Javier adalah seorang dokter legendaris bermata emas. karena suatu insiden membuatnya kehilangan ingatannya. Menikah dengan seorang wanita cantik secara kebetulan, membuat dirinya begitu di remehkan oleh keluarga si wanita.
Kemampuannya begitu sangat hebat dalam bidang medis. Matanya bersinar seperti Kilauan emas yang mampu melakukan segalanya.
Hingga akhirnya ingatan dan kemampuannya telah kembali, membuatnya bangkit merubah takdirnya.
Menjadi rebutan banyak wanita cantik, terkenal dan sangat di hormati. Javier adalah simbol pria sempurna di dunia.
"Kamu adalah dokter legendaris itu...?" ujar Clara.
"Aku hanya tidak ingin kamu minder saja," balas Javier.
"Kenapa kamu tidak mengatakannya sejak awal?" tanya Clara.
"Jika keluarga mu tahu bahwa aku dokter legendaris, aku tidak akan pernah tahu bahwa seluruh anggota keluargamu begitu kejam," jawab Javier.
Clara terdiam tertunduk tidak bisa berkata-kata. Perasaan bersalah memenuhi hati dan pikirannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 TUMOR OTAK
Shinta juga tidak menyangka Anton akan memberikan jawaban seperti itu. Siapa yang tidak mau di ajak makan malam bersama oleh seorang dokter jenius yang tampan, pikirnya.
"Jika dokter tidak keberatan, malam nanti saya mau membicarakannya sambil makan," ujar Shinta.
Anton juga menunjukkan senyuman di sudut bibirnya.
Sementara itu di rumah, Clara hari ini tidak masuk ke kantornya di karenakan badan dan pikirannya sedang tidak enak.
"Clara, bagus sekali akhirnya kamu dan si Javier yang tidak berguna itu telah bercerai," ujar Rita ibunya.
Rita tampak senang dan bersemangat sekali mengetahui bahwa Clara dan Javier telah bercerai. Clara baru menceritakan hal ini kepada kedua orang tuanya saja.
"Keputusanmu ini sangat tepat sekali, kamu begitu cantik, pasti akan banyak pria-pria hebat di luar sana yang tertarik kepadamu," sambung Rita.
"Apakah ibu pernah merasa sedikit bersalah karena selalu memperlakukan Javier dengan buruk sebelumnya?" tanya Clara.
"Kenapa ibu harus merasa bersalah... justru dia seharusnya berterima kasih karena keluarga kita sudah memberinya makan secara gratis selama beberapa tahun ini," jawab Rita.
Clara kemudian hanya diam, tapi tiba-tiba saja ibunya terbatuk-batuk. Rita batuk-batuk sambil memegangi dadanya yang begitu sakit. Kedua matanya tampak memerah dan wajahnya juga mulai pucat.
"Ibu baik-baik saja, biar aku ambilkan air," ujar Clara.
Belum sempat Clara beranjak untuk mengambil air, Rita kembali terbatuk parah dan tiba-tiba saja darah keluar dari hidungnya.
Darah segar keluar dari hidung dan langsung menetes jatuh ke lantai. Sontak saja Clara terkejut dan langsung menjadi panik.
"Ibu kenapa...?" Clara panik sekali.
Sementara Rita juga semakin bertambah pucat sekali. Tubuhnya terasa begitu dingin dan kepalanya serasa mau pecah. Kemudian Rita juga langsung terjatuh ke sofa dan tidak sadarkan diri.
Clara yang panik sekali juga langsung memanggil Andi ayahnya. Rita segera di naikan ke mobil dan mereka bawa ke rumah sakit.
Mobil yang di miliki oleh mereka adalah sebuah mobil tua, sehingga tidak dapat melaju dengan cepat.
Dua jam kemudian, Rita juga sudah sadar kembali. Kini dirinya sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Walaupun wajahnya masih pucat, tapi setidaknya Rita telah sadar.
Andi juga membuang selembar tisu dengan noda darah ke kotak sampah. Noda darah tersebut berasal dari darah yang keluar dari hidung Rita.
Dokter juga telah melakukan pemeriksaan terhadap Rita dan sebentar lagi hasilnya akan keluar.
"Ibu baik-baik saja?" tanya Shinta yang baru saja tiba dengan tergesa-gesa.
Begitu mendapatkan telepon dari Clara kakaknya mengatakan bahwa ibunya masuk rumah sakit, Shinta juga segera buru-buru untuk datang.
"Sebentar lagi hasil pemeriksaannya akan keluar," balas Clara.
Walaupun sudah sadar, namun kondisi Rita masih begitu lemah. Wajahnya masih terlihat pucat.
Mereka semua hanya bisa menunggu dokter saat ini untuk mengetahui sebenarnya penyakit apa yang di derita Rita, sehingga sampai membuat darah keluar dari hidungnya.
Tidak lama kemudian, seorang dokter pria juga mulai masuk ke dalam ruangan mereka dengan membawa selembar kertas. Wajah dokter itu tampak begitu sangat serius dan tegang. Sedangkan selembar kertas itu adalah hasil dari pemeriksaan kondisi tubuh Rita.
"Dokter bagaimana kondisi ibu saya?" tanya Clara.
"Dengan berat hati saya akan menyampaikan, menurut hasil dari pemeriksaan ini, nyonya Rita menderita tumor otak di kepalanya," jawab dokter.
"Apa..." sontak saja semua orang di ruangan itu terkejut.
Tumor otak adalah salah satu penyakit paling berbahaya yang ada. Ternyata Rita mengidap penyakit tumor otak di kepalanya.
Rita sendiri juga tidak menyangka dirinya ternyata menderita tumor otak. Dirinya hanya batuk-batuk saja sebelumnya dan selalu lebih baik jika meminum obat yang di belinya di warung. Perasaan Rita begitu kacau saat ini, air mata juga mulai menetes dengan sendirinya.
Andi sebagai suaminya juga segera duduk di sebelahnya memegangi tangan Rita istrinya.
"Dokter tolong selamatkan ibu saya!" pinta Shinta dan Clara dengan panik.
"Tumor di kepala nyonya Rita ukurannya sudah cukup besar, cara satu-satunya adalah dengan melakukan operasi pengangkatan tumor," balas dokter.
"Namun operasi ini resikonya terlalu besar, saat ini kemungkinan untuk bisa berhasilnya di bawah 20 persen," sambung dokter.
Sontak saja semua orang di ruangan itu langsung menjadi lemas. 20 persen kemungkinan berhasil sangatlah kecil sekali. Dapat di simpulkan bahwa kemungkinan besar operasinya akan gagal.
"Dengan kondisi tumor yang sudah seperti ini, kemungkinan nyonya Rita hanya mampu bertahan hidup tidak lebih dari 3 bulan lagi," ujar dokter memvonis.
"Aku sarankan untuk tidak melakukan operasi, dengan kemampuanku yang sekarang, peluangnya sangatlah kecil, dari pada gagal, lebih baik bisa hidup lebih lagi," sambung dokter.
Dokter hanya bisa memberikan saran yang terbaik walaupun itu berat. Bisa hidup lebih lama lagi itu jauh lebih berharga dari pada mempertaruhkan nya, pikirnya.
"Huhu..." Rita juga menangis histeris.
Dirinya tidak akan hidup lebih lama lagi, padahal masih banyak keinginan yang belum tercapai. Andi di sebelahnya juga memeluk istrinya mencoba menguatkannya.
Shinta sebagai mahasiswi kedokteran juga tahu tentang hal ini. Melakukan operasi tumor otak bukanlah hal mudah. Kesalahan sekecil apapun yang terjadi, maka operasinya akan gagal dan mengancam nyawa penderitanya.
Kedua mata Clara juga mulai berlinang dengan air mata. Walaupun perilaku ibunya kurang baik, tapi dia tetaplah orang tuanya. Tidak ada anak yang tidak sedih dan hancur mengetahui kondisi ibunya seperti ini.
"Dokter, apa memang sudah tidak ada cara lain lagi?" tanya Clara dengan lemah.
Dokter menjelaskan bahwa sebenarnya ada seorang dokter yang sangat luar biasa bisa yang bisa menyembuhkan tumor otak ini dengan mudah. Dia adalah seorang dokter dari negara Jayaraya yang di kenal sebagai dokter legendaris bermata emas.
"Namun sayangnya dokter legendaris telah lama menghilang, dan tidak ada yang tahu keberadaannya sampai saat ini," sambung dokter tidak berdaya.
"Dokter legendaris...?" Clara belum pernah mendengarnya.
Sedangkan Shinta sendiri pernah mendengarnya dari para dosen yang ada di kampusnya. Para dosen-dosen terus mengatakan bahwa dokter legendaris adalah seorang dokter luar biasa yang pernah ada.
"Tidak ada penyakit yang tidak bisa dia sembuhkan, seluruh petinggi-petinggi dunia ingin sekali menjalin hubungan dengannya, namun sosoknya begitu misterius, sehingga tidak ada satupun yang tahu wajahnya sampai saat ini," ujar dokter.
"Aku rasa hanya dokter legendaris lah yang bisa menyelamatkan nyonya Rita," sambung dokter.
Dokter kemudian pamit untuk pergi karena masih ada pasien yang harus dia periksa.
Walaupun ada harapan untuk Rita, tapi dokter legendaris itu telah menghilang cukup lama, jadi juga percuma saja.
Di saat ibunya masih terus menangis dan ayahnya mencoba menenangkannya, Clara tampak bingung apa yang harus di lakukan saat ini.
Jika melakukan operasi kemungkinan berhasil sangat kecil, jika gagal ibunya tidak akan bertahan. Namun jika di biarkan saja, setidaknya ibunya masih bisa hidup beberapa bulan lagi, pikir Clara.
Sedangkan tentang dokter legendaris, Clara juga tidak mempertimbangkannya. Mendengar bahwa dokter itu sudah lama menghilang dan begitu misterius, tidak mungkin untuk mencarinya meminta bantuan.
"Kak, aku rasa aku masih ada cara untuk kesembuhan ibu," ujar Shinta secara tiba-tiba.
"Cara apa itu?" tanya Clara.
Shinta menjelaskan bahwa dirinya mengenal seorang dokter hebat yang di juluki sebagai dokter ajaib. Namanya adalah dokter Anton. Anton adalah dokter yang baru saja kembali dari luar negeri.
Reputasinya di luar negeri sangatlah luar biasa. Banyak operasi-operasi berbahaya yang selalu berhasil dia lakukan.
"Aku rasa jika dokter Anton yang melakukan operasi terhadap ibu, pasti peluang berhasilnya jauh lebih besar," sambung Shinta.
Perkataan Shinta ini jelas membawa angin segar bagi keluarga mereka. Rita seolah kembali mendapatkan harapan untuk bisa sembuh.