Erina yang masih belum bisa melupakan Bima, memutuskan untuk liburan ke kota romantis di Negaranya. Tidak disangka di kota itulah awal pertemuan Erina dengan Arga.
Karena masalah ekonomi keluarga, Erina hampir menikah dengan duda kejam yang tak lain adalah seorang rentenir.
Pertemuannya kembali dengan Arga telah membuat hidup Erina berubah drastis. Arga tidak hanya menolong keluarganya tapi juga mengajak Erina menikah.
Dengan tujuan balas budi, akhirnya dengan terpaksa Erina menyetujui untuk menikah dengan Arga.
Bagaimana nasib pernikahan mereka? Bertahankah atau hanya seumur jagung? Penasaran, yuk ikuti cerita selengkapnya.
Ig : nafasal8
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafasal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Adaptasi
Mentari perlahan menampakkan sinarnya, sinar yang mulai menghangatkan Bumi dan seisinya. Erina tampak masih terlelap dalam buaian mimpinya. Tuan Arga yang bangun terlebih dahulu, kaget dengan wajah yang belum terbiasa dilihat saat bangun tidur.
Wajah itu sungguh polos dan manis, Tuan Arga memandang Erina. Menyentuh lembut pipi dan menyibakkan rambut yang menghalangi pandangannya.
Dia sangat manis saat tidur.
gumam Arga dalam hati.
Tanpa disadarinya dia mengecup kening Erina. Takut dia akan berbuat lebih jauh lagi, Tuan Arga beranjak dan pergi ke kamar mandi.
"Kenapa rasanya jantungku mau copot, aku bisa kehilangan akal sehatku kalau melihatnya tidur seperti itu. Kenapa terlihat dia sangat manis**!" ucapnya lirih
Tuan Arga memukul-mukul dadanya, perasaan campur aduk berkecamuk di dadanya. Belum pernah dia merasakan hal seperti ini sebelumnya.
Erina menggeliat, duduk dan melihat sekitar. Tuan Arga sudah duduk manis di sofa dengan koran di tangannya.
Aduh, kenapa aku telat bangun sih. Ini kan hari pertama ku di rumah ini. Lebih tepatnya si menjadi istri pelengkap Tuan Arga.
gumam Erina dalam hati.
Erina memandang Tuan Arga dan segera berhambur ke kamar mandi.
"Sudah bangun?" tanya Tuan Arga tanpa menoleh kepadanya dan tetap fokus membaca koran ditangannya.
"Iya Tuan, maaf saya bangun terlambat. Saya akan mandi dan menyiapkan sarapan untuk Tuan." Erina melangkah ke kamar mandi.
Erina telah selesai mandi dan berdandan seadanya.
"Tuan mau sarapan apa? " tanya Erina berdiri di samping Tuan Arga.
"Kamu tidak usah capek-capek menyiapkan makanan. Bibi Mar sudah menyiapkan segalanya."
Bibi Mar, siapa dia?
gumamnya dalam hati.
" Begitu ya Tuan, kalau begitu saya akan keluar membantu bibi Mar Tuan." Tanpa bertanya siapa itu bibi Mar. Erina berpamitan dan segera keluar menuju dapur.
Erina melihat seorang wanita yang umurnya sekitar 45 tahunan sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk ddirinya dan Tuan Arga. Erina menghampiri bibi Mar.
"Selamat pagi bibi, saya Erina. " Erina memperkenalkan dirinya kepada bibi Mar.
"Eh, selamat pagi nona Erina. Saya Marti nona. Tuan biasanya memanggil saya bibi Mar. " ucap bibi Mar mengenalkan diri.
"Bibi Mar, saya bantu ya. " Erina mengambil bawang lalu mengiris tipis-tipis.
"Eh, tidak usah non. nona istirahat saja, Tuan bisa marah kalau nona sampai bekerja di dapur. " kata bibi Mar sambil meraih bawang dan pisau dari tangan Erina dengan pelan.
Memang Tuan Arga orang yang suka marah-marah gak jelas sih, tapi apa bantu masak aja gak boleh??
Erina sedikit manyun. Ya, walaupun statusnya istri Tuan Muda. Tapi itu kan hanya status yang tak berarti apa-apa untuk Tuan Arga.
"Nona bisa menemani Tuan Arga saja ya, pasti sangat senang. secara anda dan Tuan Muda kan baru menikah, jadi mungkin perlu banyak waktu untuk berduaan. " goda bibi Mar pada Erina.
"haha, apaan si bibi ini. " Erina tampak malu dan pergi meninggalkan bibi Mar.
Erina memilih untuk duduk santai di taman depan rumah. Udara masih terasa sejuk di taman. Erina mengambil gembor kecil yang berada di sudut taman. menyiramkan air dengan suka cita.
Erina berhenti menyiram tanaman ketika bibi Mar menghampirinya, bahwa sarapan sudah siap. Dia segera menuju kamar untuk memanggil Tuan Muda.
***
Sarapan roti di isi dengan daging dan sayuran di dalamnya. Erina sangat menikmati hidangan yang di siap kan bibi Mar.
"Tuan, apa saya boleh bekerja besok? karna hari ini kan hari minggu, jadi besok saya ingin bekerja seperti biasa yang saya lakukan " Erina mencoba memulai pembicaraan.
Tuan Arga diam tak menjawab pertanyaan Erina, melihat bibi Mar sudah berlalu pergi ke dapur. Tuan Arga melotot kepada Erina.
Ada apa dengannya, kenapa dia melototiku seperti itu. sepertinya aku tak melakukan kesalahan apa-apakan.
Erina tampak bingung dengan situasi ini. Dia memilih diam dan tak bertanya lagi. Takut salah bicara.
Setelah sarapan Erina membantu bibi Mar membereskan piring di meja makan.
"sudah nona, biar saya saja. " bibi Mar melarang Erina lagi.
"tidak apa-apa bibi, bibi Mar sudah sarapan? " tanya Erina sambil membawa piring kotor ke dapur.
"Habis ini nona, saya akan menyelesaikan urusan dapur dulu lalu saya akan sarapan. " jawab bibi Mar.
"Lho jangan bi, harusnya bibi sarapan dulu. " Erina memandang bibi Mar dengan simpati.
"tidak apa-apa nona, saya sudah terbiasa. " bibi Mar tersenyum kepada Erina.
Tuan Arga sudah berdiri di belakang Erina.
"ada yang ingin aku bicarakan padamu!! " Arga membalikkan tubuh seolah mengisyaratkan pada Erina untuk ikuti aku.
Erina bergegas mengikuti langkah Tuan Arga.
Erina menundukkan kepalanya dan brukk...Erina menabrak tubuh Tuan Arga.
"Apa yang kamu lakukan? " teriak Tuan Arga
"taaa.. tadi kan Tuan bilang ingin bicara denganku. " seolah bingung sendiri dengan tingkah Tuan Arga yang gak jelas.
"lalu kenapa kamu di belakangku? " masih dengan nada berteriak.
"Saya hanya mengikuti yang Tuan perintahkan. " jawab Erina lirih.
Erina mengikuti Tuan Arga duduk di sofa kamar.
"Kamu tahu kan status kita sekarang suami istri? " Tuan Arga memulai pembicaraan.
"Iya Tuan. " Erina menganggukkan kepala
"Asal kau tau sekarang kita tidak sedang kawin kontrak ya, sebelumnya aku juga tidak menyuruhmu tanda tangan kontrak kan? " Tuan Arga terus mencerca pertanyaan
Dia lagi ngomong apa si, bahkan aku tak tahu arah pembicaraan nya. Erina
" Maaf saya tidak mengerti apa maksud Tuan. " Erina bertanya polos
cih
"Kau tetap saja gadis lugu yang bodoh ya, sepertinya kau perlu ambil les tentang mengerti bahasa orang lain ya!! " Tuan Arga mengernyitkan alisnya.
Apaan si ni orang, mulai deh anehnya. Dia selalu membuat istilah-istilah yang sangat aneh dan sulit dipahami orang lain.
"Iya, Tuan saya akan mengambil les tentang mengerti bahasa orang lain. " Erina reflek menutup mulutnya.
Kenapa aku mengucapkan kata-kata aneh ini juga sih. Erina mengutuk dirinya sendiri.. haha
Perasaan Tuan Arga sangat senang menggoda Erina. Dia sangat polos, begitu pikir Tuan Arga.
"Mulai hari ini berhenti untuk memanggilku Tuan. " perintah Tuan Arga
Trus aku harus panggil apa?? Arga, orang aneh. Wah, senang sekali jika aku bisa memanggil seperti itu.
Erina tertawa dalam hatinya.
"Lalu, saya harus panggil Tuan apa??" tanya Erina.
"Hmm, sebentar. " telunjuknya mengetuk-ketuk bibirnya seolah berpikir keras tentang panggilan apa yang pantas untuk dirinya.
"Honey." Tuan Arga mengatakannya penuh semangat dengan wajah yang ceria.
Haaahh, yang benar saja?? Kenapa aku merasa geli ya. Erina
"Harus panggil seperti itu ya Tuan? " wajah Erina tampak tak percaya dengan yang barusan dia dengar dan mengisyaratkan mungkin ada pilihan lain Tuan.
"Itu terlihat manis bukan, kau bisa memanggilku hon.. honey. " sekali lagi Tuan Arga mempraktekkan cara memanggilnya dengan wajah yang sangat ceria. "Aku pun akan memanggilmu dengan panggilan yang sama. honey. " Tuan Arga tersenyum lebar.
"Baiklah jika itu yang terbaik menurut Tuan. " Erina pasrah. Tuan Arga melotot ke Erina.
Erina tersadar. "Baaaaiikk honey. " Erina merinding mendengar suaranya sendiri.
"Kamu memang penurut my honey bunny. " hahaha Tuan Arga tertawa penuh kemenangan.
"untuk kedepannya aku tidak akan mengijikanmu bekerja. " jelas Tuan Arga
Apaaa, tadi dia bilang sendiri bahwa tidak akan ada aturan untukku. Lalu sekarang kenapa dia melarangku bekerja. Ah, jahat sekali dia.
"Kenapa memangnya tu.. eh, hon.. honey. " Erina memukul bibirnya yang sempat salah ucap.
"Tujuan kamu bekerja adalah untuk mendapatkan uang bukan, aku akan memberikanmu ini. " menyodorkan kartu kredit. "Tidak ada limit, kamu bebas belanja yang kamu suka dan kamu inginkan. tapi aku harap kamu bisa menggunakan kartu itu dengan bijak. "
"Bukan begitu hoon. " Erina menahan suaranya. "Aku kan perlu bersosialisasi, perlu teman. " Erina menunduk sedih.
"Kamu tak perlu semua itu!! Apa kamu yakin setelah temanmu tahu kamu menikah dengan siapa. kamu akan mendapat kan teman yang tulus? " Tuan Arga menatap Erina.
Iya juga sih, bagaimana reaksi teman-teman kerjaku setelah tau aku menikah dengan orang kaya ini. aahh, tapi aku kan tidak ingin hanya mengurung diri sepanjang hari di rumah.
"Baiklah, tapi saya harap anda tidak melarang saya untuk berteman dengan orang lain. " pinta Erina.
"Baiklah, asal kamu tahu batasnya. " Tuan Arga mengiyakan permintaan terakhir Erina.
"Terimakasih honey. " Erina memegang tangan Tuan Arga saking bahagianya.
Ada perasaan aneh menyelimuti hati Erina. Tuan Arga tampak mengalihkan pandangannya. Dadanya kembali berdegup kencang.
"Aku mau ke kamar mandi. " Tuan Arga berdiri melangkah ke kamar mandi.
Oh, kenapa denganku...
Tuan Arga memukul dadanya.
Seharian mereka habiskan waktu dirumah, ada rasa canggung setelah kejadian itu.
Tapi Tuan Arga mencoba untuk bersikap biasa.
Bersambung