NovelToon NovelToon
Ketika Aku Menemukanmu

Ketika Aku Menemukanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Wardani

Ini adalah kisah tentang seorang ibu yang terabaikan oleh anak - anak nya di usia senja hingga dia memutuskan untuk mengakhiri hidup nya.
" Jika anak - anak ku saja tidak menginginkan aku, untuk apa aku hidup ya Allah." Isak Fatma di dalam sujud nya.
Hingga kebahagiaan itu dia dapat kan dari seorang gadis yang menerima nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Membawanya Pulang

*****

Kanaya gelisah, melirik ke kanan dan ke kiri. Sudah lama tidak ada taksi yang muncul. Hatinya gelisah, merasa seperti waktu berjalan begitu lambat. Dengan langkah berat, ia memutuskan untuk berjalan mendekati ujung jalan.

Namun, tiba-tiba, serasa takdir bermain, di depan matanya terpampang sosok ibu-ibu yang sebelumnya ia lihat di taman.

Wanita itu berdiri di pinggir jalan, penuh dengan aura misterius yang menyelimuti udaranya.

Dengan yakin, Kanaya mendekati ibu itu.

" Ibuk lagi nunggu taksi ya?" Tanya Kanaya.

Fatma memperhatikan Kanaya dari atas sampai ke bawah. Dia sempat mundur satu langkah agar tidak terlalu dekat dengan Kanaya.

" Nggak papa, buk. Jangan takit. Saya bukan orang jahat kok." Ujar Kanaya tersenyum.

" Tadi saya lihat ibuk duduk di taman sendirian. Saya pikir ibuk sama keluarga ibuk. apa ibuk tersesat?"

Fatma mengangguk pelan dengan takut.

" Memang keluarga ibuk dimana?" Tanya Kanaya lagi.

Fatma hanya menggeleng.

" Gini aja buk, kalau ibuk nggak keberatan, saya bisa bantu antar ibuk pulang ke rumah ibuk. Ibuk tahu alamat nya kan?" Tawar Kanaya.

Fatma kembali mengangguk. Jujur saat ini Fatma sangat ketakutan. Seharian berada di jalanan membuat dia nyaris terbanting oleh ramai nya jalanan.

" Itu ada taksi. Sebentar buk."

Kanaya menghentikan taksi yang lewat. Lalu dengan hati - hati dia membantu Fatma duduk di dalam lalu menyusul duduk di sebelah Fatma dengan kaki yang semakin berdenyut nyeri.

Bahkan Fatma bisa melihat perban di kaki Kanaya yang berwarna merah.

" Keluarga ibuk tinggal dimana?" Tanya Kanaya saat taksi mereka mulai berjalan.

Fatma hampir kehilangan asa di tengah kota yang penuh kebisingan, namun tiba-tiba, sebuah tangan tak dikenal meraihnya, menariknya dari tepian keputusasaan.

Hatinya yang tadinya gulana, kini berdenyut penuh harapan berkat kebaikan hati orang yang tak disangka akan menolongnya di hari yang kelabu itu.

" Aku tidak mungkin pulang ke rumah. Aris dan Ariel pasti marah dan mengantar kan aku kembali ke panti jompo. Lalu untuk apa aku pulang? Anak - anak ku sendiri saja tidak mengharapkan keberadaan ku di rumah." Bathin Fatma.

" Ibuk... Ibuk tahu alamat rumah ibuk kan?" Tanya Kanaya lagi.

Fatma menggeleng pelan.

" Saya... Saya... Saya lupa. Lupa rumah nya dimana, Nak." Jawab Fatma lirih.

Kanaya tersenyum kecil.

" Ya sudah, buk. Nggak papa, buk. Untuk sementara ibuk ikut Naya saja ya. Nanti kalau ibuk sudah ingat alamat rumah ibuk, biar Naya antar ibuk pulang." Usul Kanaya menawarkan.

Fatma seolah mendapatkan angin segar saat Kanaya menawarkan jika Fatma bisa ikut pulang dengan nya. Setidak nya untuk malam ini Fatma memiliki tempat berteduh dari pada harus tidur di jalan.

" Terima kasih...."

" Kanaya, buk. Panggil Naya saja." Potong Kanaya.

Fatma kembali mengangguk seraya mengukir senyuman nya di sana.

" Iya, Naya."

Rasa nya Fatma ingin berteriak sambil mengucap syukur karena Allah telah mempertemukan dia dengan gadis baik seperti Kanaya yang mau menolong nya padahal mereka tidak saling kenal.

*

*

*

Zeyden yang duduk di dalam mobil sambil memainkan ponsel nya melirik taksi yang melewati mobil nya yang berhenti di tepi jalan.

Dia melihat taksi itu dan berhenti dan Kanaya yang keluar dari sana.

Taksi berhenti di depan pagar rumah kost nya Kanaya. Kanaya dan Fatma turun dari taksi setelah Kanaya membayar taksi nya.

" Ini rumah kamu?" Tanya Kanaya memperhatikan bangunan yang dua lantai itu.

" Bukan, buk. Ini tempat nya aku, buk. Aku kost disini. Ibuk mau kan tinggal di sini. Kamar nya nggak terlalu besar sih, tapi cukup lah untuk kita berdua." Jawab Kanaya.

" Ibuk mau, Nak." Jawab Fatma.

Kanaya dengan senyuman lebar nya menuntun Fatma masuk ke dalam rumah dan membawa nya menuju kamar nya.

" Mandi duluan ya. Ini ada baju aku. Ibuk bisa pakai ini. Agak besar, cukup untuk ibuk." Kata Kanaya menyerahkan baju pada Fatma.

Fatma pun menerima baju dari Kanaya.

" Aku buang sampah sebentar ya buk, ke depan."

Kanaya mengangkat keranjang sampah dan membawa nya keluar kamar.

" Hai..." Panggil Zeyden saat Kanaya akan melewati pagar rumah setelah membuang sampah.

Kanaya memperhatikan Zeyden. Dia baru ingat jika Zeyden, pria yang menabrak nya kemaren malam.

" Kamu?"

" Saya mau lihat kaki kamu. Aman kan?" Ucap Zeyden.

" Kaki? Aman kok." Jawab Kanaya mengangkat sebelah kaki nya.

Mata Zayden melotot saat melihat sebagian perban Kanaya yang berwarna merah karena darah yang merembes.

" Kok berdarah?" Tanya Zeyden refleks mendekati Kanaya.

" Jangan dekat." Cegah Kanaya memajukan tangan kanan nya.

" Jangan dekat. Aku baik - baik aja kok." Cegah Kanaya takut jika Zeyden akan melakukan hal yang mengejutkan nya seperti di rumah sakit.

" Tapi kaki kamu berdarah." Kata Zeyden.

" Tapi nggak papa. Aku tinggal ganti perban nya saja nanti." Jawab Kanaya.

Zeyden mendesah dengan kedua tangan di pinggang.

" Ikut aku. Kita ke rumah sakit." Ajak Zeyden.

" Nggak perlu. Saya obati sendiri saja di kamar. Cuma ganti perban aja aku bisa."

Setelah mengatakan itu, Kanaya dengan memaksakan langkah nya berjalan cepat masuk ke dalam pagar dan mengunci nya. Membiarkan Zeyden yang masih kebingungan melihat Kanaya yang sudah meninggalkan nya.

" Aku sudah buang - buang waktu kesini buat lihat dia. Tapi dia malah... Ah... Gilak memang tuh cewek." Dumel Zeyden kembali masuk ke dalam mobil.

Zeyden menginjak pedal gas dan meninggalkan perumahan tempat kost Kanaya. Padahal sudah satu jam lebih dia di sana menunggu Kanaya pulang. Rasa khawatir yang membawa nya datang untuk memastikan keadaan Kanaya baik - baik saja.

*

*

*

Setelah membersihkan diri nya, Kanaya mengeluarkan kotak P3K dan duduk di lantai yang beralaskan ambal tipis saja.

Dia mulai meringis saat dia membuka perban di kaki nya. Darah yang merembes cukup banyak di perban. Mungkin karena dia terlalu banyak berjalan di kantor tadi.

" Kaki kamu kenapa?" Tanya Fatma.

" Kemarin malam aku keserempet mobil, buk. Kaki nya luka kena aspal. Sudah di jahit, tapi malah berdarah lagi." Jawab Kanaya terkekeh.

Fatma duduk di depan Kanaya. Mengambil alih perban yang di pegang Kanaya. Membantu Kanaya membuka perban di kaki nya.

" Kamu tinggal sendiri. Orang tua kamu dimana?" Tanya Kanaya.

Kanaya terdiam, matanya mematung memandangi tangan Fatma yang menyentuh kakinya lembut. Ia menelisik wajah Fatma yang sudah mulai diterjang waktu, keriput halus menghiasi sudut matanya, menggambarkan seribu kisah lalu.

Sementara itu, dadanya berdegup kencang, emosi bercampur menjadi satu antara rasa bahagia dan sedih yang mendalam.

" Saya sudah lama tinggal sendiri, buk. Saya nggak punya orang tua. Lebih tepat nya... Saya nggak tahu dimana orang tua saya. Sejak kecil saya tinggal di panti asuhan di Bandung."

Fatma mendongak menatap Kanaya. Mulai merasa kasihan pada keadaan Kanaya.

" Setelah tamat SMA, aku memilih pergi dari panti dan pindah ke Jakarta. Di Jakarta aku kerja sambil kuliah. Dan setelah lulus kuliah, akhir nya aku bisa kerja di sebuah perusahaan yang sekarang, buk. Dan semua itu, aku lakukan sendiri. Tanpa orang tua. Tanpa saudara." Ucap Kanaya.

" Cobaan yang kamu hadapi terlalu berat, Naya. Kamu pasti sangat kuat sampai Allah memberi kamu cobaan seberat itu. Hebat kamu, Nak." Puji Fatma menyelesaikan perban di kaki Kanaya.

" Kalau ibuk? Anak ibuk ada berapa?" Tanya Kanaya balik.

Ketika Kanaya menyinggung tentang anak-anaknya, wajah Fatma seketika memucat dan mata yang biasanya berbinar seakan kehilangan cahaya.

Dia menelan pahit, berusaha keras menyembunyikan luka yang tergores di hatinya.

Rasa duka seolah merajai setiap sudut ruangan, membuat udara terasa begitu berat dan menghimpit. Fatma mencoba untuk tersenyum, tapi hanya kesedihan yang terlukis jelas di raut wajahnya.

1
partini
baca sinopsisnya penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!