NovelToon NovelToon
Larasati & Pak Bupati

Larasati & Pak Bupati

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Perjodohan
Popularitas:18.3M
Nilai: 5
Nama Author: Mak Nyak

Ayu Larasati, seorang dokter spesialis kejiwaan yang lebih senang tidur di rumah sakit daripada harus pulang ke rumahnya. Ada sebab nya dia jarang pulang ke rumah. Apalagi jika bukan drama ibunya yang menginginkannya menikah dan segera memberikannya cucu.
Ibunya memaksa ingin menjodohkan dirinya dengan seorang laki-laki.
Duta Wicaksana, seorang bupati yang amat disegani di kota Magelang. Dia amat pintar mengelola kota nya sehingga kota nya bisa menjadi kota maju. Tapi sayangnya belum memiliki pendamping. Dirinya pasrah ketika akan dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang perempuan.
Mereka dipertemukan dalam ta'aruf. Mungkinkah cinta mereka akan bersemi?
Atau mungkinkah bunga cinta itu akan layu sebelum waktunya?
Mari kita simak perjalanan kisah cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mak Nyak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jalan-jalan

Duta, mamah Aini, Yuna, Kinan serta Laras sedang sarapan bersama. Mereka menikmati makanan yang dibawakan oleh Umi Saodah.

"Mmm, enak ya mah masakan umi nya Laras" ucap Yuna di tengah sarapan itu.

"Iya, pasti nanti Laras juga bisa masak seenak ini" jawab mamah Aini.

"Uhuk uhuk uhuk uhuk uhuk uhuk" Laras terbatuk-batuk mendengar pernyataan mamah Aini.

Duta memberikannya minum dan diterima oleh Laras. Laras meneguk nya hingga habis.

"Kenapa Ras?" tanya Yuna.

"Ehm, Laras sama sekali gak bisa masak kak. Bakat umi gak ada yang diturunin ke Laras. Malah cekcok iya"

"Hihihihi, nanti juga bisa masak sendiri. Masak mie bisa kan?" tanya mamah Aini.

"Bisa mah, yang simpel aja bisanya. Nyeplok telur, masak mie, apa lagi ya?"

"Bikin pecel lele dan bikin kopi bisa kan?" tanya Duta.

Laras menggeleng.

"Hahahah, ya sudah nanti mamah ajari masak" mamah Aini tak kuasa menahan tawa setelah tahu Laras benar-benar tidak bisa memasak.

Mereka melanjutkan sarapan mereka. Setelah selesai mereka bercerita di ruang keluarga. Laras menemani Kinan mewarnai. Duta memperhatikanya secara diam-diam. Yuna dan mamah Aini sedang melakukan video call dengan Agus, suami dari Yuna.

"Mas, Duta lagi ta'aruf sama seseorang. Dokter nya mamah!" ucap Yuna semangat.

"Oh ya? Terus Duta mau?"

"Nih ngomong sendiri sama orangnya. Ada calonnya juga nih" Yuna memberikan ponsel nya kepada Duta.

"Hai mas, kapan kesini?" tanya Duta kepada kakak nya itu.

"Sabtu ini, jemput mas di bandara ya. Dek bener kata kakak mu?"

"Iya"

"Mas mau lihat orangnya dong, yang mampu meluluhkan hati seorang Duta"

"Nanti aja pas ketemu"

"Hmmm, gitu ya? Ya sudah lah. Semoga berjodoh"

"Aamiin"

"Kasihkan lagi sama kakak kamu ponselnya, mas masih kangen sama dia"

"Nih nih, puas-puasin deh itu"

"Hahaha, jangan cemburu dong. Nanti juga kamu merasakan sendiri kangen itu gimana. Beraaaat" ucap Yuna menyahut ponselnya.

Laras hendak pamit.

"Mah, Laras pulang dulu ya" pamit nya kepada mamah Aini.

"Eh, jangan pulang. Duta, ini kan minggu, ajak Laras jalan sana" perintah mamah Aini kepada Duta.

"Hmm? Mau jalan Ay?"

"Sek sek sek, kamu manggil Laras apa tadi? Ay? Waaahhh, kependekan dari Ayang yaaa?" Mamah Aini menggoda Duta.

"Bukan mah, itu kependekan dari nama nya, Ayu, dipanggil Ay. Mamah ih. Gimana mau jalan?"

Laras mengangguk ragu.

"Abang ganti baju dulu"

"Ngapain ganti baju sih? Udah ganteng gitu kok" ucap mamah Aini.

"Masa pake kaos oblong?"

"Emang kenapa? Cakep kan ya Ras, anak mamah cakep kan?"

Laras hanya tersenyum nyengir.

"Ya sudah lah ayo" Duta meraih kunci mobil, dompet dan ponsel nya yang berada di nakas ruang keluarga itu.

"Laras pamit ya mah, jaga kesehatan mamah. Jangan sedih-sedih lagi. Kak, Laras pamit. Kinan sampai jumpaaa" Laras menyalami tangan mamah Aini dan Yuna. Dan mencium Kinan.

Duta juga melakukan hal yang sama kepada mamah nya. Mereka berjalan keluar rumah.

"Pakai mobil abang aja Ay"

"Terus mobil abi?"

"Biar diantar supir abang. Sinikan kuncinya. Masuk dulu ke dalam mobil" Duta membukakan pintu untuk Laras. Laras pun masuk ke dalam mobil.

"Makasih" ucap Laras tersenyum.

Duta berjalan ke arah gerbang dan memberikan kunci mobil abi pada seseorang. Mungkin itu supir Duta. Duta memberikan alamat rumah abi Laras. Dan setelah itu, dia kembali menuju mobilnya.

Duta sudah berada di kursi kemudi. "Kita mau jalan kemana Ay?"

"Hmm? Kok tanya aku?"

"Ya kan abang juga gak punya pandangan mau jalan kemana"

"Kemana aja lah, aku ngikut abang aja"

"Mau lihat abang kerja gak?"

Laras sedikit bingung dengan tawaran Duta. Dia menautkan alisnya.

"Maksudnya?"

"Abang sebenarnya hari ini mau lihat perkembangan proyek revitalisasi sungai. Kemarin belum tuntas mantau nya"

"Kenapa tadi gak bilang ke mamah sih kalau ada urusan?"

"Ya pasti kena marah kalau tahu hari minggu kerja Ay. Gimana? Kalau gak mau ya udah abang antar pulang deh"

"Ih, tau gitu pulang bawa mobil sendiri tadi" ucap Laras agak jengkel dengan Duta.

"Kamu marah sama abang Ay?"

"Gak!" jawab Laras dengan menekuk wajahnya.

"Kok galak? Ya sudah lah, kita jalan-jalan"

"Abang nyebelin! Kan aku gak enak ganggu kerja abang"

"Siapa yang bilang ganggu sih? Abang gak bilang kamu ganggu lho Ay. Abang cuma ngasih pilihan" ucap Duta ikut terpancing emosi.

Keduanya memilih diam. Dan sama-sama menghembuskan nafas. Mengatur emosi mereka masing-masing.

"Aku pulang sendiri aja deh bang. Abang kalau mau kerja silahkan" ucap Laras hendak membuka pintu mobil.

"Fix ini kamu lagi marah. Abang antar"

"Gak usah. Mending telpon supir abang aja suruh bawa balik mobil abi"

"Ikut abang ke proyek sebentar, terus nanti kita jalan. Pakai lagi sabuk pengaman kamu" ucap Duta dengan tenang mencoba tak terpancing emosi lagi.

Laras akhirnya luluh dan mau menuruti Duta. Mereka saling diam tak berbicara dalam mobil. Mobil melaju dengan kecepatan rendah membelah jalanan kota.

"Maafin abang ya, beginilah resiko jadi pemimpin Ay. Hari buat keluarga ikut dikorbankan demi kebahagiaan dan keaejahteraan warga nya. Hari libur pun harus kerja" Duta mencoba membuka percakapan dengan Laras.

"Kenapa minta maaf bang? Abang gak salah kok. Cuma, kalau memang gak bisa tadi harusnya ngomong gak bisa bang. Kan Laras juga gak mau ganggu waktu kerja abang. Terus nanti Laras ngapain? Cuma nunggu di dalam mobil? Kan gak enak bang disuruh nunggu"

"Abang gak bilang kamu ganggu Ay. Malah abang seneng kamu mau nemenin abang kerja. Kalau kamu mau turun ya turun aja. Biar warga juga tahu calon pendamping abang. Abang juga pengen kok jalan sama kamu. Biar kita bisa lebih dekat, Ehm"

Laras diam tak menjawab pernyataan Duta.

"Kok diem? omongan abang ada yang salah?"

"Hemm? Gak, gak ada yang salah kok. Abang jangan terlalu memforsir tenaga dan pikiran abang. Pikirkan juga tentang diri abang, kesehatan abang"

"Iya, makasih perhatiannya Ay. Nanti lihat proyek sebentar aja. Terus kita ke dusun semilir mau kan?"

"Iya, ngikut abang aja lah. Laras kasih kabar umi dulu kalau lagi jalan sama abang" Laras segera mengeluarkan ponselnya dan mengetik pesan untuk umi. Setelah selesai dia menyimpan ponselnya kembali ke dalam tas.

"Udah siap jadi ibu Bupati Ay?" tanya Duta langsung menjurus ke hati Laras.

Laras diam.

"Ay?"

"Apa?"

"Udah siap jadi ibu Bupati?"

"Abang, hari ini terlalu banyak godain Laras bang. Muka Laras merah padam lagi ini"

"Hahaha, lucu ih. Abang kan tanya udah siap belum? Kenapa malah malu sih?"

"Abang, ini pengalaman Laras yang pertama dekat dengan seorang lelaki. Wajar dong kalau Laras masih suka malu. Yang penting kan gak memalukan"

"Oh ya? Beruntung dong ya abang dapat kamu" Duta kembali melontarkan kata-kata yang sangat membuat hati Laras berbunga-bunga.

"Apaan sih? Fokus nyetir aja sih"

"Jadi?"

"Jadi apa?" tanya Laras.

"Udah siap jadi istri abang belum? Sepertinya abang udah mulai jatuh hati sama kamu. Kamu sendiri bagaimana?"

"Jalani saja dulu bang. Laras sedang mencoba mencari kejujuran dari rasa itu. Berdoa saja kita berjodoh" ucap Laras sambil menatap lurus kedepan.

Jawaban Laras agak membuat Duta kecewa. Tapi dia tak ambil pusing. Buat dia jatuh hati sama kamu Duta. Batin Duta dalam hati

.

.

.

Like

Vote

Komen

Tip

1
Julia Juliawati
mampir
budak jambi
enak y ngomong nybrama tu.coba dia yg di posisi mm aini apa rela jg dia kl duta yg meninhgal .dasr dak punya otak rama...coba dia alami kecelakaan dan yg meninggal ank ny gama apa bisa shila terima itu kecelakaan
budak jambi
otak dak di pakai kyk gitu la si arjun egois
Len's Sky
seruu..
Acha Askhatalah
Kecewa
Acha Askhatalah
Lumayan
Gina Savitri
Ngakak sih pas adegan ini 😂😂😂
Gina Savitri
Rena malu klo diledek laras punya hubungan sama mantan musuh
😂😂😂
Gina Savitri
Klo di jawa yg keluar terakhir sulung ya, jadi yg cowok sulung..
Gina Savitri
Sulungnya cewek malah cowok bontot
Gina Savitri
Emang kadang orang tua jadi penghancur rumah tangga anak sendiri gara2 omongan 🙄
Gina Savitri
Mau nyogok cuma 30rb 😂😂😂 buat makan 1 keluarga sehari aja kagak cukup apalagi buat beli suara selama 5tahun..wkwkwk
Gina Savitri
cie..cie..mas ari jodohnya dateng sendiri ke rumahnya tanpa harus di cari 😁
Gina Savitri
Mana ada sibuk sampai lupa sama acara 4 bulanan 🙃
Gina Savitri
Nina menghindar karna punya rasa sama dirga kayanya, bnr kata nina gak ada pertemanan antara perempuan dan laki2 pasti salah satunya ada yg suka lebih dulu atau sama2 suka 😁
Gina Savitri
Kirain arjun mantan nya dini 😂 ternyata ada 2 orang berbeda yg ngasih teror
Gina Savitri
Jangan2 arjun mantan pacarnya dini, masa bisa kenal dan tau klo abang duta dulu pacar dini..
Gina Savitri
Fix ini mah arjun pelakunya soalnya tadi dia bicara teror dlm hati las habis berantem sama rena, tapi gimana arjun bisa kenal almh dini 🤔
Gina Savitri
Paling juga rama kan yg nemuin fotonya di buang duta kayanya rama deh
Gina Savitri
Nah kan tabrakan lagi dirga sama nina, cocok klo yg ini mereka kan seagama 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!