Apa kalian pernah terbesit melakukan hubungan satu malam dengan ayah mertua? tentu saja tidak.
Itulah yang di alami Felia, berusaha mendapatkan restu dari ayah Louis malah masuk jurang yang tidak pernah ia bayangkan sama sekali.
Malam itu adalah malam di mana Felia diberikan tantangan supaya ia mendapatkan restu dari Edbert, tapi apa daya dia terjebak melakukan hubungan satu malam dengan ayah mertuanya.
Semenjak saat itu Edbert tidak pernah melupakan kejadian hubungan satu malam dengan calon menantunya,
dia berusaha mendapatkan Felia supaya wanita itu menjadi miliknya.
"Saya ini calon menantu om. Sebentar lagi saya dan anak om akan bertunangan, lupakan kejadian semalam. Anggap saja kita tidak pernah melakukannya"_Felia.
"Jangan berharap kejadian itu akan saya lupakan Felia. Kamu tetap menjadi menantu saya tetapi kamu cuman milik saya seorang"_Edbert
Bisakah Felia mengaku kepada Louis kalau sebenarnya ia sudah mengkhianati hubungannya? Atau melupakan hubungan terlarang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gudang (Kenikmatan Tersembunyi)
Felia menatap kepergian Cici dari tempat Louis, lelaki itu kembali menatap Felia.
"Kenapa sayang?" pertanyaan itu sontak membuat Felia menatap, ia menggeleng menjawab ucapan Louis.
Edbert menatap Louis dan Felia, dia sudah menebak pasti hubungan mereka ada masalah. Dan benar saja Felia sama sekali tidak menatap Louis, biasanya wanita itu selalu tersenyum melihat Louis dan ini sama sekali tidak melakukan kebiasaan mereka selama pacaran.
Edbert menghela nafas, "Baiklah, lebih baik om pergi dari sini. Kalian ngobrol berdua saja nanti om bakal temuin kalian lagi." lelaki itu pergi meninggalkan mereka berdua.
Melihat kepergian Edbert Louis memilih bangkit dari tempat duduk, ia melangkah kearah Felia. "Kamu masih marah sama aku?"
Tidak ada jawaban dari Felia membuat Louis semakin kacau, ia melangkah supaya jarak diantara mereka tidak terlalu jauh.
Louis mengambil kedua tangan Felia dengan menatap Felia, "Maaf! Kejadian waktu itu bukan aku yang melakukannya, aku tidak mungkin mengkhianati hubungan kita. Kamu harus percaya sama aku, aku tidak mungkin melakukan itu sama Cici."
"Aku mohon sama kamu, kamu percayakan sama aku?" Felia masih tetap sama, ia malah melepaskan tangan Louis.
"Gimana aku bisa percaya sama kamu, aku melihat kamu ciuman dengan Cici. Dan itu jelas di depan mata aku, kenapa kamu mau menerima ciuman yang diberikan Cici? Seharusnya kamu menolak bukan menikmati ciuman yang diberikan Cici, Louis." hardik Felia masih menatap Louis, lelaki itu diam tanpa membela diri.
"Aku tidak bisa melawannya Felia, Aku tidak tau kamu datang keruangan aku dan membuat kamu salah paham. Kejadian itu terlalu cepat saat Cici memaksaku menciumnya." mendengar perkataan Louis membuat Felia mengerutkan kening.
"Jadi maksud kamu Cici yang melakukan ini semua?" Louis mengangguk menjawab pertanyaan Felia, ia menatap Felia melangkah saat punggung wanita itu membelakanginya.
"Buat apa Cici lakuin ini? Apa dia bermaksud untuk menghancurkan hubungan aku dengan Louis?" batin Felia.
Tatapan matanya terus mengarahkan ke salah satu wanita yang menurutnya sangat mencolok, pertama kali menatap wanita ini ia sudah mulai curiga kalau wanita ini pasti memiliki niat buruk. Buktinya saja wanita itu terus tersenyum dengan memandang kearah layar komputer.
Melihat Felia keluar dari ruangan Louis, ia dengan cepat melangkah mengikuti langkah kaki Felia. Langkah kaki Felia mengarahkan ke gudang yang berisi tumpukan berkas dan kertas-kertas yang sudah lama tersimpan, ia masuk ke dalam gudang dan mengikuti Felia.
Felia masih melangkah tidak dengan lirikan mata, ia merasa seseorang mengikutinya mulai ia menuju gudang sampai masuk ke gudang. Langkah Felia Terhenti mencoba melihat orang yang terus mengikutinya, saat membalikan badan ia sama sekali tidak melihat orang, dan seketika dia dibuat terkejut melihat sosok lelaki berdiri di depannya.
Edbert menutup mulut Felia saat wanita ini mencoba berteriak, "Kamu jangan teriak nanti ada orang yang mendengar."
Felia mau memanggil Edbert tiba-tiba saja mereka mendengar langkah seseorang, Edbert mencoba melihat orang tersebut lewat celah-celah kecil membuat orang itu pergi.
Edbert dengan cepat menyingkirkan tangannya saat dia melihat Felia kehabisan nafas, "Maaf, kamu gak apa-apa?"
"Nggak apa-apa gimana, kalau aku kehabisan nafas om mau tanggung jawab?" oceh Felia mencoba memulihkan nafasnya kembali.
"Kalau kamu mau dengan senang hati nafas saya diberikan ke kamu." Felia bengong mendengar ucapan Edbert.
"Buat apa om ngikutin saya kemari? Apa om tidak punya kerjaan ngikutin saya terus." ucap Felia kembali dengan mencoba mencari barang yang dia cari.
Tanpa menjawab ucapan Felia, Edbert menarik lengan Felia membuat tarikan itu terpental saat Edbert hampir mendorong tubuh Felia ke rak. Mendapatkan dorongan membuat Felia meringis, rasa sakit di tubuh menghilang saat Edbert tiba-tiba mengecupnya.
Felia menatap mata Edbert, tatapan yang dia lihat hanyalah kenikmatan yang dilakukan Edbert dan dia mengikuti kelakuan lelaki ini. Sentuhan bibir yang diberikan Edbert begitu lembut sampai dirinya terbuai, kecupan kali ini bukan kecupan biasa melainkan kecupan kenikmatan, di tambah dengan tangan nakal Edbert yang membuat dirinya semakin nikmat.
***
Tidak dengan Louis, lelaki itu sibuk menghubungi Felia. Sedangkan Felia memilih mengabaikan deringan telepon karena dia sibuk dengan kenikmatannya sendiri.
"Dimana kamu, Felia? Angkat telepon aku." ucap Louis masih mendengar panggilan tidak terjawab.
Kembali lagi kita ke gudang. Kecupan itu masih sama, mereka belum merelakan kegiatan ini terlepas. Edbert semakin gencar menyentuh tubuh Felia, tidak hanya bibir saja melainkan semua tubuh yang saat ini sudah dia raba.
Entahlah sudah berapa lama mereka melakukan ini yang pasti sudah hampir satu jam, saat kecupan Edbert berpindah ke bawah Felia mendengar suara telepon.
"Om, hentikan om. Kayanya Louis khawatir sama aku," ucap Felia masih menikmati sentuhan Edbert.
Tidak ada jawaban dari Edbert, lelaki itu memilih memperdalam kegiatan panas. Itu semua membuat Felia susah mengendalikan diri, karena sentuhan Edbert sungguh tidak bisa dihentikan secara paksa.
"Om, aku mohon hentikan. A–aku... A–aku tidak mau Louis khawatir sama aku, om." permohonan kali ini membuat Edbert berhenti, ia menatap Felia tepatnya penampilan Felia yang sudah berantakan.
Edbert mencoba membantu Felia memperbaiki penampilannya, ia menatap Felia setelah penampilan Felia sudah tidak berantakan.
"Hari ini om akan melepaskan kamu, tapi lain waktu om tidak akan melepaskan kamu lagi." sebelum pergi Edbert memberikan kecupan tepat di bibir Felia, pria itu pergi lebih dulu barulah Felia keluar dari gudang.
Felia melangkah kearah ruangan Louis, di sana dia melihat Edbert duduk santai dengan menatap kearahnya. Tanpa memperdalam tatapan itu Felia melangkah kearah Louis, pria itu tersenyum dengan Felia memberikan laporan yang berada di gudang.
Louis kembali menatap Felia selesai mengecek laporan, "Bukannya aku minta kamu mencari laporan di tahun kemarin? Kenapa kamu mengambil laporan di empat tahun yang lalu."
Felia dengan cepat mengecek laporan yang diucapkan Louis, dan benar saja bahwa informasi laporan itu yang dia ambil salah. Edbert sibuk meminum kopi menatap Felia, dalam hati dia terus tertawa melihat keteledoran Felia.
"Maaf pak. Sepertinya saya salah ambil, apa saya ambil lagi laporan yang bapak pinta?" ucap Felia menunduk, ia tidak berani menatap Louis apalagi dia sudah melakukan kesalahan.
"Tidak perlu, kamu tetap di sini saya mau rapat. Jangan nunduk gitu sayang, aku tidak akan memarahi kamu." kata Louis membuat Felia menatap, lelaki berdiri berjalan kearahnya.
Louis mengecup kening Felia di depan mata Edbert, ia melihat sekretarisnya datang untuk mengajaknya keruang rapat.
"Kamu baik-baik di sini jangan bekerja lagi. Tunggu aku selesai rapat baru aku antar kamu pulang."
"Kenapa?" tanya Felia secara tiba-tiba Louis melarangnya untuk bekerja, malah sekarang waktunya masih jam kantor.
"Aku gak mau kamu sakit. Lebih baik kamu istirahat di rumah jangan fokus kerja, aku gak mau kamu kenapa-napa."
"Tapi..."
"Jangan tapi-tapian kamu dengerin ucapan aku," Louis pergi bersama dengan sekretaris pria, tatapan tajam yang diberikan Felia mengarahkan ke salah satu laki-laki yang lagi duduk tetapi pria itu seperti sedang mentertawakan-nya.
"Kenapa om tertawa? Tidak ada yang lucu." Edbert berhenti tertawa mendengar ucapan Felia, lelaki itu meminta Felia duduk.
"Kamu kenapa gak fokus gitu, kamu masih mikirin kegiatan kita di gudang?" tanya Edbert sontak membuat Felia menatap, lelaki itu tersenyum melihat ekspresi wajah Felia.
"Tanpa kamu bilang saya sudah tau Felia. Apa kamu belum puas dengan kegiatan panas kita barusan?" kali ini Edbert menanyakan pertanyaan yang membuat dirinya memanas, pria ini benar-benar membuat dirinya jantungan.
"Siapa juga yang mau melakukan itu lagi."
"Kamu yakin, honey? Apa perlu aku lakukan sekali lagi supaya kamu bisa merasakan kenikmatan yang membuat kamu mengingatnya kembali." kata Edbert menggoda Felia, wajah Felia kali ini sudah memanas.
Ucapan Edbert benar-benar membuat dirinya tidak bisa mengendalikan diri, dan itu semua gara-gara pria ini selalu bicara dengan hal intim.
lanjut tunangan sama anknya
🤭😋
piiisss thor...✌
cm edbert tok sik benar yaitu cm cinta felia terlepas hub.n terlarang yo...itu pun sbnre gk di benarkn...
ya wlwpun suaminya tp kn kr bpk e jg.py sih...???kok nyong ra dong kii...😄😄😄
bilang sllu menegaskan..
om..hub.qt salah
q gk bs bls prasaan om..
cm menantu n mertua.
ehhh boollsyiittt....
buktinya kl di sentuh
di cumbu
di jak kikuk2.
pasrahhh...itu apa coba nama nya???
sadar lo ngomong gitu???
mbuhh...kok q sik getting...😃😃😃