Perjodohan antara Devendra dan Sabrina yang dilakukan oleh kakek Ardian menimbulkan polemik dalam rumah tangga keduanya.
Setelah melewati tiga tahun pernikahan, keduanya nampak akur dan mulai memperbaiki diri terutama Devendra.
Sejalannya waktu, cinta mereka dipertaruhkan, di mana Sabrina tertukar dengan wanita yang mirip dengannya yang merupakan tunangan tuan Gustaf.
Pertukaran pasangan ini menumbuhkan benih-benih cinta yang dirasakan tuan Gustaf pada Sabrina, apakah Sabrina jatuh cinta pada tunangan saudara kembarnya yaitu Sandrina. Yuk kita ikuti cerita dua pasangan ini!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Sakit
Tuan Devendra langsung ditangani oleh dokter jaga di ruang IGD. Sekitar setengah jam kemudian, dokter keluar menemui wali dari tuan Devendra, yaitu Sabrina.
"Nona!" Suami anda mengalami pembengkakan hati. Sepertinya di masa muda beliau selalu menenggak minuman keras sehingga sebagian hatinya sudah tidak berfungsi. Jika ingin sembuh hanya ada satu jalan, tuan Devendra harus mendapatkan donor hati." Ucap dokter Munadi.
"Innalilahi wa innailaihi rojiuun!" Ucap Sabrina dengan air mata yang sudah mengembang di kelopak matanya.
"Apakah ada pertanyaan, nona?" Tanya dokter Munadi.
Sabrina hanya menggeleng dengan tatapan matanya yang kosong." Ya Allah, mengapa harus sekarang?" Mengapa disaat aku baru merasakan kasih sayang suamiku, justru aku dihadapkan dengan ujian lagi?" Keluh Sabrina dalam diamnya.
Pak Iwan mendekati Sabrina dan menanyakan putra dari keponakannya itu." Apakah ada masalah dengan tuan muda, nona Sabrina?" Tanya pak Iwan.
Sabrina menyampaikan apa yang terjadi pada suaminya." Kalau begitu, kita segera beritahu berita ini pada tuan besar karena tuan besar tidak mau cucunya sampai sakit." Ucap pak Iwan lirih.
Tidak lama kemudian, brangkar milik tuan Devendra dipindahkan ke ruang VVIP atas permintaan Sabrina. Suaminya masih belum sadarkan diri. Sabrina mendampingi Devendra menuju kamar VVIP tersebut.
Sabrina menghubungi kakek Ardian yang saat ini berada di luar negeri. Ia menceritakan keadaan Devendra dan penyebab utama dari semua peristiwa yang mereka alami beberapa waktu yang lalu.
"Apa...?" Jadi Devendra saat ini berada di rumah sakit?" Lalu siapa itu tuan Jeremy?" Tanya kakek Ardian.
Aku sudah menyuruh orang suruhan ku untuk meretas akun milik tuan Jeremy untuk mengetahui latar belakang kehidupan orang itu dan ternyata dia adalah putra dari tuan Wahyu Wibowo yang merupakan pengusaha muda yang selalu menjadi pesaing bisnis mendiang ayahku." Ucap Sabrina.
"Oh iya, saya baru ingat tuan Wahyu Wibowo itu. Apa tujuan tuan Jeremy membuka rahasia orang lain?" Bukankah selama ini kita tidak pernah menganggu mereka. Semua perusahaan milik kita tidak pernah mau bersaing dengan milik orangtuanya.
"Apakah kamu punya solusi untuk membalas tuan Jeremy?" Tanya tuan Ardian.
"Iya kakek, aku ingin memberi lelaki kurangajar itu pelajaran." Ucap Sabrina mulai mengeluarkan seringainya.
"Kamu salah memilih lawanmu, tuan Jeremy karena aku akan membuat perhitungan denganmu semudah aku menyingkirkan lalat yang selalu mencari makanan sehat milik orang lain untuk bertelur." Ucap Sabrina lirih.
"Singkirkan kutu busuk itu Sabrina karena dia telah menyakiti cucuku. Tolong ambil alih perusahaan kita selama Devendra dirawat di rumah sakit dan sampai Devendra pulih." Ucap kakek Ardian.
"Insya Allah kakek, Sabrina akan melakukan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan dan merombak semua manejemen perusahaan karena Devendra banyak melakukan kesalahan dalam mengembangkan perusahaan itu.
Jika tidak segera ditangani, para perusahaan asing akan menarik diri dari kerjasama dengan perusahaan kita." Ucap Sabrina tegas.
"Hebat kamu, nak!" Aku seakan melihat tuan Alvaro dalam dirimu. Dia adalah pengusaha hebat yang selalu disegani oleh perusahaan lain di jamannya." Ucap tuan Ardian mengagumi sosok Sabrina.
Walau bagaimanapun, tuan Ardian tetap mengkuatirkan kesehatan cucunya karena saat ini, yang dibutuhkan Devendra adalah dirinya. Ia pun memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan mencari tahu mengapa tuan Jeremy begitu frontal menyerang cucunya di saat rumah tangga Sabrina sudah berjalan dengan lancar.
🌷🌷🌷🌷
Sabrina menugaskan kepala pelayan, yaitu pak Iwan untuk menunggu suaminya di rumah sakit karena dia harus menangani perusahaan. Kedatangan Sabrina di perusahaan membuat para staffnya begitu segan saat mereka berdiri menyambut kedatangan pemilik sebenarnya perusahaan yang saat ini mereka mengabdi.
"Assalamualaikum, selamat pagi semuanya!" Apa kabar!" Perkenalkan saya Sabrina Quintana, istri dari tuan Devendra. Saya yang akan menggantikan tuan Devendra selama beliau sedang dirawat di rumah sakit atas permintaan tuan Ardiansyah. Mohon kerjasamanya." Ucap Sabrina penuh wibawa.
"Selamat datang nona Sabrina!" Ucap karyawan serentak.
"Sebelum saya mulai pekerjaan saya hari ini, saya mau menyampaikan beberapa hal kepada kalian selama bekerja dibawah pimpinan saya." Ucap Sabrina dengan suara lantang.
Sabrina mulai mengawalinya dengan kedisiplinan para karyawan lalu diikuti dengan integritas yang dibutuhkan dalam mengerjakan tugas mereka sesuai dengan kemampuan dan tugas yang diberikan oleh perusahaan.
"Gila!" Aku kira hanya tuan Ardian yang sangat tegas di sini, tapi pemimpin kita ini tidak kalah gilanya dengan tuan Ardian." Ucap salah satu karyawan pada teman-temannya usai mendengar pidato singkat dari Sabrina.
Asisten pribadi suaminya menyerahkan semua berkas laporan yang pernah di kerjakan oleh tuan Devendra kepada Sabrina. Sabrina mempelajari semuanya dan menilai cara kerja suaminya kurang efisien.
Dengan kecerdasan yang dimilikinya, ia pun memperbaiki apa saja yang sudah dikerjakan oleh suaminya.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Usai melakukan tugas pertamanya di perusahaan itu, Sabrina langsung menuju ke rumah sakit untuk melihat keadaan suaminya.
"Assalamualaikum pak Iwan!" Sapa Sabrina dengan membawa berbagai makanan dan buah-buahan untuk dirinya dan juga untuk suaminya dan pak Iwan.
"Waalaikumuslam, nona Sabrina!" Jawab pak Iwan lalu menjelaskan kondisi tuan mudanya itu.
"Sampai saat ini, tuan muda belum siuman nona Sabrina." Ucap pak Iwan.
"Kalau begitu, pak Iwan pulang saja. Kasihan Indri, pasti gadis itu sendirian jika kami tidak ada di rumah." Ucap Sabrina.
"Baik nona, saya permisi." Ucap pak Iwan lalu meninggalkan kamar inap tuan mudanya.
Sabrina menghampiri suaminya dan mencium punggung tangan suaminya." Maafkan aku mas Devendra karena sudah mengambil alih tugasmu. Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk meminta maaf kepadamu.
Aku tidak bermaksud membohongi kamu, hanya saja keadaan yang belum kondusif untuk menjelaskan semua kepadamu secara perlahan.
Aku mohon, tolong buka matamu mas!" Lebih baik kamu marah padaku dari pada aku harus melihat dirimu tidak berdaya seperti ini.
"Sayang.... jangan menghukum aku seperti ini, karena aku tidak sanggup hidup tanpamu. Aku rela kehilangan segalanya asalkan bisa mendapatkan cintamu.
Aku sudah jatuh cinta padamu sejak aku remaja, walaupun hanya melihatmu melalui fotomu saja yang selalu dikirim oleh kakek Ardian." Ucap Sabrina sambil mengelus wajah suaminya.
Sabrina mengambil buah apel yang ingin dikupas olehnya. Tapi tiba-tiba, gadis ini merasa sangat mual. Ia pun meletakkan kembali pisau dan buah itu.
Sabrina berusaha duduk dengan tenang dan menghirup udara sebanyak mungkin.
"Ah, mungkin saja aku kelelahan seharian ini. Apa lagi tadi aku makan hanya sedikit." Gumamnya lirih.
Sabrina mengambil baju ganti di dalam kopernya, tapi pusing dan mual datang bersamaan. Sabrina buru-buru ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya yang hanya air yang keluar dari perutnya saja.
Sabrina menatap wajahnya di kaca wastafel. Wajah cantik yang terlihat pucat dengan membentuk kantung mata panda. Ia lalu membuka hijabnya karena sudah kena cipratan muntahannya sendiri. Ia membersihkan lagi wajahnya dengan menggunakan sabun muka.
"Sebaiknya aku tidak perlu berdandan, tapi mengapa aku jadi malas seperti ini?" Ungkapnya dengan wajah malas dan bahkan terkesan tidak peduli lagi dengan penampilannya.
Sabrina ingin sekalian mengganti baju dan hijabnya karena sudah tidak merasa nyaman. Ia pun keluar lagi menemui suaminya.
Untuk menghilangkan mualnya, Sabrina mengoleskan minyak kayu putih yang wanginya terasa sangat segar.
"Ada apa denganku?" Mengapa badanku terasa sangat pegal dan gampang lelah akhir-akhir ini?" Apakah aku harus mengunjungi dokter?" Sabrina terus bermonolog.
masih tanda tanya
belum dijelaskn😴😴
Syarat dan ketentuan:
Sudah tamat dan Penulis belum di kontrak/sedang tidak terikat kontrak dengan penerbit manapun.
Jenis naskah yang dicari:
1. Novel;
2. Kumpulan Puisi;
3. Kumpulan Cerpen;
4. Naskah non Fiksi, dll.
Jika bersedia harap segera menghubungi saya via DM instagram (@dwafril) atau laman chat yang tersedia pada platform ini.
AE Publishing Cab. Gresik
*paling lambat 15 Agustus 2023