NovelToon NovelToon
Luka Dibalik Senyum Azalea

Luka Dibalik Senyum Azalea

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Faroca

Azalea, Mohan, dan Jenara. Tiga sahabat yang sejak kecil selalu bersama, hingga semua orang yakin mereka tak akan pernah terpisahkan. Namun dibalik kebersamaan itu, tersimpan rahasia, pengkhianatan, dan cinta yang tak pernah terucapkan.

Bagi Azalea, Mohan adalah cinta pertamanya. Tapi kepercayaan itu hancur ketika lelaki itu pergi meninggalkan luka terdalam. Jenara pun ikut menjauh, padahal diam-diam dialah yang selalu menjaga Azalea dari kejauhan.

Bertahun-tahun kemudian, Jenara kembali. Dan bersama kepulangannya, terbongkarlah kebenaran masa lalu tentang Mohan, tentang cinta yang tersimpan, dan tentang kesempatan baru bagi hati Azalea.
Kini, ia harus memilih. Tetap terikat pada luka lama, atau membuka hati pada cinta yang tulus, meski datang dari seseorang yang tak pernah ia duga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Faroca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertengahan Semester Yang Chaos

Hari-hari berlalu lebih cepat, tanpa terasa saat ini mereka sedang memasuki pertengahan semester. Tugas kuliah yang mulai menumpuk, membuat mahasiswa di Universitas Mahardika Nusantara terlihat sibuk dengan tugas di masing-masing jurusan.

Azalea yang berada di fakultas psikologi sedang sibuk dengan esai, laporan observasi, serta diskusi-diskusi panjang bersama kelompoknya. Meski banyak mengeluh, diam-diam ia mulai menikmati dunia yang penuh teori tentang jiwa manusia itu. Setiap kali merasa lelah, ada Jenara yang entah bagaimana selalu muncul tepat waktu. Kadang untuk menemaninya makan, kadang sekadar menjemput pulang, bahkan kadang Jenara juga yang membantunya membuat laporan-laporan observasinya.

Sedangkan cowok itu sendiri kian sibuk dengan kedokterannya. Praktikum di lab, hafalan istilah medis, hingga simulasi kasus membuatnya semakin jarang terlihat santai. Namun di balik wajah dinginnya, dia selalu menyisihkan waktu untuk memastikan Azalea tidak kewalahan. Bahkan ketika tangannya penuh coretan catatan anatomi, dia masih sempat mengetik pesan singkat, “Sudah makan?” atau “Pulang bareng?”

Seperti saat ini Jenara dan Azalea, sedang berada di kantin Fakultas psikologi. Mereka sedang asik mengobrol, sampai-sampai makanan dan minuman yang tersedia di depan mereka merasa dicuekin oleh kedua orang tersebut.

"Gue tuh cape belajar teori mulu, banyak definisinya. Bikin pusing," keluh Azalea sambil merebahkan kepalanya ke meja kantin.

Jenara tersenyum tipis, tangannya mengelus rambut indah Azalea. "sama dong, gue juga lagi belajar definisi penyakit. Seperti penyakit jantung...," belum selesai Jenara berbicara, gadis itu sudah memotongnya.

"Definisi jantung ya? Kebetulan banget, jantung gue saat ini lagi nggak normal Je." Azalea berbicara dengan nada serius, tubuhnya tiba-tiba di tegakkan dan matanya menatap Jenara penuh keseriusan.

"Kenapa emangnya jantung lo?" Tanya Jenara, berusaha bersikap santai.

"Soalnya deg-deg kan tiap ngobrol sama lo, HAHAHA....!" candanya, membuat Jenara mencubit pipi gadis itu gemas

"Oh, udah mulai iseng sekarang ya. Awas aja kalo beneran deg-deg kan sama gue nanti," ancamnya.

"Ye... Ngarep banget lo," Ujar Azalea sambil menjulurkan lidahnya ke arah Jenara yang disambut dengan senyuman oleh pria itu.

"Gue seneng liat lo kaya gini, kayanya hati Lo udah membaik." Jenara menatap Azalea serius.

"Ini karena lo Je, lo yang selalu bikin gue lupa kalo gue lagi patah hati." kata Azalea, "ya mungkin gue juga bersyukur, karena Mohan sibuk sama Amara sampe nggak ada waktu buat kita. Jadi gue nggak harus ketemu dia terus, soalnya hati gue masih sakit kalo ngeliat kemesraan mereka." jelas Azalea.

Jenara mengangguk tanda mengerti. "pelan-pelan Aza, gue yakin lo bisa kok." ucapnya

"Makasih ya Je, lo emang sahabat terbaik gue," ucap Azalea tulus

"Cuma sahabat nih? Nggak mau nyoba lebih?" goda Jenara blak-blakan.

"Jenara! Jangan godain gue mulu dong, ih Lo ma sekarang tambah nyebelin tau. Dulu sok-sokan dingin dan cuek, sekarang malah sering godain gue." cerocos Azalea sambil mencubit perut cowok tampan itu. Jenara mencoba menghindari cubitannya, tapi Azalea terus menyerang tanpa ampun.

"Ampun Aza, cubitan lo sakit banget tau!" seru Jenara, cowok itu menangkap kedua pergelangan tangan Azalea, menahannya erat agar tidak lagi mencubit perut Jenara. Ternyata gerakan kecil itu, membuat jarak di antara mereka semakin dekat.

Suasana yang tadinya riang mendadak berubah hening. Mata gadis itu membulat, sementara tatapan Jenara menajam, bukan karena marah, tapi penuh dengan kesungguhan. Keramaian yang ada di sekitar mereka seolah menghilang, menyisakan detik-detik yang terasa begitu panjang.

Azalea merasakan kegugupan melanda dirinya. Gadis itu menelan ludahnya, berusaha menarik tangannya, namun Jenara justru semakin kuat menggenggam. Ada sesuatu dalam sorot mata itu, ketulusan, keinginan ingin memiliki dan rasa yang sulit didefinisikan.

“Je! lepasin, ini kantin loh…” bisik gadis itu hampir tak terdengar, suara tercekat di tenggorokannya.

Jenara tersadar dan langsung melepaskan tangan Azalea pelan. Cowok itu menunduk, seakan ingin menutupi wajahnya yang mulai memanas karena kelakuannya barusan. Sedangkan Azalea melirik ke kiri dan ke kanan, dia hanya takut menjadi pusat perhatian di kantin saat ini. Namun di dalam hatinya dia merasakan lagi getaran yang sama, getaran yang tak pernah dia miliki saat Mohan berada di dekatnya. Apakah getaran itu CINTA?

****

Di sisi lain, Mohan menjalani hari-hari di fakultas manajemen bisnis dengan santai, penuh guyon, tapi kadang terlalu ceroboh. Beberapa bulan ini, Mohan sudah jarang bersama kedua sahabatnya itu. Hubungan dengan Amara, membuat dia harus menomorduakan sahabatnya itu karna sifat kebucinan Mohan yang tinggi. Tak terasa empat bulan sudah, mereka menjalin hubungan. Awalnya terasa menyenangkan bagi Mohan, manis dan penuh perhatian. Tapi seiring waktu, gesekan mulai muncul.

"Kamu telat lima belas menit Moh, aku capek nungguin kamu dari tadi loh," Amara berkata dengan nada kesal

"Maaf sayang, aku tadi ada rapat organisasi dadakan, nggak bisa ditinggalin." Mohan mencoba memberi pengertian pada pacarnya itu.

"Kamu tuh, selalu punya alasan buat bikin aku selalu jadi nomor dua." suara Amara meninggi

"Alasan yang gimana maksud kamu? Aku selalu menomor satukan kamu, aku rela nggak ngumpul bareng sahabat-sahabat aku karena nemenin kamu," Mohan mulai terpancing.

"Oh, jadi kamu terpaksa ngelakuin itu? Jadi lebih penting sahabat kamu dari pada aku?" Amara masih menyalakan Mohan, Suara tinggi Amara mulai menjadi pusat perhatian mahasiswa yang berada di sekitaran mereka.

Mohan menghela nafas, berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. "Aku nggak bilang gitu! aku harus bisa bagi waktu untuk saat ini, aku banyak tugas juga." Mohan berusaha menjelaskan.

"Tugas apa? Masih banyak tugas aku anak kedokteran dibanding kamu," Amara mulai membandingkan.

"Jangan pernah anggap enteng tugas-tugas aku. Manajemen bisnis itu juga berat. Kenapa sih kamu jadi emosi gini, padahal aku cuma telat lima belas menit." Mohan mulai ikut emosi

"Aku benci kalo harus nunggu, harusnya kamu yang selalu nungguin aku." teriaknya egois,

"Kecilin volume suara kamu Amara, banyak orang merhatiin kita." Mohan menekan suaranya.

"Kenapa? Kamu malu?"

Mohan mengusap wajahnya kasar, kemana kelembutan Amara yang dulu. Kenapa akhir-akhir ini emosinya selalu meledak, meskipun cuma dengan masalah kecil.

Mohan menggenggam pergelangan tangan Amara, " ikut aku sekarang," ajaknya.

"Lepasin, aku mau pulang sendiri. Mana kunci mobil aku?" Amara meminta kunci mobil yang berada di tangan Mohan saat ini.

"Cepetan kasih ke aku," bentaknya, membuat Mohan dengan terpaksa memberi kunci mobil tersebut. Amara berjalan meninggalkan Mohan dengan wajah emosinya, sedangkan Mohan menatap gadis itu dengan sendu.

Tanpa Mohan sadari, di sudut tempat tak jauh darinya. Azalea dan Jenara menyaksikan pertengkaran mereka dari awal. Azalea menatap sedih ke arah Mohan, Namun tak ada sedikitpun rasa ingin mendekat.

"Kita samperin kalo lo mau, Za" ajak Jenara

"Nggak usah, dia udah dewasa buat nyelesain masalahnya sendiri. Nanti kalo dia perlu kita, biar dia sendiri yang datengin kita" Ujar Azalea datar, sambil berlalu meninggalkan tempat itu. Jenara mengikutinya dari belakang.

'Semoga lo selalu baik-baik aja Moh'

1
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
Dewi Faroca: terimakasih kak, sudah mau membaca.
total 1 replies
Ff Gilgamesh
tetap semangat 💪tetap berkarya
Dewi Faroca: terimakasih...
total 1 replies
Raka Yoga Pratama
tema cerita bagus, alur cerita mudah dimengerti dan menggunakan kata-kata yg mudah dimengerti juga. sukses selalu untuk penulis 😍😍
Dewi Faroca: makasih ya
total 2 replies
Raka Yoga Pratama
semangat buat penulis nya, cerita begini bikin flashback ke masa-masa abg dulu 🤣🤣
Andhika teguh Nurhidayat
keren, semoga lebih baik lagi
Hakim Bohiran
Duh, hati rasanya meleleh.
Dewi Faroca: makasih udah mau baca🙏 semoga terus dibaca lanjutannya ya.
total 1 replies
ahok wijaya
Waktu membaca cerita ini rasanya seperti di masa lalu, indah dan penuh warna.
Dewi Faroca: makasih😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!