"Apa gunanya uang 100 Miliar jika tidak bisa membeli kebahagiaan? Oh, tunggu... ternyata bisa."
Rian hanyalah pemuda yatim piatu yang kenyang makan nasi garam kehidupan. Dihina, dipecat, dan ditipu sudah jadi makanan sehari-hari. Hingga suatu malam, sebuah suara asing muncul di kepalanya.
[Sistem Kapitalis Bahagia Diaktifkan]
[Saldo Awal: Rp 100.000.000.000]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21: Lorong Gelap dan Jenderal Cyber
Kawasan Padat Penduduk, Jakarta Barat.
Pukul 14.00 WIB.
Mobil Alphard Rian harus parkir di pinggir jalan besar karena tidak mungkin masuk ke gang selebar satu meter itu.
"Kamu yakin dia ada di sini, May?" tanya Rian sambil melepas jas mahalnya dan melipat lengan kemeja. Ia tidak mau terlihat terlalu mencolok di lingkungan kumuh ini.
Maya mengangguk yakin. "Kenzo nggak pernah keluar dari sarangnya, Pak. Kecuali kalau internet mati."
Mereka berdua berjalan menyusuri gang sempit yang lembap. Di kanan kiri, jemuran pakaian menggantung rendah. Bau selokan dan masakan warga bercampur aduk. Pak Teguh mengikuti di belakang dengan waspada, matanya menyapu setiap sudut, tangan kanannya siap di balik jaket.
Akhirnya mereka berhenti di depan sebuah ruko tua dengan rolling door penuh grafiti. Plang warnet itu miring, lampunya kedip-kedip: "CYBER-Z NET: Game Online & Print 24 Jam".
Begitu pintu dibuka, hawa dingin AC bercampur bau rokok dan mie instan langsung menerpa wajah. Ruangan itu gelap, hanya diterangi cahaya biru dari puluhan monitor. Suara teriakan bocah-bocah yang main game Valorant dan Mobile Legends riuh rendah.
"Woy! Mid kosong! Goblok lo!"
"Paket malem, Bang!"
Maya berjalan lurus ke pojok ruangan, tempat yang paling gelap dan terpencil. Di sana, ada satu bilik khusus yang tertutup tirai hitam.
Maya menyibak tirai itu.
Di dalamnya, duduk seorang pemuda kurus dengan rambut gondrong acak-acakan yang diikat asal. Dia memakai hoodie kebesaran gambar anime, headset besar di leher, dan dikelilingi kaleng minuman energi yang sudah kosong.
Jari-jarinya menari di atas keyboard mekanikal dengan kecepatan yang tidak wajar. Tak-tak-tak-tak!
"Kenzo," panggil Maya.
Pemuda itu tidak menoleh. Matanya terpaku pada tiga monitor yang menampilkan baris-baris kode hijau (coding).
"Gue sibuk, May. Kalau mau minta benerin Instagram lupa password, tarifnya 500 ribu," jawab Kenzo tanpa melihat.
"Gue bawa bos gue. Kita mau nawarin kerjaan tetap," kata Maya.
"Nggak minat. Kerjaan kantoran bikin otak tumpul. Gue lebih suka jadi freelancer."
Rian maju selangkah. Ia mengaktifkan Mata Dewa.
[Target: Kenzo (23 th)]
[Keahlian: Hacking (S+), Cybersecurity (S), Coding (A+)]
[Status Mental: Bosan, Cynical, Butuh Tantangan]
[Riwayat: Pernah meretas server KPU iseng saat umur 17 tahun (tidak ketangkap).]
[Kelemahan: Minuman Energi & Hardware Canggih.]
S+?
Rian terbelalak. Ini level tertinggi yang pernah ia lihat. Bahkan Maya hanya S di Administrasi. Kenzo adalah monster di bidangnya.
"Gaji 20 juta. Plus PC spek dewa unlimited budget. Plus lo boleh kerja pake celana kolor, gue nggak peduli," tawar Rian to the point.
Jari Kenzo berhenti mengetik.
Dia memutar kursi gaming-nya pelan-pelan. Wajahnya pucat kurang matahari, dengan kantung mata hitam tebal. Dia menatap Rian dari atas ke bawah.
"20 juta? Receh," Kenzo mendengus. "Gue bisa dapet segitu semalem dari bobol situs judi slot."
"Kalau gitu, gimana kalau gue kasih lo mainan baru?" tantang Rian. "Gue lagi perang sama Rasa Nusantara Group. Gue butuh orang yang bisa bikin raksasa korporat itu nangis."
Mata Kenzo yang tadinya layu, mendadak berbinar. Ada kilatan gila di sana.
"Rasa Nusantara? Yang sistem keamanannya lapis tujuh itu? Menarik..."
Tiba-tiba, HP Maya berbunyi notifikasi bertubi-tubi.
Tring! Tring! Tring!
Maya mengecek HP-nya. Wajahnya langsung pucat.
"Pak Rian! Gawat!"
"Kenapa?"
Maya memutar layar HP-nya ke arah Rian. Di Twitter (X), sebuah tagar sedang naik drastis menjadi Trending Topic nomor 1 di Indonesia.
#BumbuBahagiaRACUN
#BoikotWarungBahagia
Di TikTok, muncul ribuan video serentak. Isinya orang-orang (akun anonim/bodong) yang mengaku sakit perut dan muntah darah setelah makan bumbu kemasan Rian. Ada juga video yang menunjukkan bumbu itu dibakar dan meleleh seperti plastik.
"Gila guys! Ternyata bumbunya pake lilin biar gurih! Pantesan murah! Jangan beli!"
Rudi menelepon Rian dengan panik. "Bos! Di kolom komentar toko online kita diserang bintang satu semua! Rating kita jatoh dari 5.0 jadi 2.3 dalam sepuluh menit! Banyak yang minta refund!"
Pak Haryo bergerak cepat. Serangannya mematikan. Ini pembunuhan karakter.
"Kenzo," panggil Rian tenang. "Bisa lo lacak siapa yang bikin ini?"
Kenzo menyeringai. Dia memutar kursinya kembali menghadap monitor.
"Maya, sambungin HP lo ke PC gue."
Maya menurut.
Kenzo mulai mengetik. Layar monitornya berubah menjadi hitam dengan teks berjalan super cepat.
"Hmm... Polanya rapi. Bukan netizen asli," gumam Kenzo, matanya bergerak liar mengikuti data. "Ini Bot Farm. Ribuan akun digerakkan satu server. IP-nya disamarkan lewat VPN Rusia... klasik."
"Bisa lo tembus?" tanya Rian.
"Beri gue 30 detik."
Tak-tak-tak-tak! ENTER!
Layar monitor berkedip merah, lalu berubah hijau. Sebuah peta lokasi muncul.
"Dapet. Server induk Bot Farm-nya ada di ruko daerah Cibubur. Dan... oho, yang bayar hosting-nya pakai kartu kredit atas nama... PT. Rasa Nusantara Digital."
Kenzo tertawa kecil. "Mereka ceroboh. Lupa hapus digital footprint pembayaran."
Rian tersenyum dingin. Bukti sudah di tangan.
"Bisa lo matiin bot-nya?"
"Matiin doang? Bosen amat," kata Kenzo sambil meretakkan jari-jarinya. "Gimana kalau gue balikin serangannya? Gue bisa bikin bot-bot itu malah mempromosikan produk lo, atau gue bisa bikin server mereka meledak (secara software)."
Rian menatap Kenzo.
"Lakukan yang menurut lo paling sakit buat mereka. Anggap aja tes masuk kerja."
Kenzo menyeringai lebar, menampilkan gigi gingsulnya.
"Oke, Bos Baru. Showtime."
Jari Kenzo menari lagi.
Di layar Twitter Maya, keajaiban terjadi.
Tagar #BumbuBahagiaRACUN tiba-tiba hilang.
Digantikan oleh tagar baru yang naik pesat:
#RasaNusantaraPANIK
#BumbuBahagiaEnakBanget
Dan ribuan akun bot yang tadinya menghujat, tiba-tiba memposting:
"Maaf guys, tadi akun gue dibajak. Bumbu Bahagia emang paling enak! Rasa Nusantara ketar-ketir ya?"
Di kantor Rasa Nusantara, Pak Haryo pasti sedang membanting HP-nya sekarang.
"Selesai," kata Kenzo santai, lalu menyeruput sisa minuman energinya. "Server bot mereka udah gue freeze. Gue juga titip 'hadiah' virus kecil di database mereka. Tiap kali mereka mau buka file Excel, komputernya bakal muter lagu 'Baby Shark' kenceng banget nggak bisa dimatiin."
Maya melongo. "Secepat itu?"
Rian tertawa puas.
"Kenzo, lo diterima. Mulai besok, lo pindah ke apartemen gue. Gue siapin satu kamar khusus jadi Command Center lo."
Kenzo berdiri, membereskan tas ranselnya yang kumal.
"Oke. Asal stok mie instan sama kopi aman, gue ikut lo sampai neraka."
[TING!]
[Anggota Baru Bergabung: Kenzo (The Cyber Wizard)]
[Formasi Tim Inti: LENGKAP]
[CEO: Rian]
[Ops: Rudi]
[Prod: Bu Ningsih]
[Sec: Pak Teguh]
[Admin: Maya]
[IT: Kenzo]
[BONUS FORMASI LENGKAP: Semua Statistik Tim Meningkat 20%]
Rian menatap tim kecilnya.
Serangan darat aman (Pak Teguh).
Serangan udara/digital aman (Kenzo).
Logistik dan Keuangan aman (Rudi & Maya).
Produk aman (Bu Ningsih).
"Ayo pulang," ajak Rian. "Kita rayakan kemenangan pertama ini. Pak Teguh, mampir beli Martabak paling mahal."
Di dalam kegelapan warnet, legenda baru dunia bisnis digital baru saja lahir.