Menjalin bahtera rumah tangga selama delapan tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi seorang Marisa dan juga Galvin.
Namun pernikahan yang dilandaskan perjodohan itu tak membuat hati Galvin luluh dan memandang sosok sang istri yang selalu sabar menunggu.
Adanya buah hati pun tak membuat hubungan mereka menghangat layaknya keluarga kecil yang lain.
Hingga suatu hari keputusan Marisa membuat Galvin gusar tak karuan.
Instagraam: @iraurah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendambakan
Di jam istirahat martin selaku asisten Galvin memberi pengumuman jika satu minggu dari sekarang akan di adakan pesta ulang tahun perusahaan.
Pesta akan di gelar di hotel mewah berbintang lima, semua pekerja wajib hadir di acara yang akan di adakan malam hari tersebut.
Semua orang yang berada di perusahaan berteriak gembira, karna biasanya di acara ulang tahun perusahaan diadakan sebuah hadiah untuk orang yang beruntung.
Hadiah tersebut bisa berubah uang tunai, liburan, dan bahkan barang otomotif seperti mobil yang dihasilkan oleh perusahaan mereka sendiri. Dan itulah kenapa pesta perayaan ulang tahun perusahaan adalah hari-hari yang paling di tunggu.
Yang berbeda di acara ulang tahun kali ini bukan hanya para karyawan atau petinggi petinggi saja yang bisa hadir, melaikan pegawai lain seperti cleaning servis, satpam, serta mahasiswa yang sedang magang di perusahaan Emerson Group pun boleh hadir nanti.
Suasana pun semakin ramai di buatnya, orang-orang berbisik-bisik membicarakan pesta seakan pesta tersebut akan di adakan esok hari.
Begitu pula dengan para pegawai berbaju biru, mereka begitu terkejut dengan pengumuman yang disampaikan oleh asisten Martin.
"Benarkah kita diperbolehkan datang di pesta ulang tahun perusahaan?" Kata office girl tak percaya.
Nirmala yang berada di samping temannya merasa bingung dan bertanya-tanya.
"Memangnya ada apa? Kenapa kalian begitu terkejut?" Tanya Nirmala.
"Asal kau tahu ya, sebelumnya hanya para karyawan dan para petinggi saja yang diperbolehkan mengikuti acara pesta ulang tahun, pegawai kecil seperti kita tidak pernah di undang. Tapi tahun ini entah kenapa tiba-tiba saja pegawai seperti kita justru wajib ikut serta dalam perayaan hari jadi perusahaan" Jelasnya panjang lebar.
Nirmala mendengarkan penjelasan rekannya dengan seksama, sebagai pegawai baru ia memang tidak mengetahui tentang hal ini. Tetapi ia sendiri juga cukup penasaran dibuatnya.
Apakah Tuan Galvin mengubah peraturan nya karna aku?
Lagipula benar kata Mila, peraturan tiba-tiba saja diubah di tahun ini.
Apakah Tuan Galvin ingin aku datang ke pesta sampai-sampai mengubah peraturan baru???
Pikiran-pikiran itu datang begitu saja di otak Nirmala, seulas senyum pun terukir di bibirnya.
"Kalau seperti ini aku harus membeli gaun untuk nanti, ah... Kalau saja pengumuman di umumkan lebih cepat aku sudah memesan gaun dari waktu itu" Protes Mila.
"Aku juga! Aku ingin berpenampilan berbeda di pesta. Aku harus berdandan cantik dan elegan seperti istri boss" Sahut yang lain.
"Jangan mimpi...!! Kau dan Nyonya Marisa itu jauhhhhhhhhhhh......... Berbeda!" Celetuk Mila.
"Ish... Biarkan saja, lagipula tidak ada yang melarang"
Seketika senyuman Nirmala luntur saat mendengar kata 'Marisa'
Entah kenapa sekarang ia tidak terlalu suka dengan keberadaan istri dari Galvin itu.
***
Sekitar pukul enam sore Marisa baru saja keluar dari kamar mandi, kebiasaan setiap hari Marisa yaitu mandi sore setelah selesai mengerjakan aktivitasnya.
Dengan rambut yang masih terurai basah dengan handuk yang hanya menutupi badannya saja Marisa keluar dari sana dan berjalan ke arah lemari untuk mengambil pakaian.
Baru saja ia mengambil setelan bajunya tiba-tiba saja pintu kamar terbuka dan menampakkan sosok lelaki di sana.
Keduanya sama-sama terkejut dengan apa yang mereka lihat.
Marisa terkejut karna Galvin datang di saat dirinya sedang dalam keadaan hanya memakai selembar handuk, sedangkan Galvin pun dibuat tertegun melihat Marisa yang menampakkan sebagian tubuh dihadapan nya.
Tidak biasanya Galvin pulang jam segini, biasanya pria itu akan pulang tengah malam bahkan dini hari, tetapi hari ini tanpa diduga Galvin sampai di rumah lebih awal.
Kedua saling mengalihkan pandangan, suasana yang biasanya memang selalu canggung kini ditambah dengan hawa yang mendadak panas.
Galvin masuk ke dalam kamar lalu menyimpan tas kerja miliknya, setelah itu barulah ia membuka dasi serta pakaian yang melekat di tubuhnya hingga menyisakan celana bahan yang masih melekat di kaki panjangnya.
Di sisi lain Marisa buru-buru mengambil pakaiannya, ia ingin segera ke kamar mandi untuk memakai baju dan terhindar dari situasi ini.
Tetapi saat ia berbalik tubuhnya justru bertubrukan dengan Galvin yang juga ingin mengambil pakaian di dalam lemari.
Brukkk.....!
Refleks Marisa memegang kedua bahu Galvin sedangkan Galvin menahan pinggang Marisa agar sang istri tidak terjatuh.
Tatapan mereka pun saling berada di titik yang sama, jarak mereka sangat dekat bahkan badan Galvin dan Marisa sudah menempel satu sama lain.
Degupan jantung sudah tidak bisa dikendalikan, aliran darah seakan berhenti dan membekukan keduanya.
Pasangan suami istri itu seolah terhipnotis dengan mahluk Tuhan depannya, tidak ada yang ingin melepaskan pelukan seakan lem perekat menempel diantara keduanya.
Pakaian yang Marisa bawa sudah jatuh berserakan ke atas lantai, si pemilik pun bahkan tak menyadari atau mungkin lupa akan tujuan utamanya.
Sentuhan yang sudah delapan tahun tidak pernah mereka rasakan kini terulang kembali, gelenyar-gelenyar aneh pun muncul dan menimbulkan gelora aneh.
Tatapan terkejut itu pelan-pelan berubah sayu tak kala hasrat mereka semakin merajalela, bibir merah Marisa seakan mendesak Galvin untuk melakukan sesuatu.
Tetapi Galvin masih belum bisa mengartikan raut wajah istrinya, apakah Marisa merasakan yang ia rasakan atau tidak? Sebab selama ini galvin tak pernah mengerti terhadap apapun yang berkaitan dengan wanita.
Brakkkk!!!
"PAPAHHHHHH..............!!"
Deg!
Suara teriakan Devano dari arah pintu kamar menggema nyaring ke seluruh penjuru kamar, membuat si pemilik ruangan tersentak kaget dengan posisi yang masih belum berubah.
Devano yang tadinya ingin menemui sang papah setelah mengetahui jika Galvin sudah pulang pun mendadak terdiam saat melihat situasi aneh dari kedua orang tuanya, tak lama sang pembantu berhasil menyusul Devano dengan nafas yang terengah-engah.
Sedetik kemudian matanya terbelalak kala melihat sang majikan yang sepertinya sedang mempersiapkan pertempuran hebat, ia pun lalu menarik lengan Devano untuk keluar dari sana.
"T-tuan Devano sebaiknya kita kembali ke kamar yuk, Tuan pasti lupa belum mengerjakan PR" Ajaknya.
Brakkkk!
Pintu pun tertutup kembali, dan saat itu lah Galvin dan Marisa tersadar akan apa yang terjadi.
Galvin langsung melepaskan pelukannya karna yakin Marisa tak akan nyaman berdekatan dengannya, tetapi Marisa justru menatap Galvin dengan sendu, jujur ia sudah berharap akan sentuhan sang suami. Tetapi Galvin seolah tak mau menyentuhnya.
"Maaf..... " Ujar Galvin.
Marisa tak menyahuti nya, ia kembali membawa pakaiannya yang jatuh dan langsung masuk ke kamar mandi.
Galvin hanya bisa menatap punggung Marisa yang sudah masuk kendalam sana, Galvin sudah bisa menebak jika Marisa memang tidak ingin berdekatan dengan dirinya.