Sudah di zaman kapan ini masih ada kata "dijodohkan"....
Wah.... ternyata orangtua ku masih sejadul itu, dan juga kenapa coba harus aku???
Abang dan juga kakak ku bahkan adik ku memilih pasangan hidupnya masing-masing...
"Ya Bu nanti aku pulang untuk makan malamnya''..." gitu dong anak ibu" jawab ibu diseberang telpon...
Bagaimana kisah cinta Naira apakah jadi berjodoh dan bahagia????
Yuk baca ceritanya.....
Maaf y masih karya pertama...
Mohon kritik yang membangun dan yang baik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelis Rawati Siregar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Bima POV 2
Aku menginjakkan kaki di Bandara Kualanamu pukul 14.00. Kemungkinan aku sampai rumah satu jam lagi. Aku mengaktifkan kembali ponsel ku. Aku melihat banyak panggilan dan chat dari Ririn. Aku masih marah dan mau berbicara pun rasanya masih malas. Memang yang namanya hubungan gak akan mungkin berjalan mulus.
Putus nyambung sudah pernah ku jalani. Mulai dari aku dulu yang kesannya cuek terhadap hubungan efek dari masih sibuk-sibuknya merintis usaha ku. Dulu Ririn yang selalu mengalah dalam hal ini, tetapi ketika aku kembali membangun komunikasi kami baikan lagi, belum lagi parahnya aku juga pernah selingkuh disini.Namun ketika aku meminta maaf dan berjuang kembali mendapatkan hatinya kami kembali bersama.
Makanya sekarang aku lebih sering mengalah kepadanya karena Ririn termasuk orang yang sabar menghadapi sikapku. Bahkan aku sadar sepenuhnya akhir-akhir ini Ririn ini seperti banyak menghabiskan waktu dikampusnya. Alasannya selalu mengerjakan tesis dan kerjaannya yang merangkap sebagai asisten dosen. Aku pun mengalah untuk itu karena aku tahu dari dulu jadi dosen itu adalah cita-citanya. Entah lah biarkan saja begini dulu aku pun masih malas untuk berkomunikasi takut nanti akan tambah masalah baru.
Aku mengabari Ayah kalau aku sudah sampai dirumah. Juga menelpon Doni.
"Ada apa Don dari semalam kamu rewel banget?"
"Kamu udah di rumah?".
"Ya udah dirumah kenapa?".
"Besok aja kamu yang lihat sendiri dan beri keputusan. Sekarang kamu istirahat aja dulu", Doni membalas. "Baiklah kalau begitu", aku pun memutuskan sambungan telepon. Beranjak menuju kamar untuk beristirahat karena jujur aku saat ini lelah pikiran dan juga raga.
Aku masih bingung langkah apa yang akan aku ambil. Masalah perjodohan yang Bunda sebutkan itu diluar ekspektasi ku. Sejujurnya aku masih mencintai Ririn. Kalau pun sekarang kami ada masalah aku yakin ini bisa diluruskan. Namun kalau sudah berhubungan dengan Ayah Bunda memang mungkin akan sulit tapi aku yakin bisa mendapatkan maaf dari Bunda.
Tapi sekarang sepertinya Bunda seperti karang yang teguh. Bunda bahkan mengatakan aku harus menerima perjodohan itu. Aku mencoba mengurai kalimat Bunda, bahwa perjodohan ini dilakukan dengan anak teman. Apa yang dimaksud Bunda adalah temannya yang pernah jadi tetangga kami dulu. Aku mendesah ketika semua masih jadi abu-abu.
Hari berganti dengan minggu dan bulan. Tak terasa hari yang dijanjikan Bunda untuk berkenalan dengan anak teman Bunda yang akan dijodohkan itu pun tiba. Bunda dan Ayah sudah seminggu yang lalu sampai dirumah. Aku masih berusaha menegosiasi Bunda agar membatalkan perjodohan ini. Namun sepertinya Bunda sudah tak dapat digoyahkan.
Nanti sore kami akan kerumah teman Bunda. Saat ini aku masih dikantor memandangi keindahan kota dari sudut ruangan ini. Memandangi kesibukan kota dengan larut dalam lamunan.Terlalu larut dalam lamunan sampai ketukan di pintu ruanganku aku tak mendengarnya.
"Melamun aja Bim, dari tadi aku ketuk pintu kamu lho", Doni bersuara. Doni ini adalah teman ku semasa kuliah dulu, makanya bila hanya kami berdua dia akan memanggil nama saja.
"Aku akan dijodohkan dengan anak teman Bunda, Don".
"Gak salah denger aku?", Doni malah bertanya.
"Lha terus Ririn gimana Bim?" "Entahlah aku masih berharap Bunda mau menerima Ririn tapi sepertinya mustahil".
"Kok mustahil ada apa sebenarnya?", Doni bertanya lagi. Aku pun menceritakan kejadian di Bandung.
"Bunda udah terlanjur kecewa berat Bim, tapi aneh ya Ririn dimana-mana cewek itu biasanya paling effort kalau dikenalin ke calon mertua. Apa memang dia belum mau serius Bim?". Aku mengangkat bahu sebagai jawaban.