" Aku akan membiayai sekolahmu sampai kamu lulus dan jadi sarjana. Tapi kamu harus mau menikah denganku. Dan mengasuh anak-anak ku. Bagaimana?
Aqila menggigit bibir bawahnya. Memikirkan tawaran yang akan diajukan kepadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ai_va, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perubahan Abizam
Satu Minggu berlalu sejak insiden itu, hari ini hari pertama Aqila kembali ke sekolah. Selama berada di rumah Abizam, Aqila dimanjakan oleh keluarga Abizam. Bahkan Leon pun selalu ingin langsung pulang ke rumah setiap kali pulang sekolah. Dia akan menemani Aqila sambil mengerjakan pekerjaan rumahnya.
Pagi itu Aqila sudah mengenakan seragam sekolahnya. Mama Abizam pun juga sudah menyiapkan bekal untuk Aqila. Selama satu Minggu itu juga Amanda selalu mengirimkan catatan pelajaran hari itu kepada Aqila. Ibu tiri Amanda juga sudah tidak mengungkit-ungkit kejadian malam itu lagi. Entah apa yang terjadi.
" Qila, ini bekalnya ya. Mama sengaja nggak kasih bekal yang berkuah-kuah lagi. Mama takut kejadian seperti kemarin terulang lagi. Dan ini bekal untuk Amanda. Jadi yang ini harus benar-benar kamu habiskan ya."
" Kok mama kenal Amanda?"
" Ya jelas dong. Semua tentang Aqila, mama dan Abi harus tahu."
" Kenapa Ma?"
" Karena kamu juga anak mama."
Aqila menyunggingkan senyumnya. Luka di tangan dan kakinya pun juga tidak parah dan berangsur sembuh tanpa meninggalkan bekas luka.
" Hari ini mama yang akan mengantarkan kamu. Kamu nggak apa-apa kan?"
" Eh, kenapa kak?"
" Nanti juga kamu tahu."
Hubungan Aqila dan Abizam pun juga semakin dekat. Aqila sudah tidak canggung lagi saat dekat dengan Abizam. Bahkan terkadang Aqila juga sudah tidak sungkan lagi untuk menghubungi Abizam terlebih dahulu. Abizam merasa senang dengan progres yang terjadi dalam diri Aqila.
" Kakak masih tinggal disini kan ?"
Leon sang anak kecil merasa tidak rela berpisah dengan Aqila.
" Sementara berpisah dulu dengan kak Qila ya Leon. Nanti pasti kak Qila akan segera tinggal disini sama papi sama Leon juga kok. Dan saat itu, Leon sudah bisa panggil kak Qila dengan sebutan mami."
Wajah Aqila memerah mendengar ucapannya mama Abizam dan Abizam pun di buat salah tingkah dengan ucapan mamanya.
" Mama... Lebih baik mama segera pergi sekarang. Sekolah Aqila akan segera masuk."
" Iya. Ini juga mau berangkat sekarang. Ayo Qila."
" Leon berangkat sama kakak ya?"
Aqila menatap kearah Leon yang sedang menyantap makan paginya.
" Iya. Nanti kakak yang antar Leon. Karena masuknya siang. Kenapa? Qila pengib sekali-kali antar leon?"
Aqila menganggukkan kepalanya.
" Tunggu sampai sekolahnya Qila libur ya. Nanti ada waktunya kok."
Aqila pun berpamitan kepada Abizam dan Leon dan kemudian mengikuti mama Abizam. Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, karena rumah Abizam yang cukup jauh dari sekolah Aqila akhirnya Aqila dan Mama Abizam sampai juga di sekolah Aqila.
Puluhan pasang mata memandang Aqila dan Mama Abizam yang turun dari mobil mewah. Aqila menatap heran kearah mereka yang menatapnya.
" Jangan di hiraukan. Kita ke ruang kepala sekolah dulu aja."
" Iya ma."
Mereka disambut oleh Bu Santi sang kepala sekolah dan guru kelas Aqila Bu Rani.
" Selamat pagi Bu Kusuma. Aqila apa kabar?"
" Baik Bu."
" Saya harap kejadian seperti kemarin tidak terulang lagi. Dan saya titip anak saya kepada anda Bu."
" Baik bu. Akan saya jaga Aqila dengan baik."
" Dan saya minta anak yang telah melakukan pembullyan segera diberikan hukuman."
" Baik bu Kusuma. Akan kami perhatikan lagi."
" Jangan hanya diperhatikan. Tapi juga di hukum."
" Baik bu."
" Ma..."
Aqila merasa tidak enak karena Bu Santi bahkan sampai membungkuk kan kepalanya kepada mama Abizam.
" Sekarang Aqila masuk ke kelas ya. Mama mau bicara dulu sama bu kepala sekolah."
" Iya ma."
Aqila beranjak dari duduknya.
" Biar sy antar ke kelas Aqila nya."
Bu Rani guru kelas Aqila pun menemani Aqila menuju ke kelasnya. Kelas yang tadinya ramai mendadak sepi karena kedatangan Aqila. Aqila menjadi sungkan karenanya. Aqila pun langsung menuju ke bangku nya di sebelah Amanda.
" Welcome."
Bisik Amanda yang dijawab senyuman oleh Aqila. Mereka pun mengikuti pelajaran dengan baik. Saat istirahat, banyak anak-anak yang langsung mengerumuni Aqila. Bahkan Tasya anak yang paling hits di sekolah pun ikut mengerumuni Aqila.
" Kamu diangkat jadi anak orang kaya ya Qila?"
Tasya bertanya sambil memilin-milin ujung rambutnya.
" Gimana caranya bisa membuat Rea menghilang dari sekolah?"
Dan banyak pertanyaan lain yang membuat Aqila bingung.
" Stoooppp !!! Biarkan Aqila makan dulu. Dia baru sembuh."
Amanda menengahi anak-anak yang sedang mengerumuni Aqila. Mereka pun akhirnya membubarkan diri dengan sedikit menggerutu.
" Apa ada sesuatu yang terjadi selama aku nggak masuk?"
Amanda mendekatkan dirinya kepada Aqila. Dan berbisik.
" Banyak."
Aqila mengerucut kan bibirnya yang di jawab kekehan oleh Amanda.
" Ini bekal untuk kamu. Kata mama Kak Abi ini khusus buat kamu."
" Waaahhh baiknya mama Om Abi."
Amanda membuka bekalnya yang didalamnya ada beberapa macam makanan yang menggugah selera. Bekalnya sama dengan milik Aqila. Yang membedakan hanya milik Aqila ada kotak obatnya.
" Apa yang sebenarnya terjadi selama aku nggak masuk?"
" Banyak."
" Ceritakan dong."
" Om Abi dan mamanya datang. Ketua yayasan papanya Rea diturunkan jabatannya. Om Abi mengambil alih sekolah. Om Abi dan mamanya jadi donatur terbesar di sekolah. Jadi mau nggak mau sekolah harus menaati peraturan yang dibuat oleh Om Abi."
" Peraturan apa?"
" Peraturan pertama, tidak boleh ada pembullyan. Kedua, tidak ada pembatas antara anak yang keluarganya dari ekonomi lemah dan yang tajir. Dan yang ketiga......"
" Yang ketiga?"
" Tidak ada yang boleh mengganggu Aqila. Baik pembullyan secara fisik ataupun secara verbal."
" Kenapa harus ada yang ketiga sih."
Amanda mengendikkan bahunya dan kemudian menyantap makanannya.
" Tanya aja sama Om Abi atau mamanya. Itu udah ketetapan dari Om Abi."
" Aaaahhh Kak Abi...."
" Makan Qila. Nanti nggak habis lauk mu di marahi mamanya Om abi loh."
" Terus si Rea dimana?"
" Sejak kejadian papanya diturunkan jabatannya dari ketua yayasan, Rea sudah tidak pernah masuk sekolah lagi."
" Pindah sekolah?"
" Aku juga nggak tahu kalau yang itu."
Dilihatnya Amanda yang menikmati bekal dari mama Abizam.
" Ibu tiri kamu gimana?"
Amanda menghentikan suapannya. Dan meneguk air mineral yang juga sudah disediakan oleh Mama Abizam.
" Amaaaaann....."
Amanda menyunggingkan senyumannya.
" Om Ryan nemuin ibu tiri aku. Kalau sekali aja dia lihat aku nangis, Om Ryan nggak akan segan laporin ke Ayah aku. Atau ke pihak berwajib. Jadi ibu tiri ku tiap hari baik sama aku. Entah baik beneran atau nggak."
" Yang penting kamu aman kan?"
" Aman banget. Cepetan makan sana. Udah mau selesai jam istirahat nya. Kata mama Om Abi, aku harus selalu merhatiin kamu."
" Iya .... Iya..."
Aqila langsung melahap makanannya. Sampai perutnya terasa penuh. Jam pelajaran disekolah Aqila berakhir. Aqila membuka handphone nya yang terdapat pesan dari Abizam.
* Tunggu sebentar. Aku kena macet *
* Iya. Hati-hati *
Sedang menunggu didalam sekolah, Reza datang dan menghampiri Aqila.
" Aqila."
Aqila mengalihkan pandangannya kepada Reza.
" Oh iya."
" Kamu sudah sembuh?"
" Iya."
" Aku baru tau kalau kamu diangkat anak oleh orang kaya."
Aqila terdiam dan tersenyum.
" Kalau kayak gini kamu nggak perlu kejar beasiswa lagi dong? Kamu kan bisa sekolah dimana pun kamu mau."
Aqila mengerutkan keningnya dan menatap tidak percaya kepada Reza.
" Aku nggak percaya kata-kata seperti itu keluar dari bibirmu."
" Bukannya yang aku ucapkan itu benar?"
" Aku anggap aku nggak dengar ucapan kamu."
Aqila beranjak dari duduknya dan hendak pergi, tetapi Reza memegang tangannya.
" Sudah lama aku menyukaimu."
Tubuh Aqila membeku mendengar ucapan Reza. Kemudian Aqila melepaskan tangannya dari tangan Reza.
" Maaf. Aku hanya anggap kamu teman."
Aqila berjalan menjauh dari Reza. Baru beberapa langkah, dia menabrak seseorang.
" Ma... Kak Abi."
" Ayo kita jenguk ibu mu."
Aqila berlari-lari kecil ke arah Abizam yang berjalan menjauhinya. Langkah kaki Abizam yang lebar membuat Aqila harus mengejarnya. Saat Aqila duduk disampingnya, Abizam menyuruhnya duduk di bangku belakang.
" Kamu duduk di bangku belakang saja."
" Kak Abi....."
Aqila bergegas pindah ke bangku belakang. Keheningan menyelimuti mereka selama berada didalam perjalanan ke rumah sakit.
" Kak Abi nggak ngajak Leon?"
" Nggak."
Aqila menjadi canggung dengan jawaban Abizam yang hanya singkat-singkat saja. Bahkan saat dirumah sakit pun Abizam tidak banyak berbicara. Dia hanya berbicara saat diajak oleh ayah Aqila saja.
" Keadaan ibu sudah jauh lebih baik. Dokter bilang Minggu depan ibu sudah boleh pulang."
" Syukurlah."
" Hari ini kakak akan pulang sama kamu. Ayah menunggu ibu disini. Biar kamu nggak sendirian di rumah."
" Iya."
Aqila menatap ke arah Abizam yang masih mengacuhkan nya. Bahkan saat pulang ke rumah pun Abizam tidak mengecup keningnya. Hal yang biasa di lakukan Abi. Aqila menatap sedih ke arah mobil Abizam yang meninggalkan halaman rumahnya.
" Kak Abi kenapa?"
Aqila merasa sedih dengan sikap Abizam. Air mata mengalir dari pelupuk mata Aqila.
Sejak hari itu, setiap hari Aqila diantar jemput oleh Pak Husein. Hari ini ibu Aqila diizinkan pulang. Aqila yang merasa antusias menjemput ibunya meminta izin kepada Mama Abizam untuk tidak masuk sekolah karena ingin menjemput ibunya. Mama Abizam pun mengizinkannya. Di tengah kebahagiannya, hati Aqila merasa kosong karena tidak bertemu dengan Abizam selama beberapa hari.
Hari ini sekolah libur. Aqila bertekad akan berkunjung ke rumah Abizam. Aqila mampir ke sebuah toko kue dan memilih beberapa macam kue yang tidak begitu manis. Aqila menggunakan uangnya sendiri, walaupun Abizam sudah memberikan kartu debit nya.
" Semuanya seratus lima puluh ribu kak."
Aqila memberikan uang kepada bagian kasir dan Aqila menerima bungkusan kue itu.
" Abiii.... Kita coba makan disini aja."
Aqila mendengar suara perempuan yang memanggil nama Abi.
" Ada banyak nama Abi. Pasti bukan kak Abi. Kak Abi mau nikah sama aku."
Aqila menyakinkan dirinya dari dalam hatinya.
" Katanya disini makanannya enak-enak. Kita harus coba Bi..."
Aqila memalingkan tubuhnya dan dilihatnya seorang wanita yang mengalungkan tangannya di lengan Abizam. Abizam terkejut menatap Aqila yang ada disitu dan Abizam bisa melihat jelas air mata mengalir di pipi Aqila. Bungkusan kue yang dibeli oleh Aqila pun terjatuh. Dan Aqila pun meninggalkan cafe itu.
" Loh mba. Mba..... Kuenya jatuh. Ini uang kembaliannya kok ditinggal sih."