🏆 Novel Lomba Menulis Tahun 2022 🏆
Kisah seorang ratu yang bereinkarnasi ke masa depan menjadi gadis biasa yang lugu untuk menebus segala dosanya yang telah lalu akibat kegemarannya yang suka berperang dan membunuh ribuan orang dalam perang kerajaan yang di pimpinnya.
Bertemu seorang pria berondong yang bodoh yang tak sengaja ia temukan di depan toko roti tempatnya bekerja.
Ternyata pria tersebut seorang CEO Amnesia yang tidak diketahui identitas pribadinya sampai CEO Amnesia itu mendapatkan ingatannya kembali setelah jatuh dari toilet.
Tetapi CEO itu hanya mengingat wanita lain dan menganggap gadis itu sebagai pengganti wanita lain itu.
Bagaimana kisah kasih ideal mereka akankah keduanya bersama dan menikah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12 MENERIMA SERTIFIKAT KURSUS
MENERIMA SERTIFIKAT KURSUS
Terlihat Batang Dewi di depan meja panjang dengan bahan-bahan roti pane casareccio yang tersedia di atasnya.
Guru pengajar kursusnya di ALMA memang menyuruh Batang Dewi untuk memberi contoh pada teman-teman kursusnya yaitu cara membuat pane casareccio dengan baik.
Itu dikarenakan Batang Dewi mampu membuat roti pane casareccio dengan sangat sempurna sekali.
"Tolong perhatikan lagi penjelasan cara membuat roti pane casareccio yang akan dipraktekkan oleh Batang Dewi lalu catat dan ingat baik-baik supaya pada ajang lomba musim gugur yang akan diadakan nanti kalian mampu mempraktekkannya dengan baik !", kata wanita gemuk itu.
Batang Dewi yang menfokuskan seluruh perhatiannya kepada meja panjang yang terdapat bahan-bahan membuat pane casareccio agar dia tidak terpengaruh dengan pandangan teman-temannya yang memperhatikannya di depan kelas kursus.
"Jangan lupa untuk kalian praktekkan lagi karena ini adalah roti yang termasuk susah karena memerlukan kesabaran yang tinggi !", kata wanita gemuk bernama Elizabeth itu.
Semua mata memandang ke arah Batang Dewi dan tampak serius memperhatikan semua gerakan gadis polos itu dalam mempraktekkan roti pane casareccio dengan tahapan yang lengkap.
Tahap demi tahap Batang Dewi membuat roti yang memiliki keistimewaan pada kulitnya yang berkerak namun renyah dan lembut di bagian dalam rotinya.
Tidak memerlukan waktu lama untuk Batang Dewi membuat adonan roti rumahan khas Italia yang paling banyak diburu masyarakat Italia itu yaitu roti pane casareccio yang sangat populer.
Sekitar hampir tiga jam membuat roti pane casareccio dengan sempurna karena roti itu membutuhkan waktu untuk mengembang yang sedikit lebih lama dari roti lainnya.
Batang Dewi berhasil mengikuti ujian kursusnya dalam membuat roti pane casareccio.
Dia mendapatkan nilai sempurna dan bagi murid yang telah menguasai cara membuat Roti Italia dengan baik akan mendapatkan surat kelulusan dari tempatnya kursus berupa serifikat kursus.
Seorang wanita berbadan gemuk mendekati Batang Dewi setelah dia selesai memberi contoh praktek cara membuat roti pane casareccio pada semua yang hadir di tempat kursus ALMA.
"Selamat ya, kamu lulus dengan sempurna, dan aku harap ilmu yang kamu dapatkan selama satu bulan di ALMA Course bemanfaat bagimu, Batang Dewi !", ucap Elizabeth.
"Terimakasih banyak atas bimbinganmu selama aku belajar di ALMA ini, maaf jika selama kursus agak merepotkanmu karena sering gagal dan bertanya terus menerus, Elizabeth", kata Batang Dewi dengan lega.
Keduanya saling berjabat tangan erat dan saling melempar senyuman, Elizabeth menyerahkan sebuah buku yang merupakan sertifikat kursus kelulusan secara kilat dari ALMA Course.
Betapa bahagianya Batang Dewi ketika dia menerima sertifikat kursus itu karena itu tanda bahwa dia telah berhasil mengantongi syarat untuk lomba pada musim gugur yang akan diadakan seminggu lagi.
Sertifikat Kursus itu adalah syarat utama bagi peserta lomba untuk mengikuti lomba yang akan diadakan pada festival nanti.
KRIEEET...
Pintu rumah terbuka dari luar rumah dan terlihat Batang Dewi masuk ke dalam rumahnya menutup pintu itu kembali lalu berjalan menuju ruangan tengah.
Kegiatan itu selalu dilakukan dan menjadi kebiasaan Batang Dewi sehari-hari selama pria amnesia yang dipanggilnya Jian itu berada dan tinggal di rumahnya.
"Hai...", sapa Batang Dewi.
Terlihat Jian tengah berdiri di depan jendela ruangan tengah menatap ke luar.
Pria amnesia itu menolehkan kepalanya ke arah Batang Dewi tanpa emosi kemudian berkata pada gadis sederhana itu.
"Kau sudah pulang", sahutnya kembali melemparkan pandangannya ke luar jendela dan berdiri termenung.
"Yah, aku baru pulang", kata Batang Dewi.
"Bagaimana kursusmu hari ini ? Menyenangkan !?", tanya Jian masih menatap ke luar jendela ruangan.
"Aku baru menyelesaikan kursus terakhirku di ALMA, dan ini adalah hari terakhirku disana. Yah, memang sedikit menyenangkan karena aku mendapat nilai sempurna", kata Batang Dewi sembari memperhatikan Jian.
"Apakah kamu sedih karena kursusmu di ALMA berakhir hari ini ?", tanya Jian.
Pria amnesia itu sedari tadi hanya menatap dingin tanpa emosi ke arah luar jendela ruangan tengah rumah tanpa sedikitpun berpaling dari jendela.
"Tidak juga, karena aku lega berhasil menyelesaikan tugasku di ALMA Course", sahut Batang Dewi sembari memainkan tali tasnya.
"Syukurlah kalau kamu senang dan merasa lega", ucap Jian bergeming.
"Oh iya, aku membawakanmu sesuatu dan aku harap menyukainya", kata Batang Dewi.
Tidak ada jawaban dari pria amnesia yang dipanggilnya Jian itu dan sedari tadi hanya menatap ke arah luar jendela.
Batang Dewi tidak mengerti yang tengah dipikirkan oleh Jian saat ini.
Dia melangkah masuk ke ruangan tengah lalu menghampiri Jian seraya menyerahkan sekotak roti berisi pane casareccio kepada pria amnesia itu.
"Ini roti yang aku buat di ALMA Course dan semoga kamu menyukainya", kata Batang Dewi seraya tersenyum lembut pada Jian.
Jian hanya diam seraya menolehkan kepalanya kepada Batang Dewi yang memegang kotak berhiaskan pita kuning yang terlihat cantik.
Dia melirik ke arah kotak di tangan Batang Dewi lalu mengambilnya.
"Aku akan membuatkanmu minuman hangat untuk teman makan roti pane casareccio ini dan aku sudah membuat krem keju untuk olesan roti yang aku taruh di dalam kotak itu", kata Batang Dewi.
Cara menghadapi pria arogan langkah kedua, yaitu Tampakkan kebahagiaan.
Batang Dewi menerapkan tips kedua dalam mengahadapi pria amnesia itu yang arogan, angkuh, dan merasa dirinya selalu merasa benar serta menangnya sendiri.
Gadis polos nan lugu itu berusaha menampilkan raut wajah yang bahagia pada Jian sehingga pria tampan itu merasa bingung dengan dirinya sendiri ketika dia melihat Batang Dewi sangat bahagia dari dirinya serta berwajah berseri-seri penuh ceria saat berhadapan dengannya.
Kesempatan mengikuti kursus mampu membuat pikiran Batang Dewi teralihkan dari pria amnesia itu. Dan Batang Dewi bisa mengalihkan fokus dirinya untuk membuat kualitas hidupnya menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Dengan mengikuti lomba yang akan diadakan pada saat menyambut musim gugur nanti memacu Batang Dewi untuk meningkatkan mutu dirinya jadi meningkat.
"Kamu mau pergi kemana ?", tanya Jian.
Ketika dia melihat Batang Dewi hendak meninggalkan ruangan tengahnya, Jian meraih tangan gadis berusia 29 tahun itu sehingga membuatnya tertahan.
"Aku mau ke dapur untuk membuat minuman hangat selain itu aku hendak menaruh tasku ini di kamar tidurku", jawab Batang Dewi.
"Tidak usah membuatkanku minuman karena aku akan membuatnya sendiri, tunggulah sebentar disini, aku akan kembali sebentar lagi", kata Jian.
Batang Dewi menolehkan kepalanya kepada pria amnesia itu seraya mengernyitkan keningnya terkejut.
Pria amnesia itu lalu bergegas pergi menuju dapur untuk menyiapkan minuman hangat dan itu hal yang baru pertama dilihat oleh Batang Dewi.
"Apakah dia baik-baik saja ?", ucap Batang Dewi kebingungan.
Beberapa menit kemudian muncul Jian membawa dua gelas cappucino dingin dikedua tangannya masuk ke ruangan tengah dengan langkah ringan.
Mereka berdua terlihat berbincang-bincang akrab. Dan saat itu juga Batang Dewi menunjukkan sertifikat kursusnya dengan bangga kepada Jian.
Pria amnesia itu hanya tertawa kecil melihat tingkah laku Batang Dewi yang polos dan lugu itu.
Keesokan harinya, Batang Dewi bergegas pergi berangkat kerja dengan mengendarai vespa warna merah mudanya ke toko roti yang berada di Jalan Via Cenisio, Milan, 0,9 km dari Monumental Cemetery, Italia.
Toko Roti Italia 1912 tempat Batang Dewi bekerja telah mendaftarkan toko mereka pada perlombaan di festival dan Batang Dewi sebagai wakilnya.
"Pagi semua !", sapa Batang Dewi dengan riangnya.
Ketika gadis sederhana itu masuk ke dalam ruangan dapur toko roti Italia 1912 seraya tersenyum ceria kepada kedua pria yang berada di sana.
"Pagi Batang Dewi !", sahut Baldovino Elio ramah.
"Pagi juga !", ucap Gamya sambil mengangkat tangannya ke depan.
"Apa kabar ?", tanya Batang Dewi.
Batang Dewi lalu meletakkan tas yang dibawanya ke dalam loker yang disediakan bagi pekerja di toko roti Italia 1912.
Menguncinya dan meraih apron merah berlambang logo toko roti tempatnya bekerja dari lemari kayu yang ada disamping loker besi.
Dia berjalan mendekat ke arah meja dapur toko seraya tersenyum cerah kepada kedua pria yang ada di ruangan dapur toko.
"Aku berhasil mendapatkan sertifikat kursus dari ALMA Course ! Coba kalian lihat ini !", kata Batang Dewi.
Batang Dewi lalu menunjukkan sertifikat kursus yang berhasil dia dapatkan dari ALMA Course paling bergengsi itu kepada kedua pria yang berdiri mematung di dapur yaitu Baldovino Elio dan Gamya.
"Kamu berhasil mendapatkannya !?", ucap Gamya melongo.
Pria itu tidak menyangka Batang Dewi akan memperoleh sertifikat dari tempat bergengsi itu, ALMA Course semudah itu.
Gamya lalu berjalan cepat ke arah Batang Dewi dan meraih sertifikat kursus itu dari tangan Batang Dewi.
"Wow ! Kamu mendapatkan nilai sempurna dalam setiap ujian praktek selama satu bulan, ini perolehan yang luar biasa sekali Batang Dewi !", ucap Gamya berseru sambil berdecak pelan.
Gamya menghampiri Baldovino Elio seraya menyerahkan sertifikat kursus milik Batang Dewi kepada bosnya itu.
Pria yang ramah serta ceria itu membaca sertifikat kursus dengan teliti dan memeriksanya lembar demi lembar kertas yang ada di buku sertifikat tersebut.
Baldovino Elio hampir tidak mempercayai yang dia lihat, semua nilai yang diperoleh oleh Batang Dewi semuanya nyaris sempurna.
"Kamu lulus Batang Dewi, dengan adanya sertifikat kursus ini maka toko roti kita dapat mengikuti lomba yang akan diadakan seminggu lagi pada awal musim gugur nanti", kata Baldovino Elio lega.
Bosnya itu menjabat tangan Batang Dewi serta mengucapkan terimakasih berulangkali kepada gadis berpenampilan sederhana itu.
"Gamya ! Aku akan pergi ke panitia lomba untuk menyerahkan sertifikat kursus ini dan tolong kamu jaga toko roti selagi aku pergi !", kata Baldovino Elio.
Pria ramah itu berjalan cepat sambil membawa sertifikat kursus milik Batang Dewi, menuju keluar toko roti Italia 1912 miliknya itu dengan berlarian kecil ke tempat mobilnya yang terparkir di halaman depan toko.
Mobil bergerak perlahan kemudian melaju cepat meninggalkan toko roti Italia 1912.
Batang Dewi hanya melihat dari arah jendela toko roti yang terbuka separuh itu, saat Baldovino Elio membawa mobilnya pergi.
"Dia akan pergi kemana pagi-pagi sekali, Gamya ?", tanya Batang Dewi.
"Bos akan menyerahkan bukti kalau kamu telah memperoleh sertifikat kursus sebagai bukti kelayakanmu mengikuti lomba nanti sebagai perwakilan toko roti ini", sahut Gamya.
"Hmm, sepertinya toko roti ini sebentar lagi akan sibuk ke depannya", ucap Batang Dewi.
"Yeah, itu pasti karena selain mengikuti ajang lomba untuk menyambut musim gugur nanti, kita juga sekalian mempromosikan toko roti Italia 1912 ini pada khalayak ramai yang jangkauannya lebih luas lagi", kata Gamya.
"Emm, begitu ya, itukah alasannya aku mengikuti lomba ini", kata Batang Dewi.
"Baiklah, sebelum toko roti ini buka, bagaimana kalau kamu mengajarkanku cara membuat roti yang kamu pelajari selama satu bulan penuh itu ?", ucap Gamya.
Gamya melipat kedua tangannya di depan dada lalu tersenyum cerah kepada Batang Dewi yang berdiri di samping jendela toko roti.
"Kamu akan mencobanya semuanya atau satu per satu membuatnya, Gamya", kata Batang Dewi.
"Yah, semuanya karena setelah mempraktekkan membuat roti-roti itu lalu kita menjualnya di toko roti ini sebagai menu baru toko", sahut Gamya.
"Oh..., begitu ya...", ucap lirih Batang Dewi.
"Mari kita mulai membuatnya karena sebentar lagi pelanggan akan berdatangan kemari !", kata Gamya.
"Ya, baiklah", sahut Batang Dewi dengan raut wajah cerah.
"Apa kamu menyukai tempat kursus di ALMA Course itu ?", tanya Gamya.
"Yah, aku sangat beruntung dapat menimba ilmu disana, tempat itu sangat bagus dan aku menyarankan kepadamu untuk belajar juga ke ALMA Course", sahut Batang Dewi bersemangat.
"Baiklah, lainkali aku akan kesana untuk belajar lebih baik lagi membuat roti, dan aku harap kamu mau mengantarkanku kesana", kata Gamya.
"Oh tentu saja, dan aku akan sabgat senang sekali melakukannya untukmu, Gamya", sahut Batang Dewi.
"Terimakasih", ucap Gamya.
Gamya tersenyum ramah kepada Batang Dewi seraya mengajak gadis berusia 29 tahun itu menuju ke dapur toko roti.
Keduanya tampak sibuk membuat roti-roti yang didapat Batang Dewi saat dia menjalani kursus selama satu bulan penuh di ALMA Course.
Batang Dewi menerangkan satu demi satu langkah pembuatan roti-roti itu dengan sabar serta cermat kepada Gamya, rekan kerjanya di toko roti Italia 1912 tempat mereka bekerja.
Gamya yang sedari tadi mendengarkan ucapan Batang Dewi ketika dia menerangkan tahapan-tahapan pembuatan roti-roti baru itu serta memperhatikan dengan serius mulai mencoba mempraktekkannya.
Batang Dewi dengan sangat sabar membimbing Gamya dalam membuat roti-roti baru itu mulai dari mempersiapkan bahan-bahannya hingga langkah demi langkah pembuatannya.