Kania nama gadis malang itu. Kehidupan sempurnanya kemudian berantakan setelah sang ibu meninggal dunia. Ayahnya kemudian menikahi janda beranak satu di desanya. Kehidupan bahagia yang sempat dirasakannya di masa lalu terasa seperti barang mewah baginya. Kania nama gadis malang itu. Demi menutupi utang keluarganya, sang ayah bahkan tega menjualnya ke seorang rentenir. Pernikahannya bersama rentenir tua itu akan dilaksanakan, namun tiba-tiba seorang pria asing menghentikannya. " Tuan Kamal, bayar utangmu dulu agar kau bebas menikahi gadis mana pun", pria itu berucap dingin. Hari itu, entah keberuntungan atau kesialan yang datang. Bebas dari tuan Kamal, tapi pria dingin itu menginginkan dirinya sebagai pelunas utang. Kania nama gadis itu. Kisahnya bahkan baru saja dimulai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourfee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
Kania Winara turun lebih dulu ke lantai satu. Gadis itu berniat membantu Bi Ratih menata makanan di meja makan. Derap langkah kakinya sedikit mengganggu seorang pria yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Pria itu mendongak, terpaku menatap pemandangan indah di depan sana.
Inikah istri Edward? Batin pria itu. Kania tidak sadar jika dirinya tengah menjadi pusat perhatian pria itu. Tiba di anak tangga terakhir gadis itu berbelok, berencana pergi ke dapur.
"Ehem". Eh siapa itu? Kania Winara menoleh, sedikit kaget.
"Maaf mengejutkanmu. Aku Felix Senav, orang kepercayaan sekaligus kakaknya Edward. Kau istrinya Edward?" Felix terlihat penasaran.
"Oh salam kenal, Tuan. Aku Kania Winara. Tuan bisa memanggilku Kania". Gadis itu sedikit menundukkan wajahnya. Agak canggung melihat pria asing itu menatapnya dengan intens.
"Jangan memanggilku, Tuan. Panggil saja Felix. Atau kau bisa memanggilku Kak Felix. Aku lebih tua darimu, kan?"
"Baiklah Kak Felix. Senang berkenalan denganmu. Kalau begitu aku ke dapur dulu". Gadis itu berlalu. Padahal, Felix Senav masih ingin berbincang-bincang dengannya.
"Si kunyuk itu. Pintar sekali mencari istri. Gadis secantik ini mau menikah dengannya?
Eh, tapi siapa yang bisa menolaknya? Dari tampang dan kekayaannya, seharusnya banyak gadis yang ingin menjadi nyonya di rumah ini. Tunggu, apakah aku sedang memuji pria sinting itu? Cih sungguh-sungguh menggelikan". Felix menepuk pelan bibirnya yang telah asal bicara.
Makan malam berjalan dengan khidmat. Suara dentingan sendok dan garpu terdengar bersahut-sahutan, mengisi kesunyian yang ada. "Kak Felix, apa kau ingin menambah nasinya?" Kania bertanya pelan.
UHUK UHUK UHUK..
Edward Lamos tersedak. Tenggorokannya sakit sekali. Kania terlihat panik, gadis itu berusaha menepuk-nepuk dada sang suami.
Felix sedikitpun tak berniat membantu. Pria itu malah lebih fokus dengan pemandangan manis di depan matanya. Jika begini keadaannya, ia iri sekali pada kunyuk itu.
Edward Lamos berusaha menguasai dirinya. Apa yang ditangkap telinganya barusan? Gadis bodoh itu memanggil Felix dengan sebutan kakak? Akrab sekali kelihatannya, Edward nyinyir.
"Kalian sudah ngobrol sebelum ini?" Edward sebisa mungkin terlihat santai.
Kania memilih bungkam. Takut salah bicara. Ia tau suami sintingnya itu sensitif sekali.
"Ya, tadi aku mengajaknya berkenalan. Kau tidak keberatan bukan?" Edward mendelikkan bola matanya. "Jadi kalian ngobrol tanpa sepengetahuanku, terus kenapa kau dipanggil kakak oleh istriku?"
Felix tersenyum tipis. Puas sekali melihat reaksi Edward.
Kania memutar bola matanya jengah. Suaminya mulai kumat.
"Ya mana mungkin aku memanggilnya nenek? Kak Felix lebih tua dariku. Aku hanya menghormatinya". Dua pria itu memberikan reaksi berbeda. Jika Edward terlihat sangat marah, Felix Senav mati-matian menahan tawanya. Lucu sekali melihat interaksi kedua manusia itu.
"Heh, baru sebentar kau bergaul dengan Felix, kau sudah berani melawanku".
"Sinting". Maki Felix pelan.
"Apa katamu? Felix Senav, menyesal sekali aku mengajakmu ke sini". Lihatlah, pria itu drama sekali.
"Kania, berhentilah memanggilnya kakak. Dia bukan kakakmu. Kau bisa memanggilnya Felix. Demi kenyamanan bersama".
"Aku tidak mau. Kenyamanan bersama katamu. Siapa yang nyaman. Aku tidak nyaman bersikap tidak sopan pada orang yang lebih tua". Edward bangkit dari kursinya. Selera makannya menguap entah ke mana. Bisa-bisa gadis itu membela pria lain di depannya. Pria itu memilih pergi ke ruang tamu, meninggalkan dua manusia berbeda gender di meja makan itu.
Kania meringis tidak enak pada Felix. Gadis itu takut sikap kekanakan suaminya membuat pria itu tersinggung.
"Maaf Kak Felix. Mungkin Kak Edward sedang lelah. Aku yakin suamiku tidak bermaksud begitu".
Felix semakin iri hati. Lihatlah, gadis itu terlihat lebih dewasa dari pria sinting itu
"Hahahaha, aku sudah lama mengenalnya. Justru aku takut kau yang akan tidak nyaman dengan sikap semena-menanya. Maafkan adik kecilku Kania. Dia memang kurang didikanku akhir-akhir ini".
Kania manggut-manggut bak orang mengerti. Gadis itu memutuskan untuk menyusul suami anehnya. Makan malamnya nanti saja.
Edward memalingkan wajahnya ketika melihat kedatangan istrinya. "Buat apa kau ke sini? Lanjutkan saja makan malammu dengan pria itu". Kania mendekat. Berusaha meredakan emosi suaminya.
"Kak, aku hanya menghargainya sebagai temanmu tidak lebih. Kau pikir aku seberani itu sampai-sampai aku bertindak kurangajar pada pria yang menebusku? Aku tidak sebodoh itu kau tenang saja". Kania menghembuskan napasnya pelan.
"Kania, aku tidak suka pengkhianatan. Jangan merusak kepercayaanku, Kania. Kumohon". Edward Lamos bahkan enggan menatap ke arah istrinya.
"Aku akan menunjukkan sopan santunku sebagai gadis yang kau tebus, Kak Edward. Tidak akan ada pengkhianatan dariku. Kau tenang saja". Kania memilih mengalah. Ia tau kalau tidak begitu, bisa saja drama itu berlangsung lama.
Felix Senav mendekat ke arah pasangan itu.
"Untuk apa kau ke sini? Ekspresi wajahmu sungguh menggangguku. Kau benar- benar kakak yang menjengkelkan".
"Bersikaplah lebih dewasa, Edward. Kau pria beristri. Kasihan sekali adik iparku ini. Tiap hari harus mengurusi sikap kekanakanmu. Hei adik ipar. Jika pria ini menyakitimu, hubungi aku. Dengan senang hati aku akan menghabisinya dengan tanganku sendiri".
Edward komat-kamit menyumpahi Felix Senav. Pria itu mirip sekali dengan pembawa berita gosip selebriti tanah air.