NovelToon NovelToon
SUATU HARI NANTI

SUATU HARI NANTI

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Patahhati
Popularitas:89.6k
Nilai: 5
Nama Author: Neng Neng

Suatu hari nanti, anganmu akan menjadi nyata, mimpimu akan terwujud, dan do’amu akan terkabul.

Liliana Pramesti, seorang gadis yatim piatu yang hidup dalam sebuah kemiskinan, menjadi tulang punggung bagi adik semata wayangnya yang menderita penyakit down syndrom, tentu saja adalah hal sulit baginya.

Namun, kerasnya hidup, tidak lantas menyurutkan keyakinan dan perjuangannya untuk tetap bertahan.

Hingga ... suatu hari, dia terpaksa harus menikah dengan cinta pertamanya sedari kecil, semenjak itu, dunianya berubah, jungkir balik, kedamaiannya terenggut begitu saja.

“Bang Ilham itu, seperti batu, dan aku seperti air, batu dan air bisa hidup berdampingan, meski batu memang memiliki karakter yang keras, dan air memiliki karakter yang lembut, namun tidak tersentuh. Tapi suatu hari nanti ... air mampu menghancurkan batu”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neng Neng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apa Ku Tinggalkan Saja???

Tangisku kian luruh, saat aku berada di hadapan makam Kak Maman, gundukan tanah merah itu masih sangat basah, saat satu persatu orang yang mengantarkan jenazah Kak Maman mulai pulang, tapi aku masih bersimpuh di tempat ini.

Aku bersimpuh di antara makam orang-orang yang paling kucintai, Bapak, Ibu, dan Kak Maman, kadang fikiranku sering melayang dan memikirkan sesuatu,

‘Apa mereka semua sekarang sedang berkumpul bersama? Ah, ini tidak adil, kenapa mereka tidak mengajakku juga? Apa yang harus kulakukan sekarang? Hidup tanpa Orangtua dan saudara?’.

“Lia ... ” tiba-tiba ada tangan menjalar, menyentuh pundakku lembut, aku mengerjap, lalu menoleh kearah sumber suara.

“Bu Fatimah?” Aku mengerutkan kening, ternyata Bu Fatimah belum pulang, dan masih menungguiku.

“Lia, ayo pulang, hari sudah semakin sore, lagi pula sekarang gerimis” Bu Fatimah menatap langit, lalu merentangkan tangan kanannya, merasakan gerimis yang turun membasahi gundukan tanah merah itu.

“Lia mau disni aja Bu” jawabku, kembali bersimpuh, lalu menangis terisak. Merasakan setiap luka yang menggores hatiku.

“Lia, jangan begini, kamu masih punya Irfan, adikmu juga butuh dirimu Lia” Bu Fatimah mengusap bahuku lembut, kemudian ikut berjongkok.

“Kenapa semua ini harus terjadi pada Lia Bu??” Aku bertanya dalam isakanku, bukan bertanya pada Bu Fatimah, tapi bertanya pada diriku sendiri.

“Lia, jangan bicara seperti itu, tidak baik, anggap saja ini adalah kasih sayang Allah untuk Lia, Lia manusia yang hebat, karena mampu melewati semua ujian berat ini” Bu Fatimah ikut terisak.

Aku berhenti terisak, kemudian menatap bu Fatimah dalam, perempuan ini kenapa baik sekali padaku? Ingin sekali rasanya aku bertanya tentang kenyataan ini dari dulu.

“Ibu, kenapa Bu Fatimah sangat baik sekali pada Lia??” tanyaku akhirnya.

“Karena hidupku dulu jauh lebih sulit dari Lia” jawab Bu Fatimah, seulas senyum getir terpampang di wajahnya.

“Maksudnya??” tanyaku bingung.

“Ayo kita pulang, suatu hari nanti Lia akan tahu jawaban atas pertanyaan Lia” jawabnya, berdiri, kemudian merengkuh tubuhku, dan membantuku berdiri.

Aku menurut, aku berdiri, kemudian mengikuti langkah Bu Fatimah, mencoba menerjang gerimis yang lambat laun menjadi hujan. Aku terengah-engah setelah tiba di pinggir jalan, menuju mobil Bu Fatimah.

“Bu, Lia jalan kaki saja” aku berhenti, mencoba menarik tanganku dari genggaman Bu Fatimah.

“Jangan Lia, ayo kita pulang bersama,“ Bu Fatimah masih menuntun tanganku, lalu membimbingku masuk kedalam mobilnya.

Lagi-lagi aku menurut, aku masuk kedalam mobil.

Deg!

Bang Ilham ternyata sudah ada didalam mobil, duduk di kursi depan, di depan setir mobilnya, dengan pandangan mata tertuju pada arah depan mobil.

Aku tidak bicara, hanya sekilas menatapnya, diapun demikian. Tapi, kenapa Bang Ilham tidak ikut ke pemakaman? Hatiku bertanya-tanya.

“Bang, antarkan dulu Lia kerumahnya ya” kata Bu Fatimah, tersenyum pada putranya.

“Iya Bu“ Bang Ilham tersenyum lalu mengangguk, dia tersenyum pada Ibunya bukan padaku.

“Lia, mulai sekarang, kalau ada apa-apa, atau Lia butuh sesuatu, Lia bisa langsung hubungi Ibu ya” pinta Bu Fatimah.

“Baik Bu, tapi tidak perlu repot-repot, Insya Allah Lia bisa Bu” jawabku, tersenyum, padahal hatiku sedang menangis.

“Jangan sungkan Lia, anggap saja Ibu ini adalah Ibumu sendiri ya” pintanya.

“Baik Bu” Aku memanggutkan kepala, tak ingin terlalu banyak berdebat dengan perempuan sebaik Bu Fatimah.

“Abang, hati-hati bawa mobilnya” Bu Fatimah memperingati putranya, hujan terus mengguyur, jalanan licin, aku menatap keluar jendela. Memperhatikan setiap pemandangan yang tersaji di luar sana, suasana terasa sangat sejuk. Indah.

Cceeekkkiiittt ... !!!

Tiba-tiba mobil di rem mendadak, dan berhenti di tepian, seketika aku terlonjak kaget, begitupun Bu Fatimah.

“Abang! Hati-hati, kamu kenapa?” tanya Bu Fatimah sambil mengurut dadanya.

‘Ini tempat kecelakaan Kak Maman kemarin, apa Kak Maman sedang berusaha mengingatkan aku pada kecelakaan kemarin?’ hatiku bergumam.

“Ma maaf Mamah, ini jalanannya licin banget” Bang Ilham meminta maaf kepada kami, yang masih sangat shock.

“Hati-hati Abang!” Bu Fatimah masih memperingatkan Putranya, saat di rasakan bang Ilham kembali mengemudi mobilnya.

Setengah jam kemudian, kami tiba di rumahku. Aku turun dari mobil dan berlari menuju rumah, setelah sebelumnya berpamitan pada Bu Fatimah.

Aku berjalan di dalam rumahku, semuanya terasa hening, segala bayangan buram kembali terngiang di fikiranku, ketika hujan tiba, biasanya Ibu akan dengan sigap mengangkat jemuran, Bapak heboh menggeser segala benda karena terkena air hujan dari genteng yang bocor, karena sudah tidak bisa di perbaiki, lalu Kak Maman akan kerepotan memangku Irfan yang malah asyik bermain air hujan. Sementara aku harus membantu Bapak mengambilkan baskom dari dapur.

“Hiks ...” Aku menangis, kenapa kerinduan ini terasa begitu mengganggu? Kenapa rasanya sakit sekali? Aku baru berusia tujuh belas tahun, tapi kenapa?? Tragedi ini menimpaku dengan beruntun?.

“Kak“ Irfan datang dari dalam kamar sambil menggisik matanya. Mungkin dia baru bangun tidur, setelah aku tinggal dari pemakaman tadi.

“Kak, bu, pak, na??” tanyanya.

Aku menggeleng, dengan air mata yang berderai, Irfan tidak mengerti apapun.

“Kak!!” Irfan menjambak rambutku, mungkin dia kesal karena aku tak menjawab pertanyaannya. Aku kembali menangis histeris, di antara kilat yang menyambar.

‘Ya Allah, kenapa kau tak menjemputku juga??’ hatiku terus berteriak.

Dua jam menyiksaku, akhirnya Irfan tertidur lagi, mungkin dia kelelahan.

Aku menatapnya, sambil mengusap kepalanya, sekarang hanya Irfan satu-satunya keluarga yang kumiliki.

Tapi Irfan sakit, aku tidak bisa selamanya menjaganya, aku harus sekolah, dan bekerja juga, untuk menopang hidup kami. Bagaimana ini? Apa aku tinggalkan saja Irfan?.

“Astagfirullah ...” kepalaku menggeleng,

“Tidak, aku harus menjaga Irfan apapun yang terjadi” Aku kembali menyeka air mataku yang terus turun tanpa bisa dicegah.

“Irfan, sekarang hanya tinggal kita berdua di dunia ini, Kakak mohon, bantu Kakak, kita harus bertahan Irfan“ lirih kuberkata, bukan berkata pada Irfan, tapi berkata pada diriku sendiri.

Sebagian orang pasti faham betul, seperti apa rasanya kehilangan, kehilangan orang-orang yang paling kita cintai, orang-orang yang paling kita sayangi, bukan hanya satu orang. Tapi tiga orang sekaligus, hanya dalam rentan waktu yang singkat. Ini kiamat bagiku. Aku harus berjuang sendirian. Aku harus membiayai hidupku sendiri, dan hidup Irfan. Irfan sakit, dia butuh banyak biaya untuk berobat, apalagi di tambah sifat nakalnya, yang sering merugikan banyak orang. Aku harus apa?.

Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku hanya anak sekolah.

Ya Allah, beri aku petunjukmu ...

Bersambung ...................

Next??

1
Ruzita Ismail
Luar biasa
Ai Oncom
luar biasa.. Bagus banget ceritanya..
Beauty JK
😘
elen situmorang
tetap semangat thor..senang dgn karyamu..suatu hari nanti..akan ada ribuan like untuk mu..jgn menyerah..teruslah buat cerita baru
elen situmorang
cerita bagus kog jempol dikit...
elen situmorang
jatuh cinta di kepalsuan cinta..aku mampir ya thor
Nani Desmiwati
keren
Mirfatin Khanani
dibodohi trs
Hersus
jgn ambil Lia Thor poko y Ending y harus happy jgn ky Mira ending y bikin nyesek 😭😭😭
Hersus
😭😭😭😭
Risfa
siapp teteh 🤗🤗
Kadek Bella: lanjut thoor
total 1 replies
sitiazzahra
di tunggu novel berikut nya
Yuna Rahma Azaria
makasih teh untuk cerita2nya...

jujur saya lbh suka cerita yg real life drpd yg haluu....


semua cerita teteh bagus2 kok. semangat terus ya teh....🥰🥰🥰🥰
Risfa
Makasih tetehh sudah buat cerita yang buat aku selalu terharu, nggak pernah berhenti mengucap syukur. Pelajaran hidup yang sangat berarti, lewat sosok perempuan muda bernama Lia. Ketegarannya, kesabarannya, keikhlasannya dalam mnjalani hidupnya yang sangat sangat tidak mudah, sampai tiba suatu hari Lia menerima, menikmati, hasil manis perjuangan hidupnya selama ini.

Sehat terus tetehku, terus lah berkarya. Love you 🤗🤗🤗
ᵇᵃˢᵉ™
wa'alaikumussalam warohmatullah wabarokatuh...
semangat berkarya Teteh, ttp sehat & bahagia, maafin para readers yg suka komplen ky netizen😌
tapi percayalah, aku menikmati cerita Lia yg bnyk bgt beri pelajaran bt kita. makasih Teteh🤗
ᵇᵃˢᵉ™ҽᏞíɳ
Waalikumussalam.... Terimakasih sudah memberikan cerita-cerita yang membuka mata hati kita, bahwa kita harus terus bersyukur atas segala nikmat yang Tuhan berikan.. Semoga Teteh, sehat terus. Dan terus menulis di manapun...
...
ᵇᵃˢᵉ™ҽᏞíɳ
kalau jodoh g akan kemana.. Yang penting iklas. Perbaiki diri. Allah akan memantaskan diri kita dengan jodoh kita..
Risfa
Tidaklah Allah mengambil sebuah nikmat, kecuali Allah akan siapkan pengganti yang lebih baik selama ia bersabar dalam mnghadapi musibah 🤗🤗🤗
Risfa
Mimpimu sudah terwujud Rudi, jadi Chef ternama dan bertemu dengan Lia.
ᵇᵃˢᵉ™سامي
bakal up judul baru kah teh 👀
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!