Di tengah hamparan alam semesta yang tak terbatas, jutaan dunia dan alam berputar dalam siklus abadi. Dari yang paling terang hingga yang paling gelap, dari yang paling ramai hingga yang paling sepi. Namun, di balik semua keindahan dan misteri itu, satu pertanyaan selalu berbisik di benak setiap makhluk: siapa sebenarnya yang berkuasa? Apakah manusia yang fana? Dewa yang dihormati? Atau entitas yang jauh lebih tinggi, yang bahkan para dewa pun tak mampu melihatnya?
Pertanyaan itu memicu hasrat tak terpadamkan. Banyak manusia, di berbagai dunia, memilih jalan kultivasi. Mereka mengorbankan waktu berharga, sumber daya, dan bahkan nyawa untuk satu tujuan: keabadian. Mereka menghabiskan usia demi usia, mengumpulkan energi langit dan bumi, hanya untuk menjadi lebih kuat, untuk hidup selamanya. Jalan menuju keabadian bukanlah jalan yang mudah. Keserakahan, ambisi, dan iri hati menjadi bayangan yang selalu mengikuti, mengubah sahabat menjadi musuh dan mengubah kedamaian menjadi kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Tujuan Baru dan Perbincangan Para Master
Setelah ledakan dahsyat mereda, meninggalkan Lembah Pedang dalam kehancuran, keheningan kembali menyelimuti area itu. Zhong Li dan Pedang Immortal masih berhadapan, tetapi ketegangan dari pertarungan sudah sirna, digantikan oleh rasa saling menghormati. Zhong Li melirik Pedang Immortal, lalu mengucapkan terima kasih dengan singkat. Tanpa menunggu balasan, ia berbalik dan berjalan santai meninggalkan lembah.
"Kau akan pergi kemana setelah ini?" tanya Pedang Immortal, suaranya tenang.
Zhong Li tidak menoleh. "Aku akan pergi ke Alam Demon," jawabnya, suaranya mantap.
Mendengar itu, Pedang Immortal tidak lagi bertanya. Ia tahu, tujuan Zhong Li ke Alam Demon pasti ada hubungannya dengan dua permintaan pertama yang ia ajukan. Ia membiarkan Zhong Li pergi, menyaksikan punggung pria berambut perak itu menghilang di balik kabut.
°°°
Sesaat setelah Zhong Li pergi, sebuah riak di udara muncul di samping Pedang Immortal. Pedang Suci, dengan teknik pergerakan manipulasi ruangnya, tiba di Lembah Pedang. Ia adalah sosok yang sama agungnya dengan Pedang Immortal, dan mata tuanya memancarkan kebijaksanaan yang mendalam.
"Dia orang yang kuat," ucap Pedang Suci, menatap ke arah Zhong Li menghilang. "Jarang sekali ada seseorang yang mencapai puncak, apalagi dia terlihat begitu muda. Namun, anehnya, kekuatannya tidak dapat kurasakan."
"Dia bukanlah kultivator biasa," jawab Pedang Immortal, masih menatap ke kejauhan. "Kekuatan fisiknya setara dengan puncak tertinggi. Tapi yang lebih mengejutkan, dia memiliki Api Surgawi, sesuatu yang hanya bisa dimiliki oleh para dewa."
Pedang Suci mengangguk. "Itu menjelaskan mengapa dia begitu kuat. Jadi, dia adalah Dewa Api Surgawi yang disebutkan dalam legenda?"
"Aku tidak yakin," kata Pedang Immortal. "Tapi dia memiliki pedang yang sangat kuat, pedang yang dibuat dari Kristal Langit Kuning. Itu adalah material yang sudah lama tidak terlihat di Alam Atas."
Di antara para master puncak yang menyaksikan pertarungan dari jauh, perbincangan riuh terjadi.
"Siapa sebenarnya pemuda itu?" tanya Master Puncak Kedua, matanya masih terbelalak kaget. "Dia bisa menandingi Pedang Immortal tanpa menggunakan energi spiritual?"
"Kekuatannya sangat luar biasa," sambung Master Puncak Kelima. "Pedang Immortal bahkan tidak bisa mengalahkannya. Ini adalah hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya!"
Di tengah perbincangan itu, Ling Fei, master Puncak Ketiga, hanya terdiam. Ia melihat kembali sosok Zhong Li, mengingat saat ia marah padanya. Ia sadar, Zhong Li bukanlah sekadar kultivator sombong, melainkan entitas yang jauh lebih besar dari yang ia bayangkan. Ia merasa sedikit malu, namun juga bangga karena bisa bertemu dengan sosok seperti itu.
Sementara itu, Zhong Li terus berjalan, meninggalkan lembah pedang, dengan tujuan yang jelas di benaknya. Alam Demon menunggunya, dan di sana ia akan menemukan bunga yang ia butuhkan, serta mungkin, jawaban atas semua misteri di balik jatuhnya ia dari Alam Ilahi.
Zhong Li meninggalkan Sekte Pedang Langit, tekadnya bulat. Ia harus mengembalikan ingatannya, dan satu-satunya kunci adalah Pil Pencerah Ingatan. Perjalanan ke Alam Iblis bukanlah hal sepele, bahkan para kultivator paling berani di Alam Atas pun enggan mendekati tempat itu. Alam ini dipisahkan oleh Jurang Kegelapan, sebuah celah tak berdasar yang diselimuti kabut hitam pekat dan memancarkan aura iblis yang mencekam. Namun, dengan Kristal Iblis yang ia peroleh dari Sekte Naga Hitam, Zhong Li memiliki kunci untuk membuka gerbang itu.
Setelah beberapa hari berjalan, ia tiba di sebuah tebing terjal yang menghadap ke jurang. Kabut hitam berputar-putar di bawah, mengeluarkan bisikan-bisikan aneh yang bisa mengganggu pikiran. Zhong Li mengangkat kristal merah gelap itu. Kristal tersebut berdenyut dengan cahaya, seolah merespons energi di bawahnya. Dengan sedikit dorongan energi dari tubuhnya, kristal itu bersinar terang, memancarkan aura iblis yang kuat. Di tengah jurang, sebuah pusaran hitam mulai terbentuk, perlahan membuka sebuah gerbang yang terbuat dari energi spiritual iblis.
Tanpa ragu, Zhong Li melompat. Ia merasakan kekuatan hisap yang luar biasa, menariknya ke dalam kegelapan. Sensasi itu berlangsung singkat sebelum ia terlempar ke dunia yang asing dan mengerikan. Langitnya berwarna merah darah, tanahnya tandus dan retak, dan udara dipenuhi dengan energi iblis yang tebal, terasa seperti cairan. Di kejauhan, gunung-gunung tajam menjulang dengan bentuk-bentuk aneh, seolah terbuat dari tulang raksasa yang hangus.
"Ini... Alam Iblis," gumam Zhong Li, matanya yang keemasan menyala.
Ia berjalan selama berminggu-minggu, menghadapi makhluk-makhluk iblis yang mengerikan. Ada yang berwujud serigala dengan tanduk di kepala, ada yang seperti laba-laba raksasa dengan delapan mata merah, dan ada pula yang berbentuk seperti naga dengan sayap kelelawar. Mereka menyerang Zhong Li dengan ganas, tetapi kekuatan fisiknya yang luar biasa membuat mereka tak berdaya. Ia melumpuhkan mereka satu per satu, mengajari mereka bahwa kekuatan tidak selalu harus kejam.
Perjalanannya membawanya ke sebuah hutan yang aneh. Pepohonannya berwarna hitam pekat, dengan daun-daun yang tajam seperti pedang. Di dalam hutan ini, ia merasakan sebuah aura spiritual yang berbeda, lebih lembut dan lebih hangat. Itu adalah aura yang ia cari. Ia tahu bahwa di sinilah tempat Bunga Penenang Jiwa tumbuh.
Setelah menelusuri hutan yang gelap dan sunyi, ia menemukan sebuah danau kecil dengan air yang jernih. Di tengah danau itu, sebuah pulau kecil muncul. Di atas pulau itu, tumbuhlah sebuah bunga yang indah. Kelopaknya berwarna biru terang, memancarkan cahaya lembut, dan di tengahnya, sebuah inti emas berdenyut, mengeluarkan aura ketenangan yang menenangkan.
Namun, sebelum Zhong Li bisa mengambilnya, air danau bergejolak hebat. Seekor naga air iblis raksasa muncul dari dalam air, mengaum dengan marah. Naga itu memiliki sisik hitam yang berkilauan dan mata merah yang menyala, dan ia adalah penjaga bunga itu.
Zhong Li tidak gentar. Ia mengangkat tangannya dan memanggil Api Surgawi miliknya. Naga itu mengaum lagi, memuntahkan gelombang air iblis yang kuat ke arah Zhong Li. Zhong Li dengan mudah menangkis serangan itu dengan api emasnya. Pertarungan pun dimulai.
Naga air itu sangat kuat, serangannya cepat dan brutal. Ia menyemburkan air iblis yang bisa merusak tulang dan daging, namun api surgawi Zhong Li membakar air itu sebelum sempat mengenainya. Zhong Li melesat di udara, menghindari serangan cakar dan ekor naga yang mematikan. Ia bertarung dengan tangan kosong, setiap pukulannya menciptakan gelombang kejut yang meretakkan sisik naga itu. Naga itu balas menyerang dengan memanipulasi air di sekitarnya, menciptakan pusaran air dan gelombang pasang yang besar.
Pertarungan itu berlangsung selama berjam-jam. Akhirnya, Zhong Li tahu ia tidak bisa membunuh naga itu. Ia harus mengalahkannya. Ia menunggu waktu yang tepat, saat naga itu melancarkan serangan air terkuatnya. Zhong Li melesat ke arahnya, mengayunkan tinjunya dengan kekuatan penuh. Pukulan itu mengenai kepala naga itu, membuatnya pingsan dan jatuh kembali ke dalam danau.
Dengan naga itu lumpuh, Zhong Li melompat ke pulau kecil itu dan mengambil Bunga Penenang Jiwa. Saat menyentuh bunga itu, ia merasakan sebuah kehangatan yang luar biasa, dan sebuah ingatan samar kembali padanya. Ia melihat seorang wanita cantik dengan rambut hitam panjang, tersenyum padanya, memanggil namanya. Ia tahu, wanita itu adalah seseorang yang sangat penting baginya.