"Assalamualaikum Kapten"
.
Ini bukanlah drama Korea,
Dia bukan Kapten RI Jeong Hyuk,
Dan aku bukan Yoon Se Ri.
Tapi ini takdir Allah
Takdir yang membuat ku berpikir.
Apakah kita dipertemukan,
Hanya untuk diperkenalkan ?
Atau,
Mungkinkah kita dipertemukan,
Untuk disatukan ?
*****
Hallo semua 👋
Mohon maaf sebelumnya karena Karya ku yang judulnya "Angel's Story" tidak bisa dilanjutkan lagi.
Maka dari itu, aku memutuskan untuk membuat cerita baru yang terinspirasi dari drakor CLOY.
Hanya saja ini bernuansa Islami.
So, Happy reading guys 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azurra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan-jalan (1)
Senyuman manis Keyla tak pernah luntur dari wajahnya sejak ia berhasil mengajak Wirma dan Robbi serta kedua orang tuanya, untuk mengunjungi tempat wisata yang ada di kota kelahiran Robbi yaitu kota Gorontalo.
Gadis itu tersenyum puas saat melihat penampakan dirinya yang terpantul pada cermin. Kaos berlengan panjang warna abu-abu polos serta celana jeans panjang berwarna putih. Untuk jilbabnya, gadis itu memilih memakai jilbab persegi berwarna yang sama dengan warna celananya. Tak lupa tas punggung kecil berwarna krem menjadi wadah untuk menyimpan barang-barang pentingnya. Apalagi kalau bukan dompet uang, power bank, dan dompet mini untuk alat makeup. Tak lupa kamera kecil dia sertakan dalam tas itu.
Sneakers dari salah satu brand ternama di Jepang menjadi pelengkap outfitnya pagi ini. Sepatu santai berwarna krem dengan motif kotak-kotak berwarna abu-abu dari brand RFW Tokyo. Sepatu yang ia beli saat dirinya berkunjung ke Tokyo bersama Nayla. Tepat pada libur musim dingin. Mereka menghabiskan waktu libur mereka di Ibu Kota Negara Sakura itu. Nayla juga memiliki sepatu yang sama tetapi dengan warna berbeda, itu pun hasil pemaksaan Keyla yang ingin mereka memiliki sepatu kembar.
Terdengar suara Kanaya yang berteriak meminta Keyla untuk segera turun. Gadis itupun dengan gerak cepat menutup pintu kamar dan berjalan menuruni anak tangga.
Dia tersenyum saat melihat keempat orang tua itu memakai pakaian kasual. Walau sudah masuk usia setengah abad, mereka tetap terlihat awet muda saat memakai pakaian santai.
"Berangkat sekarang?" Tanya Robbi pada Keyla. Dengan semangat gadis itu mengangguk.
Merekapun beranjak menuju halaman depan. Di sana sudah ada Ucok, supir pribadi Robbi yang telah menyiapkan mobil yang akan mereka gunakan.
Ucok menyerahkan kunci mobil pada Robbi karena untuk kegiatan mereka kali ini, dia ingin menyetir sendiri.
Mobil Alphard putih itupun keluar dari pekarangan rumah dan langsung membelah jalanan kota.
Robbi dan Asraf duduk di kursi depan. Kanaya dan Wirma duduk di kursi tengah, sedangkan Keyla duduk di kursi belakang sendirian.
Keyla berdecak kagum melihat jalanan kota yang begitu lenggang. Tak seperti Jakarta atau kota-kota besar lainnya di Indonesia yang selalu macet. Keyla sudah beberapa kali berkunjung ke Indonesia, tapi ini kali pertama gadis itu berkunjung ke provinsi Gorontalo.
"Waah, Dikota ini gak ada macetnya yah?"
Robbi terkekeh. Sedangkan ketiga orang lainnya tersenyum.
"Gorontalo itu kota yang berkembang Key. Belum terlalu banyak masyarakat yang memiliki mobil, jadinya kendaraan yang paling banyak dijumpai hanya motor dan juga bentor. Jadi jarang banget terjadi kemacetan," pria itu tersenyum.
"Nah, itu tuh yang namanya bentor."
Robbi menunjuk pada kendaraan khas daerah Gorontalo yang baru saja berpapasan dengan mobil mereka.
Bentor adalah singkatan dari Becak Motor yang bagian depannya bisa ditumpangi oleh 2-3 orang dan untuk bagian belakangnya bisa ditumpangi oleh 2 orang.
"Wah keren yah Pakci. Becak versi modern," gadis itu tertawa.
Sementara Asraf dan Kanaya ikut memerhatikan penjelasan Robbi. Pertama kalinya juga bagi mereka berada di kota ini.
Robbi mengangguk mengiyakan pernyataan Keyla.
"Dan juga Kota Gorontalo adalah kota yang hanya mengenal istilah macet atau kemacetan pada saat-saat tertentu. Seperti lima hari sebelum hari raya Idul Fitri dilaksanakan. Jalanan kota Gorontalo akan menjadi sangat macet karena kebutuhan orang-orang yang ingin membeli baju lebaran."
"Oh iya. Nay juga pernah cerita, katanya di kota ini setiap setahun sekali membuka sebuah pasar yang namanya itu se, se," gadis itu nampak berpikir.
"Se apa yah?"
"Senggol?" Wirma memecah pertanyaan Keyla.
"Ah iya. Pasar senggol katanya."
"Iya Key. Setiap menjelang hari raya idul Fitri memang pihak pemerintah kota akan membuka lapak jualan untuk pedagang-pedagang kecil maupun besar agar dapat menjajakan jualannya. Biasanya sih pasar senggol itu dibuka pada area pertokoan. Sepanjang jalan akan didirikan tenda-tenda untuk mereka."
"Kenapa namanya senggol Ma?"
Kali ini Kanaya yang membuka mulutnya untuk bertanya.
"Karena pasar itu hanya ada setahun sekali jadi peminatnya banyak. Barang-barang yang. mereka jual juga harganya murah-murah dan kualitasnya juga bagus, jadinya semua orang pada semangat buat belanja. Nah, itu juga jadi alasan kenapa bisa namanya senggol, karena kita akan senggol-senggolan di dalam pasar itu. Saking ramainya pengunjung," Wirma tertawa kecil.
"Wah, ibu-ibu pasti suka tuh, harga murah tapi kualitas bagus. Heemm, aku jadi penasaran," ujar Kanaya.
Keyla tertawa, "Dasar ibu-ibu," cibirnya. Robbi dan Asraf pun ikut tertawa.
"Di Gorontalo juga ada suatu festival
yang setiap tahunnya dilaksanakan Key. Namanya malam pasang lampu, atau sebutan dalam bahasa daerah Gorontalo yaitu Tumbilotohe. Itu dilaksanakan pada malam Lailatul Qadar. Tiga malam sebelum hari raya Idul Fitri. Semua pada semangat melihat festival lampu itu. Jadinya jalanan akan sangat macet tapi hanya dimalam hari."
"Oh, kayak pawai obor gitu yah Rob?" tanya Asraf yang terlihat antusias.
"Iya. Kayak pawai obor. Hanya bedanya pakai botol bekas yang berisikan minyak tanah terus ada sumbunya yang dimasukkan ke lubang penutup botol. Namanya lampu botol. Dan lampunya dibiarkan saja tergantung dipagar rumah atau masyarakat sekitar sengaja buat penyanggah dari kayu untuk digantungkan botol-botol itu."
"Waah, kedengarannya keren. Keyla pengen deh ngeliat festival itu," Ujar Keyla.
"Iya Key. Makci juga suka jalan-jalan tiap malam pasang lampu. Biasanya juga, disetiap lapangan-lapangan bahkan di sawah sekalipun, masyarakat setempat bakal buat penyanggah lampu-lampu yang kreatif loh. Kayak tahun kemarin itu, Makci lihat ada yang berbentuk Kupu-kupu, ada yang dibuat bentuk terowongan, jadi kita bisa foto-foto di dalam terowongan yang dihiasi lampu-lampu. Pokoknya macam-macam deh."
Wirma tersenyum.
"Wah. Kita harus main lagi kesini Key, Pah. Mama penasaran banget sama festival malam pasang lampu itu."
Kanaya melirik Asraf dan Keyla bergantian.
"Oh iya, satu lagi," ujar Robbi tiba-tiba.
"Apa Mas?" tanya Wirma. Tiga orang lainnya menunggu apa yang akan dikatakan oleh Robbi.
"Malam tahun baru."
Tangan kanan Wirma terangkat memukul sandaran kursi kemudi yang diduduki oleh Robbi.
"Kamu ini Mas. Kan semua daerah bahkan negara sekalipun akan macet tiap malam pergantian tahun. Ada-ada saja," ujar Wirma seraya tertawa. Robbi hanya mengulum senyumnya.
Kanaya, Asraf dan Keyla pun ikut tertawa. Tapi, tidak ada salahnya yang dikatakan oleh Robbi. Sebab hanya saat-saat tertentu seperti itulah yang akan membuat jalanan kota Gorontalo menjadi macet.
Tak terasa sudah lebih dari dua puluh menit mereka dalam perjalanan. Kini, mobil mewah itu tengah memasuki jalanan sempit diapit oleh padatnya rumah-rumah penduduk.
Robbi membelokkan mobilnya ke kiri sehingga masuk disebuah lorong yang hanya bisa dilalui oleh satu mobil.
Di depan mereka sudah ada penunjuk jalan yang mengharuskan mobil itu belok ke kiri lagi memasuki jalan yang agak luas dari jalan pertama.
Robbi menghentikan mobil sejenak saat telah berada di depan pos penjualan tiket masuk. Setelah selesai ia menjalankan kembali mobilnya. Di depan mereka ada sebuah gapura yang menyambut.
"Selamat datang di objek wisata benteng Otanaha," ujar Keyla membaca tulisan yang ada pada gapura itu.
"Loh, Pakci kenapa tidak berhenti?"
Keyla bingung saat mobil mereka hanya melewati bagian depan gapura dan malah belok ke kanan masuk ke jalan yang lebarnya sama seperti jalan pertama yang mereka lalui. Hanya cukup untuk satu mobil.
"Kalo kita ikut jalan utama, kita harus naik anak tangga, baru bisa ke bentengnya Key. Bentengnya ada di atas gunung. Dan ada sekitar 348 buah anak tangga yang harus kita naiki agar bisa sampai ke puncak. Nah, berhubung kita naik mobil juga nih, jadi kita ikut jalan kedua. Jalan yang sengaja dibuka oleh pemerintah." Wirma ikut menjelaskan.
"Oh begitu yah Makci. Eh, tapi Keyla pikir sudah tidak ada penduduknya di dalam lingkungan wisata ini. Ternyata ada yah. Bahkan ada perumahan juga," ujar Keyla saat mereka melewati kompleks perumahan fasilitas dari pemerintah.
Wirma hanya tersenyum menanggapi gadis itu.
Kini Mobil itu mulai melewati jalan yang menanjak. Ketiga orang yang baru pertama kalinya datang ke tempat itu dibuat terpukau dengan keindahan alam yang disuguhkan. Mereka benar-benar berada di atas gunung.
Dibawahnya terlihat padatnya pemukiman penduduk dan juga ada sebuah danau besar yang banyak ditumbuhi oleh bunga teratai.
Robbi memarkirkan mobilnya di parkiran mobil yang sudah disediakan. Merekapun segera keluar dari mobil itu.
Nampak tak banyak pengunjung yang datang hari ini.
Dengan bersemangat Keyla mulai menjelajahi setiap sudut benteng yang diberi nama Otanaha itu.
Keyla mengajak keempat orang tua itu untuk berfoto bersama.
Ia tersenyum puas ketika melihat foto itu.
"Key ke sana dulu yah," gadis itu menunjuk bangunan yang ada diseberang jalan. Bangunan yang tingginya setara dengan jalanan. Dari bangunan itu kita bisa melihat jelas penampakan danau yang indah itu.
Keempat orang tua itu mengangguk, gadis itupun dengan semangatnya pergi ke tempat yang ia tunjuk.
Terbesit rasa sedih dihati Wirma saat melihat keceriaan yang Keyla tampakkan. Wanita itu mengingat saat pertama kali, dia dan Robbi mengajak Nayla ke tempat ini. Gadis itu sama semangatnya dengan Keyla.
Namun segera ia tepis rasa sedih itu, karena tak ingin merusak suasana gembira pada liburan mereka ini.
Wirma mengajak Kanaya mencari tempat yang bagus untuk mengambil foto. Meninggalkan kedua pria itu yang lebih memilih duduk saja pada gazebo yang disediakan.
"Nama bentengnya tadi apa Rob?"
Asraf bertanya.
"Otanaha."
"Kira-kira benteng ini sejarahnya apa Rob?"
"Setau aku sih Raf, benteng ini dibuat saat masyarakat Gorontalo pada saat itu melawan Portugis. Benteng ini dibuat atas kesepakatan Raja Ilato dan Bangsa Portugis yang pada saat itu tiba di Gorontalo. Tujuannya sih, untuk pertahanan dari serangan musuh."
"Wah, sudah sangat lama berarti yah,"
Robbi menganggukkan kepalanya.
"Aku mikirnya benteng ini sengaja dibuat hanya untuk objek wisata saja. Bukan dari masa penjajahan."
"Enggak Raf. Ini peninggalan sejarah penjajahan dulu."
"Loh, mama dan Makci kemana?"
Tanya Keyla yang sudah kembali dari tempat tadi.
"Ibu-ibu itu disana." Asraf menunjuk Wirma dan Kanaya yang kini tengah asik berfoto-foto di area benteng utama.
Keyla pun menghampiri keduanya. Ia meninggalkan Asraf dan Robbi yang kini beranjak menghampiri mereka juga.
"Jadi Raf, benteng ini terdiri atas tiga bangunan. Yang utama di sana," Robbi menunjuk arah dimana ketiga perempuan itu berada.
"Itu namanya Otanaha. Yang kedua ya ini," Robbi menunjuk benteng yang berada di depan mereka. Hanya sekitar lima langkah dari tempat mereka berdiri.
"Namanya Otahiya dan yang ketiga, yang di sana," dia menunjuk benteng yang dibangun agak berjauhan dari kedua benteng lainnya.
Untuk menuju benteng ketiga harus melewati jalan setapak serta beberapa anak tangga.
"Nama benteng itu Ulupahu. Benteng yang dibangun berhadapan langsung dengan danau Limboto."
"Oh jadi nama danau itu danau Limboto yah, dari tadi aku penasaran loh." Asraf tertawa.
Sedangkan Robbi hanya mengangguk dan tersenyum.
"Ternyata kamu tau banyak soal sejarahnya yah," ujar Asraf yang membuat Robbi sedikit tersanjung. Pasalnya pria itu juga sadar, ia tak begitu paham dengan sejarah daerahnya.
"Ah, enggak juga Raf. Yah, pengetahuan dasar saja," elaknya.
Kedua pria paruh baya itupun melanjutkan langkah mereka untuk melihat setiap sudut area benteng ini. Sesekali juga mereka mengambil gambar berdua tanpa malu-malu.
"Mah, tolong fotoin Keyla dong," ujar gadis itu seraya menyerahkan ponselnya pada Kanaya. Dengan senang hati wanita itu menuruti pintah anaknya.
"Hasilnya bagus gak Mah?" tanya Keyla dengan sedikit berteriak karena dia sudah berada pada anak tangga yang jauh dari Tempat Kanaya dan Wirma berdiri.
Kanaya hanya tersenyum serta mengangguk mengiyakan pertanyaan Keyla.
Kanaya mengambil gambar Keyla dari belakang. Gadis itu bergaya seolah-olah hendak menuruni anak tangga yang menghubungkan benteng utama dengan area benteng kedua. Di samping kirinya ada tiga buah gazebo besar tempat untuk beristirahat. Sedangkan disebelah kanannya banyak pohon-pohon rindang.
Kanaya dan Wirma menghampiri Keyla. Wanita itu menyerahkan kembali ponsel itu pada anaknya. Mereka melangkah bersama menghampiri dua pria yang kini tengah asik bercengkerama.
"Sudah puas foto-fotonya?" sindir Robbi pada ketiga Wanita itu. Mereka hanya tertawa.
"Lanjut ke tempat lain atau pulang nih?" tanya Asraf.
"Lanjut dong Pah. Masa iya langsung pulang. Papa gak asik nih." Keyla mengerucutkan bibirnya.
"Papa kan cuma nanya Key." Asraf bergerak merangkul putrinya.
Robbi yang melihat itu merasakan nyeri pada hatinya. Ia membayangkan saat-saat dirinya bercanda dengan Nayla. Namun ia berusaha tegar.
"Ya udah. Tujuan kita selanjutnya yaitu ke tempat wisata religi. Tapi sebelum itu kita makan siang dulu. Gimana?" tanya Robbi.
Dengan semangat Keyla berkata setuju dan ketiga orang lainnya hanya mengangguk seraya tertawa.
Mereka kembali masuk ke dalam mobil. Dan pergi meninggalkan area benteng yang sudah banyak pengunjung berdatangan.
Sewaktu mereka datang belum banyak pengunjung, tapi sewaktu mereka pergi pengunjung yang berdatangan semakin banyak.
Mobil Alphard putih itupun keluar melewati jalan yang mereka lalui saat masuk.
Di dalam mobil, Keyla membuka aplikasi Instagram dan mengupload fotonya di akun Instagram miliknya dengan bertuliskan caption, "Nay, kita mungkin kini telah terpisah dunia. Tapi ketahuilah, disetiap langkahku akan selalu ku ingat saat-saat dimana kita tertawa, menangis, bersama. Sedetikpun tak akan ku lupakan dirimu. Pulanglah dengan senyuman."
Jari telunjuknya mengusap bulir bening yang hendak jatuh dari ujung matanya. Keyla tersenyum getir.
*********to be continued******
Halo, Assalamualaikum 👋
Semoga terhibur dengan part kali ini yah.
Part ini khusus untuk mengenalkan kota kelahiran Author pada kalian.
Yah, sekedar nambah-nambahin ilmu pengetahuan kali yak wkwkw.
Part kali ini sebenarnya panjang banget, tapi author dah mutusin buat 2 part.
So, part selanjutnya lanjutan dari part ini yah 🤗
Jangan bosan-bosan baca "Assalamualaikum Kapten" yah 🙏
Next part nanti kalian bakal ketemu lagi sama Nayla dan Joo Young kok🤭
Jangan lupa Like, coment bisa juga votenya dong 🤭 agar Author semangat terus buat nulis.
Terimakasih 🙏🤗
semoga skripsi.a lancar n segera wisuda... good blaze...!!!