Adeline terpaksa harus menikah dengan pria yang tidak dia cintai yaitu anak dari sahabat Papah nya yang ternyata adalah kekasih Kakak perempuan nya.
Adeline adalah anak ke dua dari dua bersaudara. Dia memiliki kakak perempuan. Adeline yang kerap di panggil Adel masih duduk di kelas 2 SMA, namun dia harus menikah karena permintaan orang tua nya.
Dia tidak bisa menolak permintaan orang tua nya, ada banyak alasan yang membuat dia tidak bisa menolak perjodohan itu.
Apakah Adeline bahagia dengan suami nya? atau justru sebaliknya? Kalau penasaran langsung klik dan baca kelanjutan cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syakira edianwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12
Dia memutuskan untuk berjalan keluar dari rumah itu melihat pekarangan di sana melihat para tetangga nya.
Dia juga bertanya-tanya tentang alamat, tentang tempat tinggal itu. Setelah dia mendapatkan alamat dia memasang Gojek.
Dia ingin berbelanja ke supermarket agar dia bisa memasak untuk suami nya nanti.
Setelah selesai belanja dia kembali ke rumah. Dia menata semua nya di lemari es.
Dia juga memasak terlebih dahulu untuk diri nya sendiri Agar dia tidak kelaparan.
Tidak terasa sudah sore. Adel menyiram tanaman di depan rumah yang baru dia tanam. Dan tidak beberapa lama akhirnya mobil Suami nya datang.
"Kakak sudah pulang?" ucap Adel menyalim tangan suami nya.
Alan hanya diam saja, Adel membantu membuka sepatu Alan dan membawa tas serta Jas nya masuk ke dalam.
Tidak beberapa lama membawa air putih untuk suami nya. "Kakak pasti sudah sangat lelah, kakak istirahat lah sebentar saya akan membuat kan Air mandi dan juga menyediakan pakaian kakak." ucap Adel.
"Terserah kamu saja, pergi dari hadapan saya!" ucap Alan, Adel mengganguk.
Alan sudah selesai mandi, begitu juga dengan Adel.
"Apa kakak lapar? Kakak ingin aku memasak apa?" tanya Adel. "Terserah kamu saja." Jawab Alan sambil terus fokus kepada handphone nya.
Tidak beberapa lama akhirnya masakan Adel selesai.
"Kak Waktu nya makan. Alan duduk di kursi meja makan.
"Dari mana semua masakan ini?" tanya Alan.
"Aku pergi belanja siang tadi kak." ucap Adel.
"Oohh." Alan makan masakan Adel.
"Bagaimana Kak? Apa enak?" tanya Adel. Alan mengangguk.
"Biasa saja, saya sangat lapar jangan banyak tanya, saya tidak suka ketika saya makan di ganggu!" ucap Alan.
Adel diam, dia pun ikut makan.
"Hari ini aku tidak sekolah karena aku tidak tau alamat sini kak." ucap Adel. Alan menatap Adel.
"Lalu apa urusannya dengan saya?" tanya Alan, Adel langsung terdiam.
"Besok aku sudah bisa sekolah karena aku sudah tau alamat nya kak. Aku tidak ingin menyusahkan kakak itu sebab nya aku memilih naik Gojek saja." ucap Adel.
"Bagus kalau seperti, saya juga tidak akan perduli." ucap Alan. Adel berusaha untuk tersenyum walau pun beberapa kali Alan mematahkan kata-kata nya.
Keesokan harinya dia bangun sangat pagi dia menyiapkan sarapan terlebih dahulu untuk dia dan suaminya, tidak lupa juga dengan kopi Alan.
Sementara Alan bangun jam Tujuh dia langsung mandi mau berangkat ke kantor. Dia keluar dari kamar.
Alan melihat rumah sepi. Dia mendekati dapur dan melihat kopi yang masih hangat dia langsung menghabis kan nya.
Melihat ada mie goreng dia juga memakan nya.
"Kemana perempuan itu?" ucap Alan. Namun hanya karena tidak melihat nya Alan merasa sedikit tenang dia bisa bersantai di meja makan sebentar menikmati makanan nya sebelum berangkat bekerja.
Saat keluar dari kamar dia mengunci pintu, dia melihat sepatunya sudah ada di teras dan juga sudah bersih.
"Berapa kali aku harus mengingat dia kalau pernikahan ini hanya sementara, dia tidak perlu susah-susah untuk menjadi istri sesungguhnya karena Tidak ada gunanya." ucap Alan.
Adel baru sampai ke sekolah nya dia langsung masuk ke kelas nya seperti biasa.
"Adel.." Sapa Yoga langsung duduk di samping Adel.
"Yoga." ucap Adel.
Yoga tersenyum. "Kamu apa kabar? Bagaimana keadaan kamu? Kamu dengan suami kamu bagaimana?" tanya Yoga.
"Pelan-pelan Yoga! Nanti orang Akan mendengar nya." ucap Adel. "Maaf-maaf aku hanya penasaran," ucap Yoga. Adel menghela nafas panjang.
"Kenapa kelihatan nya kamu ada masalah? Kamu dengan suami kamu kurang baik yah?" tanya Yoga. Adel menggeleng kan kepala nya.
"enggak kok. Terimakasih sudah mengkhawatirkan aku, tapi kamu tau sendiri kan kalau urusan rumah tangga itu adalah urusan pribadi." ucap Adel.
Yoga memasang wajah lesu.
"Iyah aku tau, tapi aku sangat mengkhawatirkan kamu, aku tidak berhenti memikirkan keadaan kamu, keadaan badan dan wajah kamu Semakin buruk sekarang." ucap Yoga.
"Aku baik-baik saja Yoga, kamu tidak perlu khawatir." ucap Adel.
Yoga mengeluarkan sesuatu dari tas nya.
"Nih aku bawain makanan untuk Kamu." ucap Yoga sambil memberikan bekal kepada Adel.
"Terimakasih Yoga." ucap Adel mengambil makanan itu dari Yoga.
Yoga tersenyum. "Humm nanti malam Mamah ku mengundang kamu ke rumah. Kamu mau datang gak?" tanya Yoga.
Adel terdiam sejenak.
"Oh iya ini kan hari ulang tahun Mamah kamu, tapi aku belum membeli Kado apapun kepada nya." ucap Adel.
"Tidak perlu memberikan hadiah, kamu datang saja sudah cukup membuat nya bahagia." ucap Yoga.
"sudah lama aku tidak bertemu dengan Tante, ya udah deh aku datang." ucap Yoga.
"Bagaimana kalau kita setelah pulang sekolah langsung ke sana saja?" tanya Yoga. Adel. langsung mengangguk karena dia sekalian bisa menumpang nanti nya.
Pelajaran pun di mulai. Adel sedikit gugup karena setelah seminggu lebih dia tidak sekolah dan belajar, namun sekarang dia harus belajar dia sudah ketinggalan banyak pelajaran.
Di luar Alan dan teman-teman nya sedang duduk bersama di sebuah cafe. "Loe dari tadi fokus ke handphone Mulu, ada apa sih?" tanya teman nya.
"Aku sedang menunggu balasan pesan dari mutiara." ucap Alan.
"Ya ampun Alan.. Alan.. Sudah jelas mutiara tidak ingin bersama kamu, kenapa kamu masih mengharap kan dia?" tanya Teman nya.
"Iyah Alan, Lagian kamu sudah menikah, kasihan juga istri kamu." ucap teman nya.
"Sejak kapan sih kalian semua seperti ini? Pasti orang tua ku yang mengajari kalian semua seperti ini kan?" tanya Alan.
"Enggak kok, enggak.." ucap semua teman nya.
Alan menghela nafas panjang. "Kalian adalah teman-teman ku, kalian tau sendiri bagaimana aku mencintai Mutiara." ucap Alan.
"Tapi walaupun seperti itu, kamu belum tau jelas Mutiara mau atau tidak sama kamu kan, seperti sekarang ini dia menghilang tanpa ada kabar." ucap Teman nya.
"Lagian istri kamu juga pasti tidak menginginkan hal seperti ini terjadi, mungkin karena paksaan dari orang tua nya dan orang tua kamu dia akhirnya mau." ucap teman nya.
"Aku sangat membencinya, kenapa dia begitu bodoh tidak bisa nolak perjodohan konyol ini, aku bahkan tidak ingin kembali ke rumah." ucap Alan.
"Setiap manusia memiliki hati, kamu harus bisa menjaga perasaan dia, aku dengar dia masih anak SMA, dia pasti belum sangat dewasa." ucap teman nya lagi.
"Kalian sama sekali tidak akan mengerti aku!" ucap Alan kesal.. Semua teman-teman nya hanya bisa menghela nafas dan diam.
Alan kembali ke kantor nya karena waktu nya kerja.
yg sabr ya kak othor....
sprtiny penulis hnya asl buat novel aj
novel yg buat bngung, emosi dan muak bacany
peran utama ny adel dbuat trlalu bodoh dan mudah ditindas jdi yg membaca pun jadi muak.
perbanyak lgi beljar buat novelny yh Thor jujur saya yg baca jdi emosi dan bukannya mnghibur nih novel kesannya jdi kyk film indosiar istri yg tertindas dan anak yg terzolimi