Diusianya yang relatif muda, Bunga. harus dihadapkan pada pernikahan dengan sang majikannya yang lumpuh, atas permintaan dari istri pertama nya Bella. yang lebih memilih sibuk dengan dirinya sendiri dan Dunia modeling yang selama ini dia gelutinya.
Arya CEO Tampan Itu hanya bisa pasrah, ketika diminta untuk menikahi Bunga. yang selama ini begitu tulus merawat dan memberikan kasih sayang pada putra satu-satunya Cecilio.
Seiring berjalannya waktu, akankah cinta tumbuh diantara mereka? setelah Arya sembuh. mampukah penyesalan Bella untuk kembali merebut cinta Arya yang dulunya begitu besar kini sudah hilang. tergantikan dengan sosok Bunga yang jauh lebih muda, cantik dan enerjik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ritasilvia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ulah Bella
Bunga meletakkan dengan hati-hati di hadapan Bella, namun dengan tingkah seolah-olah Bunga yang ceroboh, Bella dengan siasat nya sengaja menyenggol gelas berisi susu panas tersebut, hingga air dalam gelas itu tumpah dan pecah, percikan air susu panas itu mengenai tubuh indah Bella.
“Praccckk.”
“Aduh panas....panas....” Bella mengibaskan pakaian nya yang basah. berusaha menarik perhatian Arya.
“Makanya hati-hati jika kerja itu Bunga.” Ucap Bella tanpa ada rasa bersalah nya.
“Maaf...maaf mbak aku ngak sengaja.” Ucap Bunga menundukkan kepalanya, sambil berusaha untuk membantu mengeringkan pakaian Bella, namun tangannya langsung dikibaskan oleh Bella dengan kasar dan wajah ditekuk.
“Mas lihat ini kelakuan Bunga, pagi-pagi udah bikin mood ku jelek.” Merengek memasang wajah sedihnya.
Arya langsung mengambil tissue berusaha mengeringkan pakaian Bella yang basah. meskipun dia tahu jika Bunga tidak mungkin berbuat seperti itu. yang hanya akal-akalan Bella saja.
“Udah, aku berangkat kekantor dulu.” Ucap Arya bersiap.
“Ngak jadi sarapannya mas?” Bella berdiri hendak menghadang langkah Arya.
“Ngak, selera ku sudah hilang.” Arya melangkah pergi menuju mobilnya.
Bunga tertunduk dalam, dia merasa bersalah sekali tentang insiden pagi ini, sehingga suami tercinta nya. yang biasanya sarapan pagi dengan tenang, sekarang berubah jutek raut wajahnya.
“Bunga, semua ini gara-gara kamu, bisa ngak sih? untuk tidak ikut-ikutan menarik perhatian suami ku.” Ucap Bella melangkah angkuh meninggalkan Bunga yang wajahnya sudah mengalir deras air mata.
“Mama yang sabar ya.”
Suara bocah itu membuat Bunga bisa tersenyum getir, dia membawa Cecilio kedalam pelukannya.
“Sayang, Mama Kekamar dulu ya nak.” Bujuk Bunga.
“Iya ma.”
Sampai dikamar Bunga menumpahkan segala tangisan nya, air mata seakan-akan berlomba-lomba untuk berpacu deras turun membasahi wajah cantik nya.
Tiba-tiba ponsel Bunga berdering, membuyarkan isakan tangisnya.
“Suamiku.”
Nama yang tertera dilayar ponsel yang tengah menghubungi nya, deringan ketiga baru Bunga menggeser icon tombol berwarna hijau dilayar tersebut
“Assalamualakum, mas.” Jawab Bunga berusaha untuk bersuara senormal mungkin, dia tidak ingin Arya mengetahui jika dia habis menangis.
“Sayang, suaramu kok terdengar beda. Kamu menangis ya? Apa Bella berbuat macam-macam?” berbagai pertanyaan bermunculan dari mulut Arya. sehingga secara tidak langsung membuat Bunga tersenyum mendengar suara dan nada suara suaminya yang cemas.
“Ha..Ha...Mas, nanya itu satu-satu dong, jangan diborong semuanya.”
“Mumpung lagi diskon, jadi mending mas borong semua nya.” Gosa Arya ikutan tertawa, mendengar Bunga sudah terbawa juga.
“Mas maafkan Bunga ya, tadi Bunga benar-benar ngak sengaja. sehingga membuat mood mas jadi memburuk.” Bunga mengungkapkan penyesalan dan rrasa bersalahnya barusan.
“Sayang mas ngak marah sama kamu, mas tahu betul kronologis kejadian nya seperti apa. Cuma mas ngak suka saja, jika sedang dimeja makan terjadi permasalahan seperti itu. Sayang kamu yang sabar ya menghadapi sikap Bella.” Bujuk Arya.
“Iya mas,”
Bunga kembali bersemangat, setelah dihubungi oleh suaminya Arya, sehingga air mata yang semula terus membanjiri, sekarang sudah berhenti. Digantikan oleh senyuman yang merekah disudut bibirnya.
Dari balik pintu kamar Bunga, Bella mengepalkan tangannya emosi, dia mendengar semua percakapan Bunga, tawanya yang renyah, serta kata-kata mesra mereka berdua, Bunga yang begitu bahagia setelah mendapat telpon dari suaminya.
“Sekarang kamu boleh bahagia dulu Bunga, tapi aku tidak akan tinggal diam. Aku akan merebut kembali apa yang aku miliki dulu. Cinta dan kasih sayang mas Arya, suamiku.” Gumamnya sambil mengusap air mata berjalan menuju kamar nya sendiri dengan kesedihan yang mendalam, Bella mulai menuai apa yang sudah ditanam nya selama ini.
Setelah menutup panggilan nya, Bunga memilih berdiam diri dikamar, dia merasa risih jika kembali bertemu dengan Bella. mengingat tatapan mata Nyonya mudanya, yang tidak lagi bersahabat dan hangat seperti dulu lagi.
“My Yahoo....my ya hi..hi..,” terdengar nada panggilan masuk dari ponsel Bunga, yang semula memilih untuk mengabaikan panggilan itu. Karena mengira pasti sahabat Lala yang iseng ngajakin Bunga untuk jalan-jalan.
“Apa sih Lala?” Bunga bangkit dari tidurnya, dan menatap layar ponsel yang tertera nama suamiku, seketika senyum mengembang dibibir mungil Bunga.
“Tumben mas Arya telepon lagi, ada apa ya?” sambil mengangkat panggilan masuk.
“Hallo mas.” Jawab bunga lembut.
“Sayang hari ini dandan yang cantik dan rapi ya, karena aku bakal ngajakin kamu suatu tempat.”
“Kemana mas.” Bunga begitu antusias, karena sudah bosan juga dirumah terus semenjak Bella pulang kerumah.
“Pokoknya dandan yang rapi, o karena sebentar lagi mas sudah sampai dirumah.”
“Okey mas.”
Bunga mulai bersiap, dia mengunakan pakaian yang terlihat lebih sopan dan rapi. Polesan make up yang tipis terlihat menambah kecantikan natural yang terpancar dari wajah cantiknya.
Tidak lama pintu kamarnya diketuk dari luar, tok...tok... Bunga langsung tersenyum bahagia, karena mengira Arya sudah datang untuk menjemput nya.
“Itu pasti mas Arya?”
Bunga dengan cepat berjalan menuju pintu, Ceklek.... pintu kamar terbuka. namun bukan Arya yang berdiri disana, melainkan Bella dengan tatapan mata yang tajam. seakan-akan ingin menelanjangi tubuh Bunga seketika.
“Bunga mau kemana kamu? dengan dandanan seperti ondel-ondel kehujanan itu.” Ucap Bella seolah-olah mencemooh kan Bunga yang tidak bisa berdandan seperti dirinya.
“Bunga hari ini akan mengikuti tes masuk kuliah terfavorit di kota ini, kamu bisa ikut juga kan, menemani Bunga kesana.” Arya tiba-tiba muncul dan langsung menjawab pertanyan Bella.
“Kuliah, untuk apa sih mas. mending Bunga dirumah aja memani Mama Sinta atau bantu-bantu buat ngerjain tugas-tugas Cecilio.” Ucap Bella.
“Kenapa kamu berbicara seperti ini Bella, bukanlah ini yang kamu janjikan dulu untuk membujuk Bunga agar mau menikah dengan ku? lagian aku tidak pernah melarang mu selama ini. Bunga juga istriku dan dia masih butuh untuk melanjutkan pendidikan nya.” Terang Arya.
“Mas, bukan begitu maksudku. Aku pikir Bunga sudah nyaman dengan status nya sebagai Nyonya Arya yang kedua, sehingga dia tidak memikirkan lagi untuk melanjutkan kuliah nya.” Bella kembali melunak berusaha untuk mengambil hati Arya.
“Ya udah, aku antar Bunga dulu. Apa kamu mau ikut sekalian?” Arya mengajak Bella.
“Kayaknya, ngak deh. Mas.” Jawab Bella dengan senyum terpaksa nya.
“Ayo Bunga, kita berangkat dulu.” Arya menarik tangan Bunga.
“Mari mbak, kami pergi dulu.” Pamit Bunga yang tidak mendapatkan jawaban dari Bella.
Sepanjang jalan Bunga lebih banyak bercerita, dan bercanda. sesekali dia tertawa lepas duduk disamping Arya yang tengah mengemudi.
“Kelihatanya, istri cantik ku ini lagi senang.” Puji Arya.