NovelToon NovelToon
GAZE

GAZE

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Duniahiburan / Matabatin
Popularitas:717
Nilai: 5
Nama Author: Vanilla_Matcha23

“Setiap mata menyimpan kisah…
tapi matanya menyimpan jeritan yang tak pernah terdengar.”

Yang Xia memiliki anugerah sekaligus kutukan, ia bisa melihat masa lalu seseorang hanya dengan menatap mata mereka.

Namun kemampuan itu tak pernah memberinya kebahagiaan, hanya luka, ketakutan, dan rahasia yang tak bisa ia bagi pada siapa pun.

Hingga suatu hari, ia bertemu Yu Liang, aktor terkenal yang dicintai jutaan penggemar.
Namun di balik senyum hangat dan sorot matanya yang menenangkan, Yang Xia melihat dunia kelam yang berdarah. Dunia penuh pengkhianatan, pelecehan, dan permainan kotor yang dijaga ketat oleh para elite.

Tapi semakin ia mencoba menyembuhkan masa lalu Yu Liang, semakin banyak rahasia gelap yang bangkit dan mengancam mereka berdua.

Karena ada hal-hal yang seharusnya tidak pernah terlihat, dan Yang Xia baru menyadari, mata bisa menyelamatkan, tapi juga membunuh.

Karena terkadang mata bukan hanya jendela jiwa... tapi penjara dari rahasia yang tak boleh diketahui siapapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanilla_Matcha23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24 - INI BUKAN TUGASKU

Suara monitor detak jantung di ruangan itu menjadi satu-satunya irama yang menenangkan, sekaligus menghantui. Xia duduk di kursi samping tempat tidur pasien, jemarinya menggenggam buku catatan medis, tapi matanya… tak berpaling dari wajah pria itu.

Ada sesuatu yang selalu membuatnya sulit mengalihkan pandangan.

Entah karena luka di sisi pelipis Yu Liang yang belum sepenuhnya sembuh, atau karena cara pria itu tampak begitu tenang di antara ketidakpastian hidup dan mati.

Dia menulis beberapa catatan di lembar medisnya, tidak lebih dari pekerjaan biasa, begitu ia yakinkan dirinya.

Namun, setiap kali matanya bertemu dengan garis rahang Yu Liang, atau setiap kali napas pria itu terdengar sedikit berat, hatinya justru mengeras.

"Kenapa aku melakukan ini...?" bisiknya nyaris tanpa suara.

"Ini bukan tugasku."

Namun, bahkan setelah mengatakan itu, jemarinya tetap bergerak pelan membenarkan posisi selimut pasien. Sentuhan halus, penuh kehati-hatian. Seolah dia takut pria itu akan terluka jika disentuh dengan keras.

Tiba-tiba, suara serak lirih memecah keheningan.

“…dokter…?”

Suara itu membuat Xia menegakkan tubuh. Ia menatap Yu Liang yang mulai membuka mata perlahan.

Tatapan pria itu kosong beberapa detik, sebelum akhirnya berhenti tepat padanya. Mata mereka bertemu. Lagi.

Sejenak, waktu seakan berhenti.

Xia menahan napas, menunduk cepat, berusaha menyembunyikan ekspresi gugup yang tak seharusnya ada di wajah seorang dokter.

“Jangan bergerak dulu,” ujarnya datar, tapi nadanya sedikit bergetar. “Kau baru saja melewati masa kritis.”

Yu Liang hanya menatapnya tanpa suara. Lama.

Sampai akhirnya bibirnya bergerak pelan.

“…Aku mengenalmu.”

Dada Xia menempi Satu kalimat itu saja cukup membuat seluruh kendali dirinya goyah. Namun, sebelum ia sempat menjawab, pria itu kembali memejamkan mata. entah karena lelah, atau karena pengaruh obat.

Xia mengembuskan napas perlahan, berusaha menenangkan diri. Tapi hatinya sudah terlalu berisik.

Kata-kata itu terus berputar dalam kepalanya.

“Aku mengenalmu.”

Apakah Yu Liang benar-benar mengenal siapa dirinya sebenarnya… atau itu hanya kebetulan dari masa samar di antara kesadaran dan mimpi?

..

Langit di luar sudah berubah menjadi abu-abu tua ketika Xia berjalan menuruni koridor lantai tujuh. Jam di dinding menunjukkan hampir pukul dua dini hari. Tapi bagi Xia, malam baru saja dimulai.

Tangannya menggenggam tablet medis, sementara matanya menatap setiap pintu yang dilewatinya. Semua terasa terlalu rapi, terlalu sunyi. Hanazawa adalah rumah sakit swasta dengan reputasi internasional, namun sistem keamanannya seolah memiliki lapisan-lapisan tersembunyi yang tidak lazim untuk sebuah institusi medis.

Ia berhenti di depan ruang administrasi laboratorium, menempelkan kartu identitasnya. Pintu otomatis terbuka, disambut aroma antiseptik dan suara mesin pendingin data server yang berdengung halus.

Xia langsung menyalakan terminal utama, memasukkan kode akses khusus yang hanya dimiliki oleh dokter penanggung jawab riset.

Beberapa detik kemudian, layar menampilkan daftar log aktivitas pengguna. Dan di sanalah, sebuah nama muncul berulang kali, di jam-jam yang seharusnya kosong dari aktivitas.

Dr. Kano Ryou Division of Genetic Research.

Xia menatap layar itu lama.

Divisi genetika? Mengapa seseorang dari divisi itu mengubah hasil tes darah Yu Liang?

Dia menggeser layar, memeriksa lebih dalam.

Setiap kali data pasien diperbarui, ada tanda waktu yang dikunci dengan enkripsi yang sulit diuraikan.

Tapi dia mengenali pola itu. Pola khas dari sistem yang biasa digunakan oleh Yang Group, perusahaan yang dia pimpin diam-diam.

Darahnya berdesir.

Hanazawa seharusnya tidak memiliki akses ke sistem itu.

“Xuan,” panggilnya lirih, menekan tombol komunikasi di jam pintarnya.

“Aku ingin tahu siapa yang menanamkan sistem enkripsi internal tipe-47 di server Hanazawa. Cari tahu hubungan antara Dr. Kano Ryou dan pihak administrasi pusat. Aku ingin laporan dalam satu jam.”

“Baik, Nona Xia,” jawab suara Xuan cepat.

“Tapi… Nona yakin tidak ingin melibatkan dewan medis? Ini sudah masuk ranah keamanan industri.”

“Tidak,” potong Xia tegas.

“Jika mereka tahu aku di sini, semua ini akan menghilang sebelum matahari terbit.”

Ia menutup koneksi, pandangannya kembali menatap layar terminal yang kini menampilkan data biometrik Yu Liang.

Ada sesuatu yang janggal di sana.

Darah Yu Liang menunjukkan indikasi modifikasi genetik tingkat rendah, jejak yang tidak mungkin muncul secara alami.

“Genetik…” gumamnya pelan. “Apa yang sebenarnya mereka lakukan padamu, Yu Liang?”

Suara langkah kaki di luar ruangan membuat Xia menoleh cepat.

Ia segera mematikan layar dan berpura-pura memeriksa berkas di meja.

Pintu terbuka pelan, dan seorang pria muda dengan jas laboratorium masuk, namanya tertera di papan nama: Dr. Kano Ryou.

Tatapan mereka bertemu.

Hening sesaat.

“Ah, Anda Dokter Yang,” sapanya dengan senyum yang terlalu tenang. “Dokter, Luar Negeri yang baru datang hari ini? Tidak banyak yang bekerja sepagi ini.”

Xia membalas senyumnya. Tipis, nyaris dingin.

“Begitu juga Anda, Dokter Kano.”

“Begitulah kalau seseorang punya pasien penting,” ucapnya santai.

“Saya dengar Anda menangani pasien bernama Yu Liang?”

Nada suaranya terdengar ringan, tapi mata itu tajam, mengawasi.

Xia merasakan sensasi dingin menjalari tengkuknya.

“Benar,” jawabnya tenang. “Ada yang ingin Anda sampaikan tentangnya?”

Pria itu tersenyum lagi, kali ini lebih kecil.

“Tidak. Hanya ingin mengingatkan… beberapa pasien di sini punya riwayat yang tidak seharusnya dibuka siapa pun.”

Xia menatapnya tanpa berkedip.

“Termasuk oleh dokter mereka sendiri?”

Kano tertawa pelan. “Kadang… bahkan lebih berbahaya jika dokter tahu terlalu banyak.”

Dia meninggalkan ruangan dengan langkah tenang, tapi aroma ancaman menggantung di udara lama setelah pintu tertutup.

Xia berdiri diam beberapa detik, lalu membuka lagi layar terminalnya dengan perintah suara pelan. Tatapannya kali ini bukan lagi tatapan seorang dokter.

Melainkan tatapan seorang pemimpin yang siap menyingkap sesuatu yang telah lama dikubur.

“Kalau begitu,” bisiknya dingin,

“Mari kita lihat… seberapa dalam rahasia Hanazawa ini.”

..

Suara langkah kaki pelan terdengar memasuki ruangan.

Yu Liang membuka matanya perlahan, menatap samar cahaya lampu lembut yang memantul di dinding putih.

Di depan tempat tidurnya berdiri seorang wanita muda dengan jas dokter. Wajahnya teduh namun matanya menyimpan sesuatu yang sulit dijelaskan.

“Hei… kau mengenaliku?” tanya Xia pelan, suaranya lembut tapi ragu.

Yu Liang menatapnya lama, seolah berusaha menembus kabut dalam pikirannya. Lalu, perlahan, ia mengangguk.

Xia menarik napas lega, senyum kecil terlukis di wajahnya.

“Baiklah,” ujarnya lirih, lalu melangkah mendekat untuk memeriksa keadaan pasiennya.

Namun, ketika jemarinya menyentuh nadi pria itu, matanya membulat pelan. Nadinya stabil. Kuat.

Tubuh yang seharusnya masih lemah setelah operasi berat, justru menunjukkan ketahanan yang tak masuk akal.

Bagaimana bisa… pria ini masih sekuat ini?

Namun sebelum sempat berpikir lebih jauh, sesuatu bergetar di udara. Tatapan mata Yu Liang tiba-tiba berubah, dan sekelebat potongan gambar melintas di balik iris matanya.

Kilasan samar, seperti potongan video masa lalu.

Xia membeku.

Ia bisa melihatnya.

“Tidak… jangan sekarang…” bisiknya terguncang.

“Bukan waktunya…”

Entah mengapa, seolah memahami ucapannya, bayangan itu perlahan memudar lenyap begitu saja, seakan tak pernah ada.

Xia menatap kosong beberapa detik, napasnya tersengal. Ia tak mengerti apa yang baru saja terjadi.

Ia menelan ludah, berusaha menenangkan diri.

“Apa kau… merasakan sesuatu yang tidak nyaman pada tubuhmu?” tanyanya hati-hati.

Yu Liang menoleh perlahan, menatapnya dengan senyum hangat.

“Tidak,” jawabnya lembut. “Aku baik-baik saja.”

Senyum itu sederhana, tapi entah kenapa justru membuat Xia kehilangan kata.

Bagaimana mungkin seseorang yang baru saja bertarung antara hidup dan mati, bisa tersenyum setenang itu?

Tanpa sadar, setetes air mata menuruni pipi Xia.

Yu Liang terkejut melihatnya. Dengan sisa tenaga, ia mencoba mengangkat tangannya, memanggil lirih,

“Dokter… kau baik-baik saja?”

Xia tersenyum, menggeleng pelan, lalu tertawa kecil di antara air matanya.

“Ya. Aku baik-baik saja.”

Yu Liang menghela napas lega, lalu menatap langit-langit ruangan. Suara hujan di luar terdengar samar, menyatu dengan kata-katanya yang pelan namun tajam menembus hati.

“Terkadang,” ujarnya lirih,

“Apa pun yang kita hadapi… hanya kita sendiri yang mampu menanggungnya. Jangan berharap pada siapa pun, karena semua itu akan sia-sia.”

Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan dengan senyum yang nyaris sendu,

“Yang bisa kita lakukan hanya… bertahan. Hingga waktu yang ditentukan.”

Xia terdiam, menatap wajah pria itu.

Dan untuk pertama kalinya, ia menyadari, mungkin, luka yang dibawa Yu Liang bukan sekadar fisik.

Ada sesuatu di dalam dirinya… sesuatu yang jauh lebih dalam, dan mungkin, terlalu berat untuk ditanggung seorang diri.

1
Om Ganteng
Lanjut thorrr💪
Om Ganteng
Yang Xia
Om Ganteng
Chen Wei
Om Ganteng
Yang Xia/Determined/
Om Ganteng
Yu Liang/Sob/
Om Ganteng
Thor... apa ini Yu Menglong?
Zerine Leryy
Thor, Yu Liang... seperti Yu Menglong/Sob//Sob/
Zerine Leryy
Guang Yi keren...
Zerine Leryy
Bagus, lanjutkan Thor... Semoga ceritanya bagus sampai akhir/Good//Ok/
Zerine Leryy
Yang Xia dibalik Yang Grup, Guang Yi dan Feng Xuan 👍 perpaduan keragaman yang keren
Zerine Leryy
Ceritanya bagus, Sangat jarang ada Ceo wanita yang tangguh seperti Yang Xia.
☘☘☘yudingtis2me🍂🍋
Jelek nggak banget!
Yue Sid
Aduh, cliffhanger-nya bikin saya gak tahan nunggu, ayo lanjutkan thor!
Gladys
Asik banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!