Arzhel hanyalah pemuda miskin dari kampung yang harus berjuang dengan hidupnya di kota besar. Ia terus mengejar mimpinya yang sulit digapai.nyaris tak
Namun takdir berubah ketika sebuah E-Market Ilahi muncul di hadapannya. Sebuah pasar misterius yang menghubungkan dunia fana dengan ranah para dewa. Di sana, ia dapat menjual benda-benda remeh yang tak bernilai di mata orang lain—dan sebagai gantinya memperoleh Koin Ilahi. Dengan koin itu, ia bisa membeli barang-barang dewa, teknik langka, hingga artefak terlarang yang tak seorang pun bisa miliki.
Bermodalkan keberanian dan ketekunan, Arzhel perlahan mengubah hidupnya. Dari seorang pemuda miskin yang diremehkan, ia melangkah menuju jalan yang hanya bisa ditapaki oleh segelintir orang—jalan menuju kekuatan yang menyaingi para dewa itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14 Pertemuan tak terduga
Mendengarnya saja sudah membuat air liurnya menetes. “Pesan semua. Cepat antar.”
☎️ “Segera, Tuan.”
Arzhel meletakkan gagang telepon dan kembali rebahan, kali ini dengan sedikit senyum. Ironis. Baru beberapa jam lalu ia hampir mati dikeroyok, lalu diusir dari tempat tinggalnya.
Tapi sekarang? Ia berada di kamar mewah, menunggu hidangan yang bahkan belum pernah ia cicipi seumur hidupnya.
Arzhel bangkit, lalu mengambil dua kantong plastik besar penuh barang belanjaan miliknya dan menuangkannya di atas kasur hotel, membuat tempat tidur mewah itu berubah menjadi etalase toko kelontong dalam seketika.
Sikat gigi aneka warna, odol dengan berbagai rasa mint hingga herbal, shampo aroma lavender dan jeruk segar, alat cukur, minuman-minuman berenergi, hingga camilan ringan.
“Lumayan banyak,” gumamnya sambil mengusap dagu.
Arzhel menyalakan ponsel miliknya, membuka aplikasi Market Ilahi lalu men-scan satu per satu barang itu kecuali keripik kentang dan mie instan hingga lenyap dan berpindah ke dalam ponselnya.
✨ [Scan berhasil]
Seperti biasa, Arzhel menambahkan deskripsi yang agak dilebih-lebihkan untuk barangnya. Lalu menetapkan harga mulai dari 70 sampai 100 Koin Ilahi.
Dalam hitungan menit, etalase tokonya di market ilahi sudah penuh dengan barang-barang kebutuhan harian yang di mata manusia biasa, tak ada istimewanya. Tapi di dunia para dewa, itu adalah barang eksotis yang sulit mereka dapatkan.
Arzhel tersenyum puas. “Etalase sudah siap. Sekarang tinggal menunggu para pembeli datang.”
Ia lalu membuka menu chat. Sebuah nama yang sudah tak asing lagi muncul di daftar pesan: Dewa Kuliner.
Arzhel mengetik cepat:
Arzhel, Dewa Modern✈️: “Aku punya produk baru untukmu!”
Balasan datang hampir seketika.
Dewa Kuliner🍜: “Astaga, kau membuatku menunggu! Kirim cepat, aku sudah tidak sabar!”
Arzhel terkekeh. Ia menggeser beberapa bungkus makanan instan ke sisi tempat tidur: keripik kentang renyah, mie instan rasa kaldu ayam, bawang bombai, dan kari pedas. Ia langsung mengirimkan semuanya kepada Dewa Kuliner.
Balasan masuk lagi, penuh antusiasme:
Dewa Kuliner🍜: “Keripik…? Apa itu? Dan mie instan varian rasa baru! Kau benar-benar penyelamatku, Dewa Modern. Aku tidak sabar mereview semua ini!😍”
Arzhel menyeringai tipis.
Arzhel, Dewa Modern✈️: “Silakan nikmati, Dewa. Kalau butuh lagi, pesan saja.”
Dewa Modern🍜: "Sipp👍"
Selesai dengan Dewa Kuliner, ia kembali membuka menu chat. Kali ini sebuah nama lain muncul, dengan aura yang lebih anggun dan elegan: Permaisuri Langit.
Arzhel menegakkan tubuhnya, mengetik lebih hati-hati, bahkan sopan.
Arzhel, Dewa Modern✈️: “Yang Mulia, maaf mengganggu. Aku baru saja mendapatkan beberapa barang yang mungkin cocok untuk kaum wanita. Jika Anda berkenan, saya bisa perlihatkan.”
Beberapa detik sunyi, lalu balasan muncul. Tulisan huruf keemasan muncul di layar:
Permaisuri Langit✨: “Barang untuk wanita…? Tunjukkan padaku! Jangan sampai produkmu mengecewakanku!”
Arzhel menghela napas panjang, lalu melirik kantong plastiknya lagi. Ada beberapa produk kecantikan dan kebutuhan wanita yang ia sengaja beli di supermarket tadi—body lotion wangi bunga, masker wajah, lip balm, hingga parfum botol kecil aroma Mawar."
Arzhel menatap layar ponselnya, jemarinya mengetik pelan namun penuh perhitungan:
Arzhel, Dewa Modern✈️: “Yang Mulia Permaisuri Langit, jika Anda menginginkan… saya bisa memastikan Anda menjadi yang pertama di antara para dewi yang menggunakan produk kecantikan ini. Tapi…”
Ia berhenti di situ, membiarkan pesannya menggantung cukup lama. Senyum licik terlukis di wajahnya.
Hanya beberapa detik berselang, notifikasi balasan masuk.
Permaisuri Langit✨: “Tapi apa? Jangan membuatku menunggu! Kau pikir aku tidak sanggup membayar? Berapa pun harganya, aku akan beli. Bahkan… suamiku, Dewa Langit, sanggup membeli seluruh harga dirimu itu!”
Arzhel menahan tawa, pundaknya berguncang kecil. Ia mengetik kembali dengan gaya penuh hormat, meski bibirnya menyunggingkan senyum licik.
Arzhel, Dewa Modern✈️: “Kebesaran dan kemuliaan Yang Mulia benar-benar tak tertandingi. Hamba hanya khawatir barang sederhana ini terlalu remeh bagi tangan seagung Permaisuri.”
Balasan tidak datang, hanya tiga titik yang menandakan sang permaisuri menunggu. Arzhel pun segera mengunggah barang-barang itu beserta harga yang dia tetapkan.
-Body Lotion – 150 koin ilahi
-Masker Wajah – 100 koin ilahi
-Lip Balm merah muda– 130 koin ilahi
-Shampo Bunga Lavender – 100 koin ilahi
-Parfum Mini Aurora Mist – 150 koin ilahi
"Ini adalah harga yang berani, semoga Permaisuri langit tidak marah dan membunuhku dengan serangan petir..." gumam Arzhel lirih sebelum menekan tombol konfirmasi.
Tak berselang lama, notifikasi beruntun memenuhi layar Arzhel:
🔔 [Permaisuri Langit membeli seluruh barang yang anda kirim, total 💰 +630 Koin Ilahi]
Total saldo anda: 💰
Arzhel menatap angka yang melonjak di akun marketnya, senyum lebarnya hampir tidak bisa disembunyikan.
Permaisuri Langit✨: “Aku akan mencobanya dulu. Jika sesuai ekspektasiku… aku sendiri yang akan mempromosikannya. Gratis. Kau harus merasa terhormat.”
Arzhel membalas dengan cepat, memainkan kata-kata manisnya:
Arzhel, Dewa Modern✈️: “Hamba sangat berterimakasih. Jika kecantikan Yang Mulia Permaisuri yang sudah tiada banding ini dipadukan dengan produk milik saya, maka seluruh langit akan semakin bersinar terang😆”
Permaisuri Langit✨: "Rupanya kau bisa memuji juga, ya?"
Arzhel terkekeh pelan. “Kalau ini sukses, aku bisa jadi pemasok resmi kecantikan dewi-dewi.”
Arzhel merebahkan tubuhnya setelah semua kesibukan bisnis dengan para dewa dan dewi ini menguras cukup banyak tenaganya. Namun tak lama kemudian....
Tok! Tok!
Suara ketukan pintu membuyarkan pikirannya. Dari luar terdengar suara lembut: “Pelayanan kamar, pesanan Anda sudah datang.”
"Akhirnya datang juga!" ucapnya antusias. Ia merapikan seprainya sedikit agar tidak mencurigakan.
"Aku datang!"
Arzhel berjalan menuju pintu. Ia sudah tak sabar ingin segera menyantap makanan yang tadi dipesan. Begitu pintu dibuka, seorang pelayan wanita masuk sambil mendorong gerobak penuh hidangan.
Arzhel sontak tertegun. Aroma steak, sup krim, dan roti hangat langsung memenuhi ruangan. Tapi itu bukan yang membuatnya tertegun.
Langkahnya terhenti. Matanya membesar sedikit. Pelayan itu menunduk sopan, lalu menoleh perlahan kearahnya.
Mata mereka bertemu. Hening sejenak. Waktu seakan berhenti.
“...Novita?” suara Arzhel nyaris tercekat.
Wanita itu tertegun, sedikit menggigit bibir bawahnya, lalu mengangguk pelan. “Iya… Arzhel.”
Sekujur tubuh Arzhel menegang. Sudah tujuh tahun lamanya sejak terakhir kali ia melihat wajah itu—wajah yang dulu begitu akrab, kini terasa asing sekaligus dekat.
“Lama sekali,” kata Arzhel, berusaha terdengar tenang. Tapi nada suaranya serak.
Novita tersenyum tipis, senyum yang masih sama, namun mata indahnya memantulkan kegugupan.
“Iya… sudah lama.” Tangannya sedikit gemetar saat menata piring di meja.
Arzhel hanya bisa menatap, lidahnya kelu. Ada ribuan kata yang ingin ia ucapkan, tapi semua tersangkut di tenggorokan.
Mereka berdiri dalam keheningan yang canggung. Suara roda troli berderit pelan, menjadi satu-satunya yang terdengar.
Akhirnya, Novita menarik napas lembut, lalu berkata: “Makanlah. Makanan ini masih hangat. Aku tidak ingin mengganggu tamu menikmati pesanannya.”