ke sofa dan pada saat sudah di samping Alvan, Alea melihat tubuh Alvan bergetar seperti tubuhnya menggigil. Merasa tidak ada yang beres dengan Alvan, Alea langsung meletakkan tangannya di kening Alvan. Sontak Alea kaget.
"Ya Allah mas, kamu demam?" tanya Alea panik dan kuatir. "Mas, bangun.." ucap Alvan membangun kan Alvan. "mas.. hei, bangun."
"Hmmm.." jawab Alvan yang merasa ada yang menggoyang tubuh nya. Alvan berusaha membuka matanya, ia merasakan kepalanya sangat pusing. Saat matanya terbuka Alvan melihat Alea ada di sampingnya. "A-Alea, kamu..! ngapain di sini?!" tanya Alvan sembari memegang kepalanya yang terasa pusing.
"kamu demam mas. Apa mas udah minum obat?" tanyanya.
"Belum, aku hanya butuh istirahat nanti juga sembuh." jawab Alvan lemah.
"Ya udah aku buatkan mas bubur dulu ya.. entar baru minum obat. Kalau bisa mas pindah kekamar jangan di sofa tidur nya. Entar tubuh kamu sakit semua." ucap Alea nasehati.
"Hmm." Dengan perlahan Alvan beranjak bangun dari sofa, tapi karena tubuhnya yang lemas membuatnya susah untuk bangun. Alea yang melihat itu mencoba membantunya karena tidak tega.
"Sini mas aku bantu masuk kedalam kamar." ucap Alea membantu Alvan bangun, kemudian memapah nya masuk kedalam kamar Alvan.
Setelah selesai membantu Alvan dan Alvan sudah tidur di ranjangnya, Alea bergegas ke dapur membuatkan bubur untuk lelaki itu. Iya yakin pasti suaminya itu belum ada makan sama sekali. Selesai memasak bubur, Alea langsung meletakkan ke mangkuk. Kemudian membawanya ke kamar Alvan tak lupa ia juga membawa air putih dan obat demamnya. Karena Alea selalu menyetok beberapa obat, salah satunya obat demam.
"Mas, bangun makan buburnya dulu yuk?" saat ini Alea sudah duduk di pinggir ranjang Alvan, tepatnya di samping Alvan sembari membangunkannya. "Mas.." Alea menyentuh lengan Alvan agar terbangun. Alvan pun membuka matanya dan Alea membantu Alvan bangun lalu bersandar di sandaran ranjangnya.
"makan buburnya dulu ya.. setelah itu minum obatnya, baru mas tidur lagi." Ucap Alea sembari meniup bubur yang masih sedikit panas. Kemudian Alea menyuapi bubur yang ia buat ke Alvan. Sedangkan Alvan, terus menatap Alea sembari menerima suapan dari Alea hingga bubur habis tak tersisa.
"Minum obatnya mas.." Alea menyerahkan obat dan airnya kepada Alvan dan Alvan menerimanya. "Aku mau meletakkan mangkuk buburnya dulu. Mas bisa tidur kembali.." Alvan pun menurut apa yang ucapkan Alea. Sebelum keluar kamar Alvan, Alea membenarkan selimut yang menutupi tubuh suaminya. "Cepat sembuh ya mas. Besok pagi kalau demamnya belum turun, aku akan panggilkan Dokter." ucap Alea sembari mengambil mangkuk bubur dia atas nakas dan membawanya. Saat akan berjalan menuju pintu, Alvan mencekal tangan Alea. Kemudian Alea menolah ke arah Alvan. "Ada apa mas? Apa mas perlu sesuatu?" tanyanya dengan lembut.
"Terimakasih, Alea." ucap Alvan.
"Sama-sama mas." balas Alea sembari tersenyum manis.
"Kenapa kamu mau mengurus ku Alea?!" tanyanya lagi.
"Karena kamu adalah suamiku, mas. Dan itu sudah tanggung jawab ku merawat suaminya yang sedang sakit." jawab Alea.
Deg
Mendengar jawaban Alea, jantung Alvan berdetak kencang. Ada rasa yang aneh muncul di dalam hatinya, tapi ia tak tahu apa itu.
"Kalau gitu aku keluar dulu mas." Alea langsung berjalan keluar kamar meninggalkan Alvan. Dan Alvan sendiri terus menatap punggung Alea hingga tak terlihat lagi.
Tepat pukul 5 pagi, Alvan terbangun. Ia merasa seperti ada sesuatu yang menempel di atas keningnya. Alvan mengambil sesuatu itu yang ternyata kain yang sedikit lembab.
"Apa Alea yang mengompres ku?" tanya Alvan lirih. Kemudian Alvan melihat disampingnya ada Alea yang tidur dengan kepalanya berada di pinggir ranjang.
Ya, saat Alea selesai mencuci mangkuk buburnya. Alea kembali ke kamar Alvan untuk melihat keadaan nya. Dan saat Alea menyentuh kening Alvan ternyata masih panas. Dan Alea pun mengompres Alvan agar demamnya turun, sampai membuat Alea ketiduran di kamar suaminya. Tanpa sadar bibirnya membentuk sebuah senyuman. Baru saja Alvan ingin menyentuh kepala Alea, tapi Alea sudah keburu bangun dan Alvan langsung memejamkan matanya.
"Astaghfirullah.. aku ketiduran disini.. apakah demamnya sudah turun?" monolog Alea sembari menyentuh kening Alvan. "Alhamdulillah.. demamnya sudah turun. Lebih baik aku sholat Subuh dulu, setelah itu baru membuat sarapan untuk mas Alvan karena ia harus segera nminum obat." Alea pun dengan cepat keluar dari kamar Alvan.
tetap ada. keluarga dr pihak . atau. saudara. laki2 dr mempelai wanita