Info novel 👉🏻 ig @syifa_sifana
Salah sambung hingga berakhir pacaran. Sepasang kekasih yang sudah siap menikah harus kandas karena sebuah kecelakaan.
Restu terlepas, seorang anak harus berbakti pada orangtuanya dengan menikahi wanita pilihan mereka.
Bertemu kembali dengan status berbeda, dengan harapan ingin kembali dengan cinta lama.
"Aku tidak ingin menikahi bekas orang!" kalimat penegasan keluar dari bibir seorang mantan.
Strategi meraih mantan tercinta hingga berujung pada sebuah pernikahan.
Perjuangan mendapatkan cinta kembali dari sang mantan hingga air mata menjadi saksi bisu.
Inilah kisah Terpaksa Menikahi Mantan yang penuh dengan tawa dan air mata.
Lanjutan novel ini 👉🏻 Sang Penakluk Playboy
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syifa Sifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketulusan Raka
Setelah istirahat beberapa saat dengan candaan mereka, akhirnya Raka kembali fokus.
"Sekarang kita kerjakan tugasnya" Raka mulai menghidupkan laptop Melisa.
Melisa kini kembali bersemangat untuk mengerjakan tugasnya. Ia membuka bukunya dan mulai menulis.
Raka membantu Melisa membuat makalah, sedangkan Melisa mengerjakan tugasnya yang lain.
Setelah selesai mengerjakan semua tugasnya, merekapun merasa sedikit lelah dan melentikkan jari-jari mereka.
"Capek juga ya" ucap Raka disela melentikkan jari-jarinya.
"Hmmm.. Ini baru kuliah di Jakarta, gimana kalau di LA ya?" tanya Melisa mulai memikirkan jika dirinya kuliah di luar negeri seperti Raka.
"Lebih susah lagi. Tapi tergantung kitanya juga, kalau kita berusaha dengan keras dan mencintai kuliah kita, insyaa Allah semuanya terasa mudah" jelas Raka dengan santai.
"Oh ya, usia Mas sekarang 25 dan katanya kemarin baru pulang dari LA. Mas ngambil jurusan apa disana sampai lama banget siapnya?" tanya Melisa bingung.
"Sayang pikir aku cuma lulusan S1 doang? Aku ini sudah magister. S1 aku ngambil di Bachelor of Science in Business Administration, dan magister di Master of Science in Range Management" jelas Raka menyungging bibirnya.
"Apa? Magister? Berarti Mas ini cumlaude dong disana?" Melisa mulai menghitung usia kelulusan Raka.
"Menurutmu?" tanya Raka menyungging bibirnya.
"Cumlaude" sahut Melisa dengan spontan.
Raka tersenyum sembari mengangkat alisnya sekilas.
"Ya Allah, aku gak nyangka Mas itu pintar banget" ucap Melisa kegirangan, karena ia paling suka dengan orang pintar, apalagi anak cowok, itu menjadi point tersendiri baginya.
"Senang ya dapat pacar tampan, tajir, baik hati, pintar lagi" ucap Raka tersenyun sumringah saat memuji dirinya sendiri.
"Iya. Playboy lagi, suka peluk anak orang, suka cium anak orang, pokonya paket komplit deh" sahut Melisa menambah lagi, ia sengaja meledek Raka.
"Jangan disebutin yang itu dong. Udah insyaf ni" ucap Raka melas.
"Hmm... Tapi aku juga heran, kenapa ya aku bisa menerima Mas sebagai pacar pertama aku? Pada aku tau Mas itu playboy tapi aku mau aja sama Mas" Melisa mulai memikirkan tentang dirinya.
"Pesona. Memang pesona aku kuat banget dan bisa menggoyahkan pendirianmu" jawab Raka dengan penuh percaya diri.
"Memang orang narsis gini ni, bawanya muji diri sendiri aja dari tadi" sahut Melisa menyela Raka.
"Ya sudah deh iya. Sekarang kita beres semua barang kita dan kita ke pergi jalan" ucap Raka dengan penuh semangat.
"Kita mau kemana?" tanya Melisa mengerngikan keningnya.
"Sudah sayang ikut aku saja" titah Raka dengan lembut, ia memang sengaja ingin memberi kejutan pada Melisa.
Melisa mendengus, dan ikut pergi bersama dengan Raka.
Melisa masih bingung dengan Raka, sebenarnya akan dibawa kemana dirinya oleh Raka. Ternyata Raka membawa Melisa ke wahana permainan.
"Kita kesini?" tanya Melisa mengernyit keningnya.
"Iya" Raka buru-buru turun dan membukakan pintu untuk Melisa.
"Untuk apa kita kesini?" tanya Melisa yang masih bingung.
"Ikut aku aja!" titah Raka dengan lembut dengan senyuman bahagianya.
Raka dan Melisa berjalan masuk ke dalam wahana permainan, ternyata Raka ingin mengajak Melisa untuk menikmati semua wahana permainan itu.
Raka dan Melisa menaiki semua wahana permainan disana, mulai dari bianglala sampai tornado. Mereka berdua benar-benar merasa sangat bahagia, seakan lelah dan stresnya Melisa dengan tugas kampusnya hilang dalam sekejap.
"Host..host..host.. Capek banget" Melisa ngos-ngosan setelah menaiki wahana permainan tornado.
"Mau naik lagi?" tanya Raka menatap Melisa.
"Gak mau. Bisa mati aku" keluh Melisa merasa jantungnya masih tidak karuan, juga kepalanya sedikit pusing.
Raka mengajak Melisa untuk duduk di kursi, setelah itu ia pergi untuk membeli es krim.
"Ini untukmu" Raka menyerahkan eskrim untuk Melisa sembari duduk.
"Thank you" ucap Melisa mengambilnya.
"Sama-sama" jawab Raka sambil membuka kemasan ice creamnya.
Saat makan ice cream Raka melirik jam di tangannya yang ternyata sudah masuk waktu shalat dzuhur.
"Sayang! Kita shalat yuk" ucap Raka menatap Melisa.
"Yuk!" Melisa beranjak bangun.
"Sayang! Di belakang bajumu" Raka memberi kode pada Melisa saat melihat baju Melisa ada bercak darahnya.
Melisa penasaran, ia pun menoleh untuk melihat baju.
"Astagfirullahal adzim" Melisa buru-buru duduk kembali.
"Datang bulan?" tanya Raka menatap Melisa yang sedang merogoh tasnya.
"Iya" ucap Melisa terus mencari pembalut dalam tasnya.
"Kenapa? Gak ketemu?" Raka tau bahwa Melisa sedang mencari pembalut.
"Yah aku lupa bawa lagi" gerutu Melisa dengan nada kesal.
"Tunggu disini biar aku belikan untukmu" Raka menyelesaikan pembicaraannya setelah itu ia beranjak pergi.
Melisa hanya melirik Raka, kemudian ia mencarinya lagi di dalam tas ransel miliknya itu. Ia berharap ada pembalut di dalamnya.
"Kok disini juga gak ada sih?" gerutu Melisa kesal.
Melisa meletakkan kembali tasnya dan duduk dengan tenang.
Raka melajukan mobil dengan cepat agar ia tidak membuat Melisa menunggu lama. Ia rencananya ingin pergi untuk membelikan pembalut, air mineral, celana dalam dan satu setel pakaian untuk Melisa.
Saat tiba di sebuah toko underwear khusus wanita, ia merasa kebingungan untuk maksud ke dalam, ia pun melihat ada seorang wanita yang sedang berdiri di dalam toko itu, ia pun memanggilnya.
"Mbak! Sini!" Raka melambaikan tangannya.
Wanita itu menoleh dan menghampiri Raka.
"Ada apa Mas?" tanya wanita itu dengan lembut.
"Mbak! Tolong belikan saya celana dalam, size nya sama dengan mbak. Ini uangnya" Raka mengeluarkan uangnya dan menyerahkan kepada wanita itu.
"Ini banyak banget Mas" ucap wanita itu ketika melihat Raka menyerahkan begitu banyak uang untuknya.
"Mbak beli aja celana dalamnya dan sisa uangnya untuk Mbak" sahut Raka sambil memasukkan kembali dompet ke dalam sakunya.
"Baik Mas" wanita itu masuk ke toko underwear wanita dan membelikan beberapa celana dalam pesanan Raka.
Setelah semuanya selesai, wanita itu pergi keluar dan menyerahkan paper bag yang berisi celana dalam kepada Raka.
"Terima kasih banyak mbak atas bantuannya" ucap Raka tersenyum saat menerima paper bagnya.
"Sama-sama Mas. Dan terima kasih juga atas uangnya" ucap wanita itu.
Raka tersenyum dan beranjak pergi. Kemudian ia pergi ke toko baju untuk membeli satu set baju untuk Melisa.
Setelah semuanya selesai ia belikan, ia pun kembali menemui Melisa.
Raka melihat Melisa sedang duduk sendirian dengan wajah melasnya membuat Raka mempercepat jalannya untuk menghampirinya.
"Sorry ya lama" ucap Raka menghampiri Melisa dengan paper bag di tangannya.
"Dari mana saja?" tanya Melisa menatap Raka.
"Habis belikan ini untukmu" Raka menyerahkan paper bag untuk Melisa.
"Apa ini?" tanya Melisa bingung.
"Sekarang sayang bangun dulu" titah Raka dengan lembut.
"Gak mau" Melisa menolaknya karena merasa malu.
"Disini gak ada orang, cepat bangun!" titah Raka.
Melisa pun bangun dari duduknya dengan menutupi pantatnya.
Raka tersenyum, ia pun mengambil selendang dari dalam paper bag dan hendak melilitkan pada pinggang Melisa.
"Eh!" pekik Melisa kaget.
"Jangan gerak!" Raka dengan telaten melilitkan selendang itu pada pinggang Melisa hingga menutup pantatnya itu.
Raka juga mengambil air dan membersihkan tempat duduknya itu, kemudian ia juga lap dengan tisu, bermaksud ketika orang lain duduk, najis itu tidak menempel pada baju orang lain.
Melisa masih bingung dengan sikap Raka yang begitu perhatian kepadanya.
"Itu semuanya sudah aku belikan tadi, dan sekarang kamu pakai di dalam toilet" ucap Raka penuh perhatian.
Melisa menganggukkan kepalanya dan berjalan bersama dengan Raka.
Sampai di toilet, Melisa langsung masuk ke toilet, sedangkan Raka menunggunya di luar.
Melisa membuka isi paper bag nya dan tersentak kaget saat melihat celana dalam warna pink.
"Apa? Celana dalam juga dibelinya? Dan warna pink lagi" batin Melisa dengan kedua matanya membelalak saat melihat celana dalam warna pink dan yang ukurannya sesuai dengannya.
"Ah.. Sebaiknya aku pakaikan dulu baru deh aku tanya sama dia" batin Melisa.
Setelah semuanya selesai, Melisa keluar dari kamar mandi dan kaget saat melihat Raka yang berdiri menunggunya di depan toilet.
"Mas tunggu aku dari tadi disini?" tanya Melisa menatap Raka dengan terharu.
"Iya. Gimana? Semuanya sudah selesai?" tanya Raka menoleh dan menatap Melisa.
"Masyaa Allah cantik banget" batin Raka saat melihat Melisa begitu cantik dengan baju yang ia belikan itu.
"Udah, yuk kita pergi" ucap Melisa.
"Yuk"
"Mas sudah shalat?" tanya Melisa melirik Raka sembari jalan.
"Belum"
"Kalau begitu kita sekarang ke masjid. Mas shalat saja di sana dan biar aku tunggu Mas di mobil" sahut Melisa.
"Ok"
Merekapun kembali masuk ke dalam mobil dan berjalan mencari masjid di daerah terdekat.
Sesampai di masjid Raka segera turun dari mobil dan pergi untuk melaksanakan shalat dzuhur, sedangkan Melisa menunggunya di dalam mobil.
"Aku masih gak kebayang gimana bisa di membelikan aku celana dalam?" batin Melisa dengan pipinya merah merona saat membayangkan Raka membeli celana dalam untuknya.
Saat Melisa sedang melamun memikirkan Raka yang membelikan celana dalam untuknya, tanpa ia sadari Raka sudah kembali masuk ke dalam mobilnya.
"Kita mau kemana lagi sayang?" tanya Raka sambil memasang seatbeltnya.
Melisa sama sekali tidak bergeming dan masih larut dalam lamunannya.
"Sayang!" Raka memanggil Melisa, tapi Melisa tidak bergeming dan malah senyum-senyum sendiri.
"Sayang!" ucap Raka mengejutkan Melisa.
"Celana dalam" ucap Melisa dengan spontan karena tersentak kaget.
"Celana dalam?" tanya Raka mengernyit keningnya.
Melisa menutup mulutnya dengan kedua tangannya, kemudian ia menggelengkan kepalanya.
"Sayang kenapa?" tanya Raka mencurigai.
"Gak ada" ucap Melisa berusaha tenang.
"Hmmm... Oh ya, gimana cdnya? Muat?" tanya Raka dengan santai sembari menjalankan mobilnya.
"Dia tanya sama aku? Apa jangan-jangan benar ya celana dalam pink ini pilihan dia?" batin Melisa mencurigai.
"Ini Mas yang pilih untuk aku?" tanya Melisa merasa malu.
"Kenapa? Apa ada yang salah? Karena aku gak tau selera kamu" ucap Raka dengan santai.
"Bukan itu. Tapi.. Anu... Aku gak nyangka Mas pilihkan cd pink untuk aku" lirih Melisa merasa malu.
"Warna pink? Hmm aku gak tau juga, karena tadi aku minta tolong sama mbak-mbak di toko underwear untuk memilih celana dalam untukmu, aku gak minta suruh beli warna pink, yang aku bilang size nya sama sama dia. Itu dong. Selebihnya itu urusan mbak itu. Lagian aku mana paham soal underwear wanita" sahut Raka dengan santai, ia benar-benar tidak kepikiran apa-apa, karena ia melakukan itu dengan ikhlas.
"Alhamdulillah, untung saja bukan dia yang milih cdnya. Kalau ia pun, duuhh.. Malu banget" batin Melisa merasa lega.
"Mas.. Terima kasih ya untuk semuanya. Aku gak tau kalau misalnya gak ada Mas" ucap Melisa tersenyum bahagia.
"Sama-sama sayang" ucap Raka.
"Sayang tau gak, tadi ada orang tanya sama aku gini Mas beli cd untuk istri Mas ya?" sambung Raka menggoda Melisa.
"Terus Mas jawab apa?" tanya Melisa penasaran.
"Iya mbak. Ini untuk istri aku" sahut Raka tersenyum sumringah.
"Mas bohong dosa loh" ucap Melisa berusaha menutupi rasa malunya.
"Loh kok bohong? Kamu itu calon istri aku loh" sahut Raka melirik Melisa.
"Tapi kan belum jadi istri" protes Melisa.
"Segera" ucap Raka menyungging bibirnya.
"Terserah deh" ucap Melisa mengalah.
"Oh ya Mas. Aku lapar" ucap Melisa mengelus perutnya.
"Kalau gitu kita cari makan" ucap Raka langsung mencari restoran.
Setelah menemukan restoran makan, merekapun turun dan memesan beberapa makan untuk mereka makan.
Banyak candaan saat mereka sedang makan sehingga banyak mengundang perhatian. Bukan karena mereka yang romantis, tetapi karena mereka saling menjahili satu sama lain.
Makan siang pun selesai, Raka mengajak Melisa untuk nonton di bioskop. Saat di bioskop ternyata Tommy juga mengajak pacar untuk nonton di bioskop, sehingga tanpa sengaja mereka bertemu disana.
"Bro! Lo ngapain kesini?" Tommy menghampiri Raka.
"Gue mau nonton sama pacar gue" ucap Raka sembari mengambil tiketnya.
"Wah pas banget, kita double date aja" sahut Tommy penuh semangat.
"Hmm.. Lo udah beli tiketnya?" tanya Raka menatap Tommy.
"Udah. Ini dia" Tommy menunjukkan tiketnya kepada Raka.
"Sepertinya kita duduk bersebelahan" sahut Raka saat melihat nomor pada tiketnya.
"Kan udah gue bilang, double date. Oh iya dimana pacar lo?" tanya Tommy sembari melirik keseluruh arah.
"Dia lagi beli snacks" jawab Raka dengan santai.
"Mas! Aku sudah belikan snacksnya" ucap Melisa menghampiri Raka.
Mata Tommy membelalak saat melihat Melisa yang cantik dan terbungkus dengan hijab, sungguh memancarkan aura yang lebih cantik dari wanita yang pernah dekat dengan Raka sebelumnya.
"Siapa dia Mas?" tanya Melisa penasaran dengan Tommy yang terus menatap dirinya.
"Tom! Ini pacar gue, Melisa" ucap Raka mengagetkan Tommy.
"Aku Tommy, sahabatnya Raka" sahut Tommy mengulurkan tangannya.
"Melisa" Melisa hanya menganggukkan kepalanya.
"Sayang" ucap Citra menghampiri Tommy dengan tangannya langsung mengalung lengan Tommy.
Tommy hanya menyungging bibirnya, ia merasa risih saat Melisa melihat kelakuan dirinya bersama pacarnya itu. Apalagi Citra yang berpakaian seksi, benar-benar jauh berbeda dengan Melisa.
"Mereka siapa sayang?" tanya Citra dengan manja.
"Ini Raka sahabat aku dan ini Melisa pacarnya" ucap Tommy dengan lembut.
"Hello, namaku Citra" ucap Citra dengan mengulurkan tangannya ke arah Raka.
"Melisa" Melisa langsung meraih tangan Citra, karena ia tidak ingin Raka khilaf dan malah berjabat tangan dengan wanita.
Raka tersenyum melihat tingkah pacarnya itu.
"Ok yuk kita masuk!" ucap Tommy menatap mereka semua.
"Sepertinya pacar lo cemburu" bisik Tommy cengengesan, kemudian beranjak pergi bersama dengan Citra.
"Cemburu ni ye!" ledek Raka dengan cengengesan.
"Bukan cemburu. Tapi aku takut aja Mas khilaf dan malah sentuh-sentuh dia" sahut Melisa menatap Raka, kemudian ia beranjak pergi.
Raka tersenyum dan beranjak pergi menyusul Melisa.
rasanya juga tdk puas kalo tdk ada karma utk keluarga raka