Nasib Si Kayya Yang Miskin

Tante Kinan mengajak Kayya ke belakang untuk memilih beberapa baju pesta. Kayya hanya melihat semuanya dengan wajah bingung.

"Bagaimana? Apakah ada yang kamu suka, Kay?"

Kayya tersenyum canggung sambil menggaruk pelipisnya. "Aku bingung, Tante. Gimana kalau tante yang pilihkan baju buat aku. Lagi pula aku belum pernah datang ke acara seperti ini," ujar Kayya jujur.

"Baiklah, kalau begitu tante yang pilihkan, kamu jangan protes, ya?" Tante Kinan mendorong Kayya dengan lembut ke arah lemari kaca yang besar.

Tante Kinan berjalan mondar mandir sambil sesekali menyentuh beberapa gaun. Dia menarik satu hanger dengan sebuah gaun bergantung dan kemudian mengembalikannya lagi, lalu mengambil satu lagi dan menaruhnya lagi, begitu seterusnya. Setelah setengah jam melihat tante Kinan belum memutuskan pilihannya. Kayya langsung menahan lengan tante Kinan. Dia khawatir bosnya menunggu terlalu lama.

"Tante, pilih saja yang sederhana. Saya khawatir pak Nicky kelamaan menunggu."

"Kamu tenang saja, dia sudah terbiasa menunggu," kata Tante Kinan terkekeh.

Wanita paruh baya itu lantas memilih tiga gaun. Satu berwarna champagne, satu berwarna Navy dan yang satu lagi berwarna Burgundy sesuai dengan warna rambut Kayya.

"Kayya, lihat ini, menurutmu mana yang lebih bagus? Atau sebaiknya kamu coba semua."

Tante Kinan mendorong ketiga gaun itu ke dekapan Kayya. Kayya akhirnya masuk ke dalam ruang ganti bersama tante Kinan. Tante Kinan mengambil gaun Navy pertama. Dia menatap gaun lalu kemudian ke arah Kayya, dia yakin gaun ini akan terlihat cocok di badannya. tetapi Kayya merasa tidak nyaman. Gaun dengan model strapless tanpa tali bahu itu, membuat Kayya hampir mendelik.

"Ta_tante itu terlalu terbuka, saya malu."

"Aduh, Kayya, Sayang, kamu itu cantik, badan kamu bagus. Kalau kamu pakai ini, tante yakin malam ini Nicky pasti ga akan bisa berpaling dari kamu."

"Tante, gimana kalau gaun yang lainnya saja."

"Ya sudah kamu coba yang ini, jangan ditolak lagi."

Kali ini gaun yang dipilih tante Kinan adalah gaun berwarna Champagne dengan model maxie. Gaun itu panjang menjuntai, dengan panjang lengan tiga perempat. Kayya menatap gaun itu sesaat dan kemudian mengambilnya dari tangan tante Kinan.

Saat Kayya mencoba gaun itu, dia agak kaget karena ukurannya sangat pas sekali di badan. Kayya mematut penampilannya di cermin.

Tante Kinan berdiri dibelakangnya sambil tersenyum, "Nah, ini baru pas."

Kayya berbalik dan tersenyum. "Saya pilih yang ini aja, gimana, Tan?"

"Kita minta pendapat Nicky aja, ya? Kalau tante, sih, Ok. Kamu cantik."

Tante Kinan tanpa ragu menarik tirai ke samping. Nicky yang sejak tadi menunggu sambil menggulir layar ponselnya, seketika langsung termangu.

"Gimana, Nick? Cantik tidak?"

"Cantik, Tan." Jawab Nicky tanpa mengalihkan pandangannya dari Kayya.

Kayya menunduk tidak berani mengangkat kepalanya. Mendapat pujian secara terang-tetangan seperti itu membuat dia merasa malu.

"Ya sudah, kalau begitu tante make over dia sekalian. Biar kalian bisa langsung berangkat. Khawatir nanti jalanan keburu macet."

Tante Kinan kembali membawa Kayya. Nicky masih tertegun di tempatnya. Dia tersenyum tipis mengingat penampilan Kayya hari ini.

Tante Kinan mengambil satu kotak sepatu. Dia sudah memastikan ukuran kaki Kayya sebelumnya jadi dia memberikan high heels pada Kayya.

"Kamu coba pakai ini, tingginya tidak lebih dari 10 centimeter."

"Ini pas sekali, Tan."

Tante Kinan sudah tidak banyak berkomentar, dia mulai merias wajah Kayya. Butuh waktu hampir setengah jam sebelum akhirnya Kayya siap. Tante Kinan terus berdecak kagum melihat penampilan Kayya.

"Ayo, kita minta pendapat Nicky. Setelah itu kalian bisa segera berangkat."

Nicky tidak banyak berkomentar kali ini, tetapi dari senyumnya yang lebar, tante Kinan tahu jika dia sangat puas.

"Eh, Nick, tante pinjam ponsel kamu sini."

Nicky menyerahkan ponselnya pada tante Kinan. Tante Kinan langsung menekan mode kamera dan mengambil foto mereka berdua. Tante Kinan tersenyum puas dan mengembalikan ponsel Nicky. Wanita paruh baya itu lalu mengeluarkan ponselnya sendiri dan mengambil foto mereka berdua.

"Saya juga mau simpan foto kalian, ya. Siapa tahu bisa saya pajang di butik saya ini," kata Tante Kinan sambil tertawa.

Nicky menggelengkan kepalanya melihat tingkah adik dari papanya ini. Nicky dan Kayya segera berangkat. Pertama mereka akan mampir ke tempat pesta anak kedua pemilik Hosana grup, lalu kemudian pergi ke acara amal.

Tiba di ballroom hotel tempat diadakannya pesta ulang tahun, Nicky dan Kayya turun bersama. Nicky berdiri bersebelahan dengan Kayya.

"Kamu jangan sampai jauh jauh dari saya. Di sini kita tidak lama."

"Ya, Pak."

Mendengar jawaban Kayya, Nicky lantas menoleh, "Ini diluar Kayya."

Kayya sedikit ragu sebelum akhirnya bersuara, "Ya, Kak Nicky."

"Nah, bagus."

Atas perintah Nicky, Kayya melingkarkan tangannya di lengan Nicky. Mereka berjalan menaiki tangga satu per satu. Mereka datang tanpa membawa hadiah apapun, karena Jovan sudah memesan kurir untuk mengirimkan hadiah dari Nicky tadi.

Kedatangan Nicky di sambut baik oleh tuan Galih Hosana. Pemilik Hosana Grup. "Tuan Nicky, senang melihat anda menyempatkan diri untuk datang."

Saat mendekati Nicky, tuan Galih memperhatikan Kayya. Dia agak terkejut seperti kolega Nicky yang lainnya. Ini kali pertama Nicky datang ke sebuah acara dengan seorang wanita.

"Jika boleh saya tahu, Nona cantik ini ...."

"Dia adalah Kayyana."

Kayya pun dengan sopan mengulurkan tangannya. Tuan Galih langsung menyambut uluran tangan Kayya dengan antusias.

"Wah, anda cantik sekali."

"Terima kasih atas pujiannya, Tuan Galih."

Tuan Galih akhirkan mempersilahkan Nicky dan Kayya masuk ke dalam. Nicky dan Kayya langsung menuju pada si empunya acara yakni putri kedua tuan Galih yaitu Maliya.

"Yang memakai gaun biru itu yang berulang tahun. Namanya Maliya. Nanti sapalah dia."

"Ya, Kak."

Sementara itu, di sisi Maliya, sekumpulan gadis sedang mengerumuninya sambil memuji muji Maliya. Gadis itu terlihat sangat senang mendengar pujian dari teman-temannya.

Saat Maliya sedang menatap sekelilingnya, Dia melihat Nicky berjalan bersama seorang wanita. Matanya seketika membulat.

"Kak Nicky!" Maliya berseru dan segera mendekati Nicky. Dia tidak mempedulikan para tamu yang menatap aneh ke arahnya.

"Nona Maliya," sapa Kayya.

"Kamu siapa?"

Kayya menoleh sejenak ke arah Nicky. Haruskah dia menjawab pertanyaan ini?

"Nona Maliya selamat ulang tahun, Maaf saya tidak bisa berlama-lama di sini karena ada urusan lain."

"Tunggu! Dia belum menjawab pertanyaanku."

Saat Nicky hendak berbalik, Maliya menarik pergelangan tangan Kayya dengan keras. Tarikan itu membuat Kayya yang memakai high heels hampir terjatuh. Untungnya tangan Nicky segera melingkar di pinggang Kayya dan menahan gadis itu.

"Maliya!" Tuan Galih mendekat dengan panik. Betapa bodohnya! Kenapa putrinya berulah disaat-saat seperti ini.

"Kak, katakan siapa gadis ini?"