NovelToon NovelToon
Sang Penyelamat

Sang Penyelamat

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyelamat / Dokter Genius
Popularitas:45.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Irsyad mendapat tugas sulit menjadikan Bandung Medical Center sebagai rumah sakit pusat trauma di Bandung Timur.

Kondisi rumah sakit yang nyaris bangkrut, sistem yang carut marut dan kurangnya SDM membuat Irsyad harus berjuang ekstra keras menyelesaikan tugasnya.

Belum lagi dia harus berhadapan dengan Handaru, dokter bedah senior yang pernah memiliki sejarah buruk dengannya.

Bersama dengan Emir, Irsyad menjadi garda terdepan menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat.

Terkadang mereka harus memilih, antara nyawa pasien atau tunduk dengan sistem yang bobrok.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Magnet

"Kamu baik-baik saja?" tanya Reynand yang menyadari wajah Maira sedikit pucat.

"Bisakah kita keluar dari sini? Kepala ku pusing, badan ku lemas."

Maira yang tidak bisa melihat darah seolah kehilangan tenaganya. Reynand langsung membantu Maira keluar dari ruangan tersebut. Dia memapah Maira menuju lift. Maira langsung menyandarkan punggungnya ke dinding lift seraya memejamkan mata.

"Apa kamu tidak bisa melihat darah?"

"Hem.."

"Maafkan aku. Seharusnya aku tidak mengajak mu ke sana."

"Bukan salah mu."

Mata Maira terbuka ketika mendengar suara dentingan. Lift yang ditumpanginya sudah sampai ke lantai dasar. Reynand mengajak Maira menuju kafetaria. Untuk memulihkan tenaga gadis itu, Reynand bermaksud membelikan coklat hangat.

"Terima kasih," ujar Maira ketika menerima gelas berisi coklat hangat.

Reynand menarik kursi di depan Maira sambil memegang gelas berisi kopi. Tidak ada pembicaraan di antara mereka. Maira menikmati coklat hangatnya dalam diam. Begitu juga dengan Reynand. Pria itu malah asik memandangi wajah cantik Maira. Gadis ini seakan memiliki magnet yang terus memaksa Reynand untuk melihat padanya.

"Apa sudah puas?" akhirnya terdengar juga suara Maira.

"Puas apa?"

"Memandangi ku."

Sontak wajah Reynand langsung memerah. Pria itu mengusap tengkuknya untuk mengusir rasa malu yang mendera.

"Berapa lama operasinya?"

"Ususnya sudah terkena radang, sepertinya ada infeksi juga. Operasi akan berlangsung lebih lama, mungkin dua jam lebih."

"Apa operasinya sudah berlangsung lama?"

"Mungkin sekitar satu jam."

Maira refleks melihat jam di pergelangan tangannya. Waktu menunjukkan pukul sembilan lebih lima menit. Mungkin sekitar satu jam lagi Irsyad baru menyelesaikan operasi.

"Apa kamu mau menunggu?"

"Sepertinya. Cafetaria ini buka sampai jam berapa?"

"Jam sebelas."

"Kalau begitu aku bisa menunggu di sini?"

"Tentu saja."

Baru saja Reynand selesai bicara, terdengar dentingan suara ponselnya. Pria itu langsung berdiri setelah membaca pesan yang masuk.

"Aku harus pergi, ada pasien masuk di IGD."

Hanya anggukan kepala yang diberikan Maira. Reynand bergegas meninggalkan cafetaria. Kini tinggallah Maira sendiri. Gadis itu tidak menyangka kalau pria yang dilihatnya di parkiran basement tadi siang adalah seorang dokter. Dan ternyata dia adalah rekan dari sang Kakak.

Selama hampir dua puluh menit Maira berada di cafetaria. Lama-lama gadis itu bosan juga. Dia bangun dari duduknya lalu keluar dari cafetaria. Sejenak dia terdiam di lobi yang sudah sepi, bahkan beberapa lampu sudah dipadamkan, membuat suasana di sana menjadi redup.

Takut berada sendirian di lobi, Maira bergegas menuju IGD. Hanya di sana Maira bisa menunggu dengan tenang. Setidaknya ada banyak petugas medis di sana.

Ketika dia sampai di sana, ternyata ada beberapa pasien yang masuk. Reynand sendiri sedang berada di nurse station. Pria itu sedang membuat laporan pasien yang baru ditangani olehnya. Maira mendudukkan diri di kursi tunggu yang ada di IGD.

Reynand yang masih berada di nurse station menolehkan kepalanya ketika mendengar suara dari arah pintu masuk. Seorang pria tengah membopong seorang anak. Di belakang pria itu, ada seorang wanita yang menemani.

"Dokter tolong," ujar pria yang menggendong anaknya.

Bergegas Reynand mendekat kemudian mengarahkan pria itu ke salah satu ranjang yang kosong. Setelah sang anak dibaringkan di ranjang, Reynand segera memeriksa dengan stetoskopnya. Kedatangan pasien baru itu menarik perhatian Maira. Gadis itu melihat pada Reynand yang sedang menangani pasien.

"Berapa panasnya?" tanya Reynand pada suster yang memeriksa suhu tubuh pasien anak itu.

"39,5 dok."

"Sejak kapan dia panas?"

"Sudah tiga hari, dok."

"Apa ada demam?"

"Iya."

Reynand membuka mata sang anak yang terpejam, kemudian mengarahkan senter kecil ke mata anak itu. Kemudian dia memeriksa permukaan kulit anak itu.

"Ambil darahnya untuk diperiksa. Berikan obat penurun panas untuknya."

"Baik, dok."

Perawat tersebut segera mengambil peralatan dan obat yang diperlukan. Lebih dulu dia mengambil darah sang anak untuk diperiksa, kemudian memberikan obat penurun panas yang dimasukkan melalui dubur.

Selesai mengambil sampel darah, perawat itu segera membawanya ke laboratorium. Sementara Reynand masih berada di dekat ranjang.

"Siapa nama anak Ibu?"

"Mina."

"Hai Mina," panggil Reynand. Perlahan mata Mina terbuka.

"Apa badan mu lemas?" tanya Reynand lagi dan dijawab anggukan olehnya.

"Apa di sekitar rumah ada tetangga yang terkena DBD?"

"Apa Mina terkena DBD?"

"Dilihat dari kondisinya, kemungkinan Mina menderita DBD. Tapi kita tunggu hasil tes darahnya dulu."

"Tapi saya tidak melihat bintik merah di kulit."

"Banyak gejala DBD yang tidak menunjukkan bintik merah di kulit."

Wajah wanita itu nampak cemas. Memang benar di sekitar rumahnya sudah ada yang terkena DBD. Bahkan pengurus setempat sudah melakukan fogging tadi pagi.

Tak berapa lama kemudian perawat datang membawakan hasil tes. Reynand langsung membaca hasil tersebut. Dari hasil tes darah, diketahui sang anak positif mengidap DBD.

"Segera berikan cairan kristaloid isotonik."

"Baik, dok."

Melihat suster datang membawakan kanton infusan dan jarum suntik, Mina mulai menangis. Dia takut kalau harus disuntik lagi. Ibunya langsung menenangkan sang anak. Pelan-pelan perawat tersebut menusuk lengan Mina dengan jarum, kemudian menyambungkan selang infusan. Sambil menggantung kantong infusan, perawat itu mengatur tetesan infus.

Dari tempatnya duduk, tanpa sadar Maira terus memperhatikan Reynand. Ketika dokter residen itu melemparkan senyum pada pasiennya, yang terbayang di wajah Maira sekarang adalah Reynand yang tengah mencium kekasihnya di parkiran basement. Maira menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir bayangan itu.

"Dek.."

Lamunan Maira terhenti ketika mendengar suara Irsyad. Rupanya dokter bedah itu sudah menyelesaikan operasinya. Irsyad langsung mendaratkan bokongnya di samping sang adik. Maira langsung menyandarkan kepalanya di lengan sang Kakak.

"Kenapa kamu yang datang? Var mana?"

"Bang Var masih di Jakarta. Jadi aku sendiri yang ke sini. Operasinya sudah selesai, Bang?"

"Sudah. Kamu sudah mengurus administrasinya?"

"Sudah."

Melihat adiknya yang mengantuk, Irsyad melihat jam di pergelangan tangannya. Waktu hampir jam sepuluh malam.

"Kamu nginap aja di rumah."

"Abang pulang ngga?"

"Ngga, Abang harus stay di rumah sakit."

"Kalau gitu ngga mau. Aku takut tidur sendiri di rumah."

"Ck.. kamu takut apa sih? Ngga ada apa-apa di sana."

"Ngga mau."

Di antara anak Irzal dan Arsy, Maira memang yang paling penakut. Dia tidak mau tidur di lantai dua kalau tidak ada Dadvar. Jika kakak ketiganya itu tidak ada di rumah, maka Maira memilih tidur di lantai tiga.

Sementara itu, Reynand yang sudah selesai menangani Mina, segera menuju nurse station. Pria itu memasukkan informasi tentang Mina termasuk perawatan apa yang diterimanya. Dia juga sudah mendaftarkan anak itu untuk menjalani perawatan di rumah sakit.

"Pasien DBD?" tanya Nayraya yang baru saja selesai membantu Irsyad melakukan operasi.

"Yap."

Tanpa sengaja mata Nayraya melihat pada Irsyad dan Maira. Setali tiga uang, Reynand juga melihat pada mereka. Keakraban keduanya langsung memicu rasa penasaran mereka.

"Apa kamu tahu perempuan yang bersama dokter Irsyad?"

"Namanya Maira. Dia dari yayasan Qurota'ayyun."

"Apa itu pacar dokter Irsyad?"

"Entahlah, aku harap bukan."

"Apa kamu tertarik padanya?"

"Dia.. cantik."

"Ya, sangat cantik."

"Apa kamu cemburu?"

"Aku cemburu? Buat apa aku cemburu?"

"Siapa tahu kamu tertarik pada dokter Irsyad."

"Aku akui kalau dia memang tampan. Tapi dia terlalu berani. Apa kamu tidak lihat sudah beberapa kali dia menentang dokter Handaru sejak masuk ke sini? Aku tidak mau berada di antara mereka. Situasi kita di sini sudah cukup rumit."

"Ya kamu benar."

Suasana rumah sakit dalam enam bulan terakhir memang mengalami perubahan. Sejak kasus korupsi yang menimpa rumah sakit ini, dewan direksi memaksa manajemen melakukan penyesuaian. Memotong anggaran di IGD, mengurangi staf di IGD dan rumor terbaru yang beredar, gaji mereka pun akan dipangkas untuk beberapa bulan sampai kondisi rumah sakit kembali stabil.

"Bagaimana hubungan mu dengan Renya?"

"Entahlah. Aku merasa tidak ada masa depan dengannya. Kamu tahu sendiri kalau dia punya karir cemerlang di Jakarta. Aku ngga bisa memaksanya pindah ke sini karena karir di sini tidak menjanjikan untuknya."

"Tapi kamu bisa ke Jakarta. Kamu akan memiliki karir yang lebih baik di sana."

"Aku tidak ada rencana pindah ke sana. Aku ingin tetap di Bandung."

"Lalu bagaimana dengan hubungan kalian?"

"Entahlah, mungkin sudah waktunya hubungan ku dengannya berakhir."

Reynand melihat jam di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih sepuluh menit.

"Shift ku sudah berakhir. Pastikan Mina pindah ke ruangan."

"Oke, hati-hati di jalan."

Reynand hanya mengangkat jempolnya saja. Dia berjalan keluar dari IGD. Matanya melirik sebentar pada Irsyad dan Maira yang masih berbincang. Suara Maira terdengar lebih manja ketika berbicara dengan Irsyad. Berbeda padanya yang terkesan lebih ketus.

"Kamu sudah ngantuk, lebih baik tidur di rumah Abang."

"Ngga mau. Mending aku pulang aja."

"Ngga boleh. Kamu itu sudah ngantuk, nanti ada apa-apa di jalan."

"Makanya Abang pulang aja sama aku."

"Ngga bisa, Mai."

Irsyad menghembuskan nafas panjang. Adiknya ini selain penakut juga keras kepala. Kalau Maira bersikeras untuk pulang, tentu saja akan membuatnya khawatir. Tak sengaja matanya melihat Reynand yang melintas tak jauh darinya. Pria itu sudah berganti pakaian dan hendak pulang.

"Dokter Reynand!"

Reynand menghentikan langkahnya. Dia mengganti arah jalannya menuju Irsyad.

"Apa shift mu sudah selesai?"

"Sudah, dok."

"Apa kamu bisa menyetir mobil?"

"Bisa."

"Apa kamu bisa mengantar adik ku pulang?"

***

Eaaaa kesempatan nih buat Reynand🤭

Ini penampakan Maira versi ku

1
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Emang bisa 🤪
Paula Abdul
weww..... semoga op nya lancar ga ada kesalahan, kekeliruan, kecerobohan dari dokter Handaru, dah cukup pasien yg meninggal karenanya biar julukan hodadnya ga melekat abadi
Paula Abdul
wkwkwkwkwk....
yg ada pasien bedah kecantikan malah jadi pasien bedah jantung n jadi pasien kejiwaan gegara liat pasien lain yg masuk IGD dengan kondisinya beneran gawat n darurat juga bikin yg liat stress 😂😂
tehNci
Hampir nahan nafas saat menghadapi ketegangan di ruang IGD. Untung akutuh bukan tenang medis,.jadi kekacauan dan ketegangan seperti tadi tidak akan kualami.. Alhamdulillah 😅
Miroh Jasseem
😍😍😍😍😍😍
Nabila hasir
tegang padahal cuman baca. tapi situasi di igd ikut terbayangkan betapa riweh dan rame ruangan igd.
Nabila hasir
wes lihat dengan matamu sentanu🤣🤣
Nabila hasir
waduh handaru kok lagi masuk ruang operasi. ntar ada yg di salahkan lagi lho ya
dewi rofiqoh
Handaru mau ikut mengoperasi pasien lagi? Semoga tidak ter apa-apa 🤲🤲
choowie
hahahah...makanya mikir sebelum mengambil keputusan
choowie
nah gini baru benar
Nabila hasir
handaru ma sentanu kamu berhadapan ma turunan keluarga hikmat dan Ramadan
Safitri Agus
hodad turun tangan juga akhirnya semoga saja lancar operasinya,
Safitri Agus
haduh lemes aku gak kuat lihat darah 😵‍💫
Safitri Agus
Innalillahi
Safitri Agus
tau gini gak usah kerja sama dgn Sentanu🤦
☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ
si sentanu baru sadar setelah melihat keadaan IGD sebenarnya klo kedatangan pasien banyak ya,nah Handaru kembali ke meja operasi lgi apa akan ada yg menghentikan nya atau ada insiden lain ya
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
awas gagal lagi/Frown//Frown/
@☘𝓡𝓳IႶძiჁმ
haben nagen ge yakin lah bakal kalah kamu mah ...gk kuat lawan Irsyad 😏
Teti Usmayanti
waduh Handaru masuk ruangan operasi lg, jgn2 nanti pasien mati lg secara Khan km suka malpraktek.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!