NovelToon NovelToon
SEDETIK CINTA DI TANAH NABI

SEDETIK CINTA DI TANAH NABI

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Menyembunyikan Identitas / Istri ideal
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Sindya

"Ya Allah. Ijin aku memiliki calon suami setampan pria yang ada sebelahku ini," ucap Rani dengan suara yang cukup keras membuat seorang Khalid tersenyum samar karena ia paham dengan bahasa Rani.

"Aamiin ya Allah kabulkan doa bidadari ini karena aku sendiri yang akan menjadikan dirinya sebagai istriku," lirih Khalid mengaminkan doa Rani lalu mengikuti langkah Rani yang ingin keluar dari lingkaran tawaf.



Sedetik Cinta di tanah nabi


Dia hadir tanpa permisi
Mengisi relung menyesap lambat
Ku tolak ia ku takut murkaNya
Yang ada ia menyusup hadir mendiami jiwa..
Aku terdiam menikmati lezatnya.Merasakan nuansa yang tak ingin usai
Waktu berlalu tanpa pamit

Sedetik hadirmu mengusir lara..ku takut sepi menyapa jua seperti gelap tak pernah iba tuk hadirkan malam..

Aku takut melepaskan detik cinta tertinggal mimpi ...ku ingin miliki dia karena ku damba... hadir mu singkat hilang tak dapat kutahan .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2. Hampir Saja

Khalid menghubungi Syam yang juga ikut menghilang bersama Rani. Entah mengapa Khalid merasa dunianya ikut menghilang saat ini juga. Tidak mungkin ia bisa melacak keberadaan Rani kalau belum mengetahui identitas gadis cantik bercadar itu yang bukan hanya mencuri hatinya beberapa jam yang lalu tapi jiwanya ikut terbawa oleh gadis itu.

"Sial.....! Kenapa disaat penting seperti ini Syam ikut menghilang?" gerutu Khalid yang sulit sekali menghubungi Syam.

Khalid berdiri menepi di salah satu hotel untuk melihat keberadaan Rani yang bisa ia kenali jemari gadis itu yang mengenakan cincin berbentuk unik. Sepertinya cincin itu dirancang khusus untuk gadis itu.

Diantara semua wanita bercadar yang ada di pelataran Masjidil haram itu, tidak ia temukan sosok Rani yang makin membuat hatinya dongkol.

"Andai saja tadi aku tidak melamun mungkin aku tidak akan kehilangan dirinya," sesal Khalid kemudian melangkah gontai menuju hotelnya yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Ketika berada di depan pintu lift tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan kehadiran Syam yang menepuk pundaknya lembut.

"Tuan....!"

"Syammmm ....!" pekik Khalid menahan geram.

"Tuan, maaf aku tadi kabur begitu saja darimu karena aku....-"

"Sudah diamlah....! Aku sudah tidak ingin mendengar alasanmu yang tidak penting itu," kecewa Khalid yang langsung masuk ke dalam lift yang sudah terbuka tanpa mau mendengar penjelasan Syam.

"Tapi tuan aku tadi harus buru-buru mengejar wanita tuan itu kalau tidak kita bisa kehilangan dirinya," lanjut Syam membuat wajah Khalid yang awalnya tertekuk berubah cerah ceria bersama dengan fajar yang baru menyingsing di luar sana.

Khalid serta merta memeluk Syam dengan penuh rasa syukur karena Syam sudah melakukan tugasnya dengan baik.

"Alhamdulillah. Maafkan aku Syam. Aku kira aku sudah kehilangan gadis itu selamanya dan ternyata kamu terus mengikutinya. Apa yang sudah kamu dapatkan tentang dirinya?" tanya Khalid tidak sabaran.

"Aku mengikutinya hanya untuk melihat dia menginap di hotel apa dan berapa nomor kamarnya. Dan Alhamdulillah aku sudah mendapatkan nomor kamarnya yaitu 409 tidak jauh dari kamar anda tuan," ucap Syam membuat wajah Khalid berbinar.

"Benarkah...? Jadi dia menginap di hotel yang sama dengan hotel kita?" tanya Khalid menegaskan kembali jawabannya Syam yang mengangguk antusias.

Khalid kembali memeluk Syam dengan sangat erat membuat Syam merasa jengah dan bersamaan dengan itu pintu lift terbuka bersamaan dengan kemunculan Rani yang tercengang melihat kedua pemuda di depannya yang saling berpelukan itu dengan wajah mereka terlihat sumringah. Menyadari keberadaannya Rani membuat kedua pemuda itu reflek mendorong satu sama lain.

"Maaf nona...! Ini tidak seperti yang kamu pikirkan," ucap Khalid buru-buru agar Rani tidak berpikir buruk dengan sikap mereka barusan.

"Tidak masalah. Itu bukan urusanku," ucap Rani dingin sambil memencet lantai restoran karena ia mau sarapan pagi.

"Sial...! Kenapa dia harus lihat adegan menjijikan barusan," sesal Khalid menenangkan hatinya.

"Tuan mau ikut sarapan?" tanya Syam mengusir ketegangan diantara kedua makhluk didepannya.

"Menjauh lah dariku agar gadis ini tidak berpikir buruk pada kita!" titah Khalid kembali ke mode kharismatik.

Rani terlihat sibuk sendiri dengan ponselnya walaupun jantungnya sendiri tidak baik-baik saja bertemu lagi dengan pria yang beberapa jam lalu sudah menguasai pikirannya.

"Apakah mereka berdua gay? Atau ini hanya pikiranku saja? Tapi kenapa mereka saling berpelukan? Barusan aku dengar satu pria ini memanggil si tampan ini dengan sebutan tuan? Apakah si tampan ini orang penting?" batin Rani terusik juga dengan adegan yang beberapa detik lalu disaksikan olehnya.

Pintu lift terbuka. Ketiganya keluar berbarengan menuju restoran di mana sarapan pagi sudah siap. Rani langsung menuju ke meja yang cukup jauh dengan para jamaah haji lain yang sudah lebih dulu menempati tempat mereka.

Rani meletakkan tasnya lalu kembali mengambil makanannya. Sementara itu Khalid malah mengambil tempat duduk yang sama dengan Rani tanpa sepengetahuan gadis itu.

"Kamu jaga tas wanita ku...! Aku mau menemaninya mengambil sarapan terlebih dahulu...!" ucap Khalid pada asisten pribadinya itu dengan tetap mengamati pergerakan Rani.

Setelah mengambil beberapa makanan yang diinginkan olehnya, Rani bergegas menuju ke mejanya.

"Apakah butuh bantuan nona?" tawar Khalid saat keduanya berpapasan.

"Aku bisa sendiri. Terimakasih...!" ucap Rani terlihat begitu menjaga wibawanya. Tidak menebar pesona walaupun hatinya cukup syok dengan perlakuan manis Khalid.

Khalid tersenyum lembut dan berjalan mengikuti langkah Rani yang tiba-tiba berhenti karena melihat Syam sudah duduk di mejanya.

"Hei...! Kenapa kamu duduk di sini? Ini tempat ku dan masih ada tempat lain yang kosong di sini bukan?" sergah Rani tidak suka.

"Maaf nona. Kami ingin duduk bersamamu di sini. Bukankah kamu hanya sendirian dan ini juga fasilitas restoran yang bakal digunakan semua jamaah yang ada di hotel ini," tekan Khalid.

Rani hanya menarik nafas berat dan tidak mau lagi berdebat karena ia juga sudah lapar. Ia menikmati sarapan paginya sambil melihat email yang masuk di ponselnya. Untuk sesaat keduanya terdiam membiarkan waktu berlalu tak berarti. Khalid melirik Rani lalu mulai memberanikan diri berkenalan dengan Rani.

"Maaf nona apakah aku boleh berkenalan denganmu?" tanya Khalid memberanikan diri.

Rani tampak terdiam dengan wajah tercengang menatap Khalid dengan tatapan rumit." Benarkah apa yang aku dengar dari si tampan ini? Dia mau berkenalan denganku? ini rejeki atau takdir?" batin Rani.

"Nona....! Apakah kamu baik-baik saja? Apakah aku terlalu tampan menurutmu?" goda Khalid saat sang asisten sedang mengambil sarapannya.

"Sorry. Namaku Rani...!" seraya mengambil sesuatu dari tasnya lalu diserahkan kepada Khalid yang menerima kartu nama Rani. Khalid membaca kartu nama Rani sekilas.

"Hebat...! Kamu seorang dokter kandungan. Profesi yang sangat mulia. Kenalkan aku adalah Khalid dan aku bekerja di sebuah Bank di negara ini," ucap Khalid tanpa memberikan kartu namanya pada Rani. Keduanya saling mengatupkan tangan mereka di dada dengan sikap canggung.

"Keren...!" puji Rani walaupun sedikit kecewa karena ia begitu takut Khalid bohong padanya. Rani melanjutkan makannya sambil menunggu ucapan berikutnya dari Khalid.

"Aduhh....! Doa ku tadi itu pingin punya laki setampan dia tapi kenapa dia sendiri yang berada di depan ku saat ini?" Rani berusaha menenangkan hatinya dan tidak terlalu berharap ada keajaiban dari Tuhannya.

"Apakah kamu sudah menikah?" basa-basi Khalid.

"Sedang menunggu."

"Menunggu di lamar?" tembak Khalid.

"Menunggu perjodohan ayahku karena dia sendiri yang akan memutuskan dengan siapa aku menjalani sisa hidupku selanjutnya," jelas Rani sendu.

"Dan kamu menerima begitu saja perjodohan itu?" tegas Khalid.

"Ya, karena aku tidak becus mendapatkan pria yang tidak sesuai dengan kriteria ku makanya ayahku yang memutuskan agar aku menerima pria yang akan menjadi calon suami ku kelak. Aku hanya berharap agar aku mendapatkan calon suami sesuai impianku," terang Rani.

Khalid menyimak dengan seksama. Hatinya terlihat patah mendengar penjelasan Rani. Apakah ia punya kesempatan untuk mendapatkan wanita di depannya ini untuk menjadi pendamping hidupnya kelak.

"Ya Allah. Aku tidak mungkin melamarnya sekarang karena masih dalam proses haji. Tangguhkan waktumu ya Allah dan tolong jaga hatinya untukku dan jauhkan lah dia dari perjodohan ayahnya dengan pria manapun," desis Khalid terlihat melamunkan Rani yang juga menikmati sarapannya dengan tenang.

"Dan bagaimana dengan kamu sendiri, tuan Khalid? Apakah kamu sudah menikah? Siapa wanita yang beruntung itu?" tanya Rani membuat Khalid tersedak karena ia sedang membilas kerongkongan nya dengan air putih.

Uhukk....uhukkk ....!

"Sorry....!" Rani spontan mengelus punggungnya Khalid yang tersenyum senang mendapatkan perhatian Rani karena keduanya duduk bersebelahan.

1
lestari saja💕
semoga yaaa
lestari saja💕
tertarik dgn judulnya...
Yuliana Tunru
hedeeeh drama klga kerajaan ya gitu kyk manusia lain bkn tak punya martabat sebesar mrk padahal paham agama klo harta dan gelar tak berarti di mata Allah
Yuliana Tunru
ya ampun paksu sdh tak sabar msh byk tamu àpa tdk bisa menunggu
Rosdiana Diana
insya Allah sangat bagus. Ayo mampir bagi yang ingin merasakan cinta romantis tokoh di novel ini
Sri Muryati
jangan belum halal...
durrotul aimmsh
visual Khalid kakak
Astrid valleria.s.
makasih thor udah up🌹🌹🌹
Astrid valleria.s.
merapat thor😘
adlina firdhausy
segara di tambahkan halaman nya ya
!m_mah
masuk list yuk💪upny kk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!