Seorang gadis muda yang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun ke dalam laut lepas. Tetapi, alih-alih meninggal dengan damai, dia malah bereinkarnasi ke dalam tubuh putri buangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nfzx25r, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Reinkarnasi ke dalam tubuh putri buangan.
Malam yang gelap dan sunyi, terlihat seorang gadis duduk di atas pembatas jembatan, terlihat air laut di bawah begitu deras dan sangat tinggi.
"Aku sudah tidak tahan lagi dengan dunia ini, lebih baik aku tiada dari pada menjadi beban untuk semuanya," raut wajahnya penuh dengan kesedihan, di bawah matanya terdapat lingkaran hitam dan tubuhnya kurus mengisyaratkan bahwa dirinya sudah tidak sanggup lagi menjalani kehidupan di dunia.
Dia langsung meloncat begitu saja, memejamkan matanya dengan pasrah. Memberikan senyum untuk terakhir kalinya pada dunia.
Begitu lama dia memejamkan matanya tapi tak kunjung merasakan sakit atau merasa dirinya tenggelam, dia membuka matanya karena penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sendiri.
Dia membuka matanya lebar, "Ahhhh," teriaknya dengan keras hingga seseorang di luar langsung masuk menemuinya. "Nona, bagaimana rasanya? Apakah ada yang sakit?" tanya seorang gadis berpakaian pelayan di depannya.
"Ka-kamu siapa?" tanyanya terkejut melihat begitu aneh tempat ini. "Sebentar Nona, saya panggil tabib dulu," segera berlari keluar.
Clara itu melihat tangannya sendiri, begitu lembut dan kulitnya sangat-sangat putih, kukunya yang indah serta rambut hitamnya yang sangat panjang, "Ini tubuh siapa? Kenapa aku bisa di sini?" gumamnya sambil terus melihat tubuh yang dia miliki.
Tabib memasuki tenda dan memeriksanya, "Sepertinya Yang Mulia telah kehilangan ingatannya," katanya.
"Kalian siapa?" tanya Clara dengan gugup dan takut, dia tidak pernah berada di dunia seperti ini sebelumnya. Pelayan itu mendekati dan memegang tangannya, "Nona, tenang saja, saya akan menjaga Nona dengan hidup saya sendiri," ucapnya percaya diri, mata pelayan itu di penuhi dengan keyakinan dan tekadnya yang kuat untuk melindungi sang putri.
Dia menarik nafas berusaha untuk tenang, "Huft... kalo begitu siapa namaku?" tanyanya tanpa ragu, membulatkan matanya yang lebar. "Nama anda adalah Putri Minghua, anda adalah putri dari Kaisar Longwan dan nama kerajaannya adalah Huolong," jelasnya.
Betapa terkejutnya dia ketika menyadari bahwa dirinya telah terlempar jauh dari dunia masa depan ke masa lalu, dia sedikit melamun hingga keringat membasahi dahinya. "Nona, Nona tidak apa-apa?" tanya sang pelayan dengan khawatir.
Clara segera tersadar, "Eh... iya nggak apa-apa, lalu aku ini kenapa hingga harus di periksa oleh tabib?"
Raut wajah pelayan itu terlihat sangat menyesal, "Semalam Nona berjalan sendirian di tepi sungai, saya langung menghampiri Nona, tapi saya melihat Nona sudah tenggelam di sana, hingga terbawa arus yang kuat. Ketika saya dan pengawal sudah mendapatkan Nona, tabib memberitahu bahwa Nona telah tiada beberapa saat yang lalu tapi ternyata Nona masih hidup, itu adalah sebuah keajaiban dan saya sangat bersyukur bisa menemani Nona lagi," terlihat mata pelayan itu mulai berair.
Clara merasa ada sesuatu ikatan antara dia dan pemilik tubuh ini, "Jadi, seharusnya Minghua sudah tiada sekarang," batinnya. Clara mulai penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya dan Minghua yang asli. Dia terus berpikir sambil menatap tangannya.
Pelayan itu bingung dengan yang di lakukannya, "Nona, jika masih merasa sakit silahkan istirahat dulu," suruhnya, terlihat sangat sopan dengan senyuman manisnya.
Clara tersenyum tipis, mencoba menghilangkan kebingungan di wajahnya, "Baiklah, kamu bisa keluar sekarang. Aku sedang butuh waktu untuk berpikir, siapa tau aku akan mengingat semuanya," katanya agar sang pelayan tidak mencurigainya.
Pelayan itu menangguk dan menundukkan dirinya sedikit sebagai rasa hormat padanya, "Baik Nona, jika butuh sesuatu panggil saja saya," melangkahkan kakinya menuju luar tenda.
Clara langsung bertanya dengan berteriak, "Siapa nama kamu?" Pelayan itu langsung menoleh, "Nama saya Mei, Nona," Clara segera mengangguk paham, sang pelayan segera keluar tenda agar putri bisa segera istirahat dan pulih dengan cepat.
Sementara itu, Clara terlihat sangat lesu dengan hal yang mengejutkan ini, "Huft...kenapa aku harus berakhir di negri ini sih, aku hanya ingin berada di surga."
Clara merasa agak sedih saat ini tetapi dia memutuskan untuk mencari jawaban , tidak peduli apa yang harus dia lakukan. Dengan tekad yang kuat, Clara merasa tubuhnya tidak bisa di gunakan dalam kondisi lemah seperti ini sehingga dia memutuskan untuk berbaring beberapa saat untuk memulihkan tenaganya yang sudah habis.
Clara mulai menguap, menandakan bahwa dirinya sedang berada di fase paling mengantuk, "Hoam... aku tidur dulu deh, siapa tau nanti badanku akan sehat lagi."
Pelan-pelan matanya mulai tertutup dan dia sudah berada di alam bawah sadarnya, di saat dirinya benar-benar lelap, Clara tiba-tiba masuk ke dalam lingkaran yang aneh dengan Minghua di depannya.
"Clara, aku mohon bantuanmu untuk menemukan siapa pembunuh yang sudah menghilangkan nyawaku, tolong balaskan dendamku, aku hanya ingin mati dengan tenang. Aku mohon tegakkan keadilan bagi diriku, aku berikan liontin ini padamu agar kamu bisa menggunakan kekuatanku, aku mohon lakukan balas dendam yang aku tidak bisa lakukan," jelasnya, Clara melihat Minghua menangis tersedu-sedu di dalam mimpinya.
Clara dengan mudah menyetujuinya, "Baiklah, aku akan menegakkan keadilan untukmu, Putri," menundukkan tubuhnya sebagai tanda hormat padanya.
Clara membuka matanya, terdengar suara burung berkicauan, hari sudah mulai pagi, "Tadi itu apa ya?" gumamnya, Clara merasa sedang memegang sesuatu di tangannya.
Dia mengangkat tangannya, "Ini apa?" tanyanya begitu melihat sebuah liontin batu giok di tangannya, berwarna hijau bulat dengan hiasan emas di pinggirannya.
"Ini kan yang di berikan Minghua di mimpi, wah... jaman ini sungguh hebat bisa memberi barang lewat mimpi, pasang aja kali ya siapa tau ini berguna," mengalungkan liontin di lehernya tanpa mencari tau asal asulnya.
Pelayan memasuki tenda dengan membawa makanan, "Nona, silahkan sarapan dulu, saya sudah menyiapkan makanan kesukaan Nona," meletakkan nampan di atas meja samping tempat tidurnya.
"Terima kasih," Clara berusaha mendudukkan dirinya yang memang sepertinya masih sangat lemah.
"Tidak perlu berterimakasih Nona, ini sudah tugas saya sebagai seorang pelayan, kalo begitu saya pamit," memberikan hormat padanya dan berjalan pergi.
Belum sampai di luar, Clara memanggilnya kembali, "Pelayan, aku ingin tau siapa namamu?" tanya Clara dengan polosnya.
Pelayan itu kembali, "Nama saya Mei, Nona."
Clara berpikir sejenak, "Bagaimana bisa ada anak yang di beri nama seperti nama bulan setiap tahun," bisiknya berusaha menahan tawa.
"Nona? Apakah ada yang salah?" tanya Mei dengan penasaran, "Sepertinya Putri Minghua terkena benturan batu hingga dia melupakan segalanya," ucapnya dalam hati.
"Ah tidak apa-apa, kamu mau temani aku makan di sini?" memasang senyumnya yang menawan. "Eh... jika Nona mau, saya bisa menemani Nona sepanjang waktu," jawabnya, perasaannya sungguh senang jika bisa dekat dengan sang Putri yang dia ikuti sepanjang waktu, sebelumnya sang Putri selalu menghindarinya.