Terjebak Cinta Terlarang Saat Balas Dendam

Brisia pulang diantar Arron sementara Disa, cewek itu dicegat sama Navan pas mau naik bus.

"Ikut gue Dis!" Ajaknya berhenti didepan halte.

"Gue capek Van!" Tolaknya soalnya beneran capek banget.

"Dis Elo berani nolak gue!"

Disa menghela nafas, habis ini pasti Navan bakal ngancem, daripada diliatin mending ia naik ke boncengan motornya Navan. Meskipun tau endingnya bakal gimana.

"Van, gue capek banget beneran!"

"Nanti gue pijitin."

"Gue mau mandi Van."

"Mandi tempat gue, Lo ambil baju ganti!"

"Hah..."

"Lo nginep tempat gue lagi!"

Disa rasanya geregetan, emang dasar Navan tukang maksa. Navan beneran nganterin Disa ke kost nya dulu biar ambil baju ganti, cowok itu nungguin diluar.

Nggak sampai sepuluh menit Disa udah keluar kamar, bawa tas ransel yang isinya baju ganti. Navan nyengir, pokoknya selama dia belum bosan, Disa bakal sering dipake.

"Yuk!" Ajak Navan sambil menyalakan motornya.

"Van, gue laper!"

"Nanti beli makan dulu, mau beli apa?"

"Pengin pizza Van."

"Pizza doang?"

"Apa ya? Sama buah deh, gue pengin yang seger-seger Van."

"Oke siap."

Navan mengangguk dia lagi mode baik supaya keinginannya dituruti sama Disa.

Setelah membeli makanan yang diinginkan Disa, mereka berdua lanjut ke kostnya Navan. Langsung mandi, tentunya mandi bareng udah kaya penganten baru.

"Van nanti aja gue pengin makan dulu!" Rengek Disa soalnya Navan keliatan mau hap dikamar mandi.

"Bentar aja Dis, gue udah ngampet berapa hari. Masih untung gue kasih Elo libur gara-gara lagi ujian."

Tanpa basa basi Navan langsung menyerang Disa, dipepetin ke tembok lalu dicium dengan agresif. Tadi udah disabunin sambil pijit-pijit buah kesemek yang keliatan makin berisi.

Disa mau tak mau melenguh juga, kayaknya kalau dia jadi istrinya Navan tuh harus siap siaga dihap kapan aja.

Setelah Disa pelepasan Navan menyuruhnya menungging berpegangan ke tembok, biar parenya Navan bisa masuk ke keranjang sayurnya Disa.

"Oh Shit! Disaa...let's play baby."

Navan mulai bergerak, sementara Disa berharap cowok itu beneran cuma bentaran.

"Vaaann.."

"Keluarin aja suaranya Dis, aman disini mah."

Disa berkali-kali melenguh karna pare besarnya Navan keluar masuk keranjang sayur dengan cepat.

Untungnya beneran bentaran doang, pasti nanti bakal ada part berikutnya, getok pala Disa kalau Navan nggak minta nambah. Cowok itu nggak cukup satu kali permainan.

Besok paginya, Disa mencari alasan biar bisa pulang cepet dari kost nya Navan. Capek banget loh semalaman di bolak balik, emang dasar Navan jelmaan siluman biawak kayaknya, bisa nggak ada puasnya.

"Van gue balik ya? Gue ada urusan penting."

"Mau ketemu Arron?"

"Enggak, gue nggak ada janji sama Arron. Dari sebelum ujian kita belum pernah ketemuan lagi diluar."

"Gue nggak pengin tau Lo ketemu apa enggak sama Arron. Yang penting kalau Gue butuh Elo, Lo siap."

"Van, gue udah prioritasin Elo." Balas Disa kesal.

"Emang harus gitu."

"Van, Lo kapan lepasin gue?"

"Gue belum bosen sama Elo Disa, gue suka main sama Elo. Cuma Elo cewek yang bisa ngimbangin gue, kalo cewek lain udah nangis."

"Anjirr, lo emang maniak ya!"

"Tapi Lo suka kan?" Tanyanya tengil.

Disa aja sampai heran, Navan tenaganya kaya nggak habis-habis. Mana nggak puas-puas, untung saja mainnya oke bikin Disa jadi nggak rugi-rugi amat main sama Navan. Malah bikin dia ngerasain yang nggak bisa dilakuin sama Arron. Soalnya Arron belum berpengalaman.

"Van udah ya gue balik."

"Iya-iya, uang jajannya masih nggak?"

"Masih banyak Van."

"Kalau habis bilang aja!"

"Iya Van. Lo kok duitnya banyak?"

"Gue mah anak orang kaya Dis, nggak usah khawatir soal duit kalau sama gue!"

Disa cuma tersenyum, yang namanya Navan tuh emang pede abis. Tapi kalau dia bilang banyak duit ya percaya aja soalnya kostnya aja elit, nggak kaya kostnya Disa.

Sampai di kost, gantian Arron ngehubungin Disa, ceritanya nanyain udah selesai apa belum dapetnya, mau minta jatah.

"Ya ampun, keluar dari kandang biawak masuk ke sarang kadal." Ucap Disa pas telepon dari Arron udah mati, tentunya Disa iyakan saja, kangen juga sama Arron.

"Berasa punya suami dua anjirrr." Disa mengecek penampilannya, untungnya nggak ada bekas ikan cupang yang ditinggalin Navan. Disa udah wanti-wanti sama dua cowoknya, boleh main tapi nggak boleh bikin tato ikan cupang.

Dengan ojek online, Disa pergi ke rumahnya Arron. Tak lama Disa sampai dirumahnya Arron, papa Handi lagi nengokin Zion makanya nggak dirumah. Setelah mengunjungi makam mamanya Zion, papa Handi jadi kepengin nengokin anak sulungnya.

"Dis, Lo nginep sini ya! Gue sendirian dirumah papa lagi keluar kota." Pinta Arron pas Disa sampai dirumahnya.

Disa sebenernya capek banget loh, tapi kalau sama Arron nggak tega nolak, meskipun ujung-ujungnya bakal dibolak-balik.

"Tapi gue nggak bawa baju ganti Ar!"

"Pake baju gue. Apa nggak usah pake baju sekalian Dis!"

Disa langsung melotot, ini Arron bener-bener ya mentang-mentang lama nggak dikasih jatah.

"Ya ampun Ar."

"Gue kangen Dis. Lo datang bulannya kelamaan. Untung lagi ujian jadi gue bisa nahan."

"Ckck, kemarin-kemarin aja Lo nggak peduli sama gue. Ada maunya Lo manis pake bilang kangen segala!"

"Jangan gitu lah Dis!" Bujuk Arron.

"Lo nyebelin Ar, tapi gue sayang!"

"Ya udah ke atas yuk kangen-kangenan."

"Ish.." Disa memukul lengan Arron gemes, lalu tangannya ditarik sama Arron diajak ke kamarnya.

Kelanjutannya tebak aja sendiri mereka ngapain.

Hari berlalu, Brisia dan teman-temannya udah siap nerima pengumuman kelulusan.

"Ar gue deg-degan." Ucap Brisia menunggu wali kelas datang.

"Tenang Brie, pasti lulus Elo mah."

"Tetep aja deg-degan, nilai gue gimana ya?"

"Bagus, Lo kan pinter."

Arron mencoba menenangkan Brisia yang suka panikan. Tak lama wali kelas datang membawa pengumuman kelulusan.

Semua murid angkatannya Brisia lulus, mereka menghela nafas lega. Lanjut coret-coretan baju dilapangan basket.

Arron mengeluarkan buket bunga buat Brisia yang ada ditasnya.

"Selamat ya Brie."

"Ya ampun, kamu nyiapin ini Ar?"

"Iya sayang, khusus buat pacarku yang paling cantik."

Brisia mencium bunga itu dengan penuh rasa bahagia.

"Ar, aku nanti nggak bisa pulang bareng."

"Kenapa?"

"Aku udah janjian sama mama mau ke makamnya papa. Maaf ya!"

"Iya nggak papa. Aku ikut ngumpul sama anak basket boleh? Di basecamp belakang Brie."

"Boleh Ar, mumpung masih bisa ngumpul."

"Makasih sayang."

"Sama-sama, aku pulang sekarang ya!"

"Iya hati-hati."

Brisia pergi meninggalkan sekolah, lalu Arron melangkah menuju basecamp anak basket.

Disa diam-diam mengikuti Arron dari belakang, sebel banget liat cowok itu ngasih buket cuma ke pacar kandung doang. Padahal kemarin-kemarin udah ditemenin nginep.

"Ar.." Panggil Disa pas Arron udah sampai depan basecamp, tapi belum ada orang.

"Iya Dis. Kenapa?"

"Kok gue nggak dikasih buket kaya Brie?"

"Gue cuma beli satu! Besok ya gue beliin."

Disa langsung manyun, sementara Arron mengajaknya masuk ke dalam basecamp biar aman. Teman-temannya juga masih lama katanya lagi makan-makan dulu dikelasnya.

Arron duduk di kursi sementara Disa duduk dipangkuan, menggatal sekalian mumpung sepi.

Brisia udah sampai didepan gerbang, lalu keinget sesuatu.

"Ya ampun, gue kan udah nyiapin hadiah juga buat Arron, kok sampai lupa sih!"

Brisia menepuk jidatnya, ia udah nyiapin kado buat Arron tapi kelupaan.

"Arron di basecamp basket kan? Gue susulin bentar ah, mumpung busnya belum datang."