Ravka terbangun di sebuah kamar hotel disamping gadis tak dikenal hanya berbalutkan selimut. Belum sadar sepenuhnya, kedua orang tua Ravka beserta tunangannya menerobos masuk ke dalam kamar.
Pernikahan yang tinggal menghitung hari akan tetap dilaksanakan, tapi yang menjadi pengantin wanitanya bukanlah sang tunangan. Melainkan gadis yang telah menghancurkan hidupnya.
"Jangan harap aku akan menceraikanmu dengan mudah. Aku akan membuatmu merasakan penderitaan yang teramat sangat karena menjeratku dalam pernikahan brengsek ini," Kemarahan berkelabat di sorot mata Ravka, menghujam tepat ke manik mata gadis berparas ayu yang meringkuk ketakutan di atas ranjang pengantinnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tsabitah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPA 11# Tekad
Setelah menyelesaikan makan malamnya, Alea kembali ke dalam kamar. Perasaannya jauh lebih tenang setelah mengobrol dengan Bi Mimah saat makan malam tadi. Ia seperti mendapat seorang teman di dalam rumah suaminya yang seperti tidak menerima kehadirannya.
Gadis itu kemudian menghabiskan waktunya dengan membaca buku yang terdapat di rak buku di kamar suaminya. Sebuah buku tentang startegi bisnis milik suaminya menarik perhatian gadis itu. Sebagain besar buku-buku disana adalah buku tentang strategi bisnis. Dia menyukainya, tidak jauh berbeda dengan jurusan yang dia ambil.
Setelah bosan membolak balikan halaman demi halaman, gadia itu mengarahkan pandangannya pada jam bekker di atas nakas. Sudah lewat tengah malam, belum satu orang pun kembali ke dalam rumah. Begitu pula dengan suaminya. Entah kemana pria itu pergi hingga sekarang belum kembali.
Apa dia ikut menghadiri resepsi pernikahan Kak Alex yah? Tapi kenapa dia tidak pergi bersama orang tuanya? - Hati Alea bertanya.
Namun, Alea sudah tidak dapat menghentikan jalan pikirannya yang sudah mengawang kemana-mana.
"Kenapa aku harus memikirkannya? Seharusnya aku memikirkan nasibku sendiri setelah ini. Bagaimana aku harus menjalani rencanaku setelah ini?" Gumam Alea.
Gadis itu sudah harus mulai menyusun rencana masa depannya sendiri. Bagaimana caranya dia bisa lepas dari pernikahan yang terlanjur terlaksana ini. Pernikahan yang dia dan suaminya, sama-sama tidak inginkan.
Tidak terasa detik jam terus berputar, waktu sudah menunjukkan dini hari. Tidak lama lagi sang surya akan menyambut hari. Gadis itu sama sekali tidak dapat memejamkan matanya sedetikpun. Pikirannya melayang tak tentu arah.
Saat asik dengan pikirannya sendiri, Alea dikagetkan dengan deru mobil di luar sana. Ia menuju balkon kamar, melongok keluar melihat siapa yang datang. Di bawah dia melihat Ravka berjalan sempoyongan masuk ke dalam rumah.
Bruk!! Suara pintu kamar terbuka paksa setelah beberapa saat ia melihat Ravka memasuki rumah. Pria itu sempoyongan merebahkan diri di atas kasur.
"Kamu dari mana saja?" Alea bertanya lembut. Menyentuh kaki suaminya hendak membantu membuka sepatunya. Ia mencoba menjalani kewajibannya sebagai seorang istri.
"Hey, apa yang kau lakukan hah?" Hardik Ravka sembari menendang kaki yang disentuh Alea dengan kasar, hingga wanita itu hampir saja terjengkang ke belakang. Beruntung gadis itu masih bisa menahan keseimbangan tubuhnya.
"Aku hanya ingin membantumu membuka sepatu. Kamu sepertinya kelelahan karena naik ke tempat tidur tanpa membuka sepatu," Jawab Alea gugup.
"Jangan pernah menyentuh tubuhku. Kau hanya gadis binal yang sama sekali tidak pantas hanya untuk berada di dekatku, apalagi menyentuhku," Ucapnya dengan tajam.
Kata-kata Ravka seolah sembilu yang tepat mengenai jantung Alea. Seburuk itulan citra dirinya di mata suaminya? Hanya seorang perempuan binal. Ia terdiam mematung di tempatnya berdiri dengan air mata yang mulai menggenang di pelupuk mata.
"Tidak usah berpura-pura menangis dihadapanku. Aku tidak akan percaya dengan akting mu itu. Katakan sesungguhnya, apa tujuanmu mengacaukan hidupku?" Ravka beranjak berdiri dari kasur. Menatap gadis di hadapannya seolah hendak mengulitinya.
" Aku sama sekali tidak mengerti maksudmu," Ucap Alea terbata.
"Tidak mengerti ha? Kau sengaja menjebakku agar bisa menikah denganku. Dan kau berharap aku percaya kau tidak punya maksud apapun?" Ravka berjalan mendekati Alea. Meraih rahang wanita itu dan mencengkramnya dengan erat.
Bau minuman keras menyeruak dari mulut suaminya, mengahntarkan bau menusuk hidung Alea hingga wanita itu mengernyit tidak tahan dengan bau yang menyengat itu.
"Aku tidak akan membiarkanmu dengan mudah mencapai tujuanmu. Kau tidak akan pernah bisa memanfaatkanku untuk meraih apapun yang kau rencanakan melalui pernikahan ini," Lanjut Ravka. Dia melepaskan genggaman rahang Alea sembari mendorong wanita itu kasar hingga menyentuh pinggiran dipan.
Alea bertahan pada pinggiran dipan supaya tidak terjatuh. Mendaratkan bokongnya di atas kasur dengan kedua tangan mencengkram sprei, menyalurkan rasa takut yang mendebarkan jantung.
"Aku sama sekali tidak mempunyai rencana apapun. Aku bersumpah," Ucap Alea dengan air mata yang mulai menderas di kedua pipinya.
"Jangan kau kira aku sebodoh itu. Percaya begitu saja dengan mulut wanita binal sepertimu," Hardik Ravka sembari mendekat ke Alea.
Gadis itu semakin ketakutan. Ia memundurkan tubuhnya hingga menyentuh kepala dipan. Ia tidak dapat memprediksi apa yang akan dilakukan suaminya. Saat ini kesadaran pria itu sudah di ambil alih minuman keras yang ditenggaknya.
"Demi Allah aku sama sekali tidak pernah menjebakmu. Aku disini juga sama sepertimu. Aku juga korban jebakan," Ucap Alea.
"Jangan pernah membawa-bawa nama Tuhan untuk apa yang telah kau lakukan," Teriak Ravka marah.
"Aku tidak tahu bagaimana meyakinkanmu untuk percaya kepada ku. Tapi aku benar-benar tidak tahu siapa yang sudah melakukan ini semua kepada kita. Ku mohon percayalah,"
"Kau pasti merasa senangkan bisa menjadi bagian dari keluarga Dinata yang terpandang?!" Ucap Ravka tidak memperdulikan apa yang Alea ungkapkan.
"Kamu bisa menceraikanku untuk membuktikan kalau aku juga sama sepertimu. Sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini," Ungkap Alea sarat permohonan.
Rahang Ravka mengeras seketika dengan tangan yang terkepal erat. Pria itu mendekati Alea hingga menghimpitnya. Mendelik tajam menembus ke dalam retina gadis itu hingga menghadirkan remang ketakutan di sekujur tubuh Alea.
"Jangan harap aku akan menceraikanmu dengan mudah. Aku akan membuatmu merasakan penderitaan yang teramat sangat karena menjeratku dalam pernikahan brengsek ini," Kemarahan berkelabat di sorot mata Ravka, menghujam tepat ke manik mata gadis berparas ayu yang meringkuk ketakutan di atas ranjang pengantinnya.
"Aku tidak akan pernah membiarkanmu meraih kebebasanmu sejak hari ini. Aku akan mengikatmu dalam ikatan ini seumur hidupmu hingga kau memohon-mohon padaku agar bersedia melepaskanmu," Ucap Ravka dengan penekanan di setiap katanya.
Pria itu kemudian meninggalkan Alea sendiri masih meringkuk di ujung dipannya. Menangis dalam diam, meratapi takdir yang menjeratnya.
Bruk!! Suara bantingan pintu membuat air mata di pipi Alea semakin menderas.
"Kalau memang kamu akan terus menjeratku dalam pernikahan ini, maka aku akan membuatmu mencintaiku," Lirih Alea dalam tangisnya.
Gadis itu membulatkan tekad dalam dirinya. Kalau memang dia tidak bisa lepas dari jeratan takdir yang membelenggunya, maka ia akan menjalaninya dan membuatnya berjalan sebagaimana mestinya.
Dia hanya mempunyai dua pilihan, melepaskan pernikahan ini dan terbang bebas meraih mimpi-mimpi yang sudah lama ia bangun di dalam benaknya. Atau menjalani pernikahan ini sebagaimana mestinya dan mempertahankannya dengan segala daya upaya yang dimilikinya.
Ucapan Ravka membuat Alea terpaksa mengambil pilihan kedua dan bertekad untuk bisa membuktikan bahwa dia bukanlah wanita binal seperti yang dituduhkan oleh suaminya.
sebenarnya kata2 yg diucapkan ravka yg seperti ini sudah jatuh talak satu loh thor iya ngak sih kalau dlm agama? karna dia mengatakan melepaskan?
mana udah dibelikan kalung milyaran sm ravka
alex sm ravka bisa di bodoin uler