Seira Adam Hanida adalah Ayi Mahogra atau Ratunya Kharisma Jagat yang harus memimpin pasukan kharisma jagat di zaman modern untuk melawan Bagaskara yang menggunakan makhluk ghaib untuk mengendalikan manusia agar menyembah iblis yang dia sembah.
Untuk melawan balik, Bagaskara hendak menculik anak kedua Ayi dan menggunakannya agar bisa mewujudkan kutukan kuno, kutukan itu adalah, setiap Ayi Mahogra atau ratunya kharisma jagat, kerajaannya akan runtuh digulingkan oleh anak perempuannya sendiri. Karena itu Ayi Mahogra meminta suaminya Malik Rainan dan juga pasukan kharisma jagat membawa kabur anaknya agar selamat dari penculikan dan dia bisa menjaga umat manusia dan kerajaannya dari serangan Bagaskara.
Selama proses pelarian ini, Malik dan pasukan kharisma jagat menemui banyak kesulitan karena serangan dari Bagaskara dan pasukannya, lalu apakah mereka berhasil melindungi anak perempuan Ayi Mahogra atau dia akan menjadi anak yang terkutuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muka Kanvas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 10 : Mada 7
“Aku yakin perempuan itu pasti orang yang mereka kenal, aku tidak pernah melihat kakak menjadi selemah ini, apaan sih!” Hartino jadi geram mendengar apa yang Alka katakan.
“Sudah kubilang, seharusnya dari awal, tebas aja lehernya pakai pedangku!” Alisha menyalahkan Hartino yang menahanny sejak kemarin untuk menyerang wanita itu.
“Ada yang aneh, maksudku ini terlalu normal, tidak ada pagar ghaib, energi negatif, bayangan gelap, dia terlalu bersih untuk dianggap manusia biasa, tak ada yang bisa kita khawatirkan secara ghaib, itu artinya, kita tidak bisa menjadikan dia musuh, ini serius yang kita hadapi pelakor?” Ganding bertanya pada Alka dan yang lain.
“Kalau dia bukan manusia biasa, bisa jadi dia melucuti semua pernik ghaibnya, khodam, jika punya khodam atau bahkan karuhun jika dia kharisma jagat, tapi tetap saja, seharusnya kita bisa mendeteksi sisa energi itu, karena kita mahir melakukannya!” Alisha berkata dengan menggebu.
“Tapi, dia tidak menyerang kita, itu masalahnya.” Jarni akhirnya bicara, dia memang tidak suka bicara, kalian tahu kan.
“Yaudah, kita aja yang serang dia.”
“Cha, ini bisa jadi masalah hukum loh dan juga masalah ghaib, kamu mau di antara pengejaran kita dengan Bagaskara, kita juga dikejar pasukan Ayi karena melakukan kejahatan pada manusia?!” Hartino mempertingatkan Alisha.
“Trus kita cuma mau nunggu aja gitu?” Alisha bertanya balik.
“Iya, tidak ada jawabannya sekarang, Alisha, bersabarlah, lagian Yasa sama bapaknya di sana, ingat, dulu ketika sama Ayi Wasistha aja, Yasa tetap dalam kondisi baik, jadi jangan terlalu khawatir, tapi kita harus berjaga, bergantian, malam ini semua orang harus tetap memantau energi dari kejauhan, untuk memastikan tidak ada makhluk lain yang tiba-tiba masuk kecuali penunggu gunung, bukankah kita semua sudah menyapa mereka ketika datang ke kaki gunung ini dan akan tinggal di sini, jadi energi mereka sudah kita hapal, kecuali energi mereka, kita harus cepat-cepat datang ke rumah itu kalau mendeteksi enegi lain.” Aditia memberi perintah, tentu dia adalah ketuanya, jadi harus nurut.
Akhirnya pada pria yang akan menjaga duluan, para gadis akan menjaga menjelang pagi.
Aditia duduk di halaman bersama Hartino, terasa dingin, tapi arah pandangnya ke rumah Mada, Ganding di ruang tamu dengan bukunya.
“Kenapa ya, kok kak Malik mudah untuk percaya begitu? Padahal dia dulu orang yang paling mudah curiga, kau ingat dulu saat dia menyematkan kita di hutan sebrang AKJ, dia bahkan bisa menyerang Ayi palsu, karena tahu energinya sedikit berbeda, sangat sedikit, dia selalu curigaan dan tidak mudah dimanipulasi, lalu kenapa sekarang dia begini?” Aditia gusar.
“Apa kau pikir dia mulai berpaling? Apa mungkin jauh dengan orang yang dicintai membuatnya jadi mudah berpaling, aku rasa tidak, mungkin dia sedang mengulur waktu untuk membuktikan sesuatu, pasti itu alasannya Dit.” Hartino berusaha berpikir positif.
“Ya harusnya dia bicarakan sih ke kita, kalau nggak ada waktunya atau emang kepepet, dia harusnya kasih tanda, tapi kak Alka bilang kakak Malik dingin banget tadi, bener-bener ngusir dia, kalau di sana bahaya dan ingin Alka selamat, Kakak Malik seharusnya meminta Alka untuk membawa anaknya juga, bukannya malah menahan anak itu disitu.” Aditia membantah pernyataan itu.
“Lalu apa yang terjadi?” Hartino bertanya lagi, Aditia hanya menggeleng.
“Kalau dia manusia biasa, apa yang mungkin manusia biasa lakukan untuk menahan seseorang agar bertahan dengannya?” Ganding tiba-tiba bertanya, dia sudah keluar ke halaman.
“Hmmm, mengancamnya?” Hartino menjawab.
“Apa kakak punya tampang yang pengecut kalau diancam dia bisa nyerah semudah itu?” Aditia berkata karena tidak yakin.
“Bisa jadi Dit, ancamannya nggak cuma perkataan, bukan seperti, aku bunuh kamu ya kalau kamu pergi dari rumah, tentu kakak Malik nggak akan bisa dia tahan, kecuali, ada yang Mada ketahui atau pegang yang cukup krusial bagi kakak Malik, hingga membuat dia tidak bisa pergi, Mada memegang kartu as yang tidak bisa diabaikan oleh kakak Malik, makanya dia akhirnya menyerah pada ancaman itu.” Ganding sedang membaca buku dan ada kalimat pada buku itu yang membuat Ganding jadi terpikir soal ini.
“Kira-kira apa kartu asnya? Karena entah kenapa, aku setuju dengan yang kamu katakan, itu menjawab semua lubang pertanyaan kita, tentang tak ada energi asing yang kita rasakan, Mada hanya manusia biasa, pasti Mada melakukan hal buruk yang membuat kakak Malik akhirnya terpaksa bertahan. Tapi apa?” Aditia bingung.
“Bubuk ketamin di bambu pasti membuat kakak Malik pingsan, mungkin saat itu Mada melakukan hal tak senonoh, bisa aja kan?”
“Nding, serius, itu tuh kayak sinetron nggak sih? Murahan banget rasanya!” Hartino mencibir teori Ganding yang terasa janggal.
“Karena kehormatan laki-laki ada pada jati dirinya, bisa saja Mada sengaja melakukannya karena terpesona pada kakak Malik, dia tampan dan sangat dingin, tak heran Mada suka padanya, dia juga yang terlihat paling deewasa, Mada pasti sudah tergila-gila makanya melakukan hal itu.” Ganding membela teori yang dianggap murahan oleh Hartino.
“Katakanlah teorimu benar, lalu bagaimana cara kita tahu apa yang Mada pegang sampai kak Malik bertahan di sana?” Aditia bertanya.
“Entahlah, tapi kita bisa selidki, gimana kalau kita masuk diam-diam ke rumahnya, kalau dia hanya manusia biasa, seharusnya dia tak bisa melihat Kak Alka dalam wujud jin kan?” Ganding memberi ide.
“Ide bagus, kita bangunkan kakak dan beritahu idenya.” Hartino bersemangat, dia akhirnya membangunkan Alka, sedang yang lain jadi bangun juga, karena jujur, mereka tak benar-benar bisa tidur.
Alka mendengar rencana itu akhirnya setuju, bagaimana dia tak terpikir untuk melakukannya, kalau Mada hanya manusia biasa, dia sebenarnya lebih mudah ditangani bukan? kawanan senior baru sadar, karena fokus pada emosinya saja, mereka jadi lupa masalah utamanya yang sebenarnya memiliki jalan keluar yang ada di depan mata.
Alka lalu merubah wujudnya menjadi jin, Aditia melihat perubahan itu seungguh terpukau, dia tak pernah berhenti melihat Alka begitu menawan dalam bentuk apapun.
Alka lalu melayang ke arah rumah Mada, tanpa perlu mengetuk, Alka masuk ke rumah itu dengan menembus dinding bagian samping rumah menuju Halaman belakang itu.
Saat Alka msasuk, dia terkejut karena tepat di hadapannya ada Mada, Alka langsung menahan napas, Mada melihat ke arahnya, Alka terdiam, kalau Mada melihat, berarti dia bukan orang biasa. Alka diam terus menatap mata Mada dan akhirnya jadi sadar, Mada dan dirinya tidak saling tatap, Mada sedang mengaca, kacanya ada di dinding yang Alka tembus untuk masuk rumah itu. Alka menarik napas lega.
“Malik, tidurlah sayangku, Yasa juga sudah tidur, jangan gusar, besok aku akan katakan pada semua saudaramu itu, kalau kau akan tinggal bersamaku.” Mada berkada sambil berteriak, Malik rupanya ada di kamar, Alka kesal karena tahu Malik ternyata tidur di kamarnya Mada.
“Brengsek kau!” Alka berkata di samping tubuh Mada yang masih bercermin, dia pasti mau menggoda Malik, itu yang ada dalam pikiran Alka.
Mada langsung menengok ke arah kanan, di mana Alka berada dan berkata brengsek, Alka jadi terkejut lagi, dia merasa Mada bisa melihat, tapi saat Alka memastikan mata Mada, mata itu tidak melihat ke arah Alka, mata itu melihat ke arah lain.
Mada ternyata melihat ke arah kompor yang sedang memasak air panas, Mada akhirnya mematikan kompor itu karena air sudah mendidih. Mada lalu berjalan ke kamar. Alka melihat itu dan mengikutinya dari belakang, Mada sudah masuk ke kamar, ketika Alka akan ikut masuk, baru saja di depan pintu, tiba-tiba Mada berbalik dan berkata, “JANGAN MASUK KAMARKU.”
Alka menahan napas, Mada melihatnya? Apakah Mada melihatnya!!!
_____________________________________
Catatan Penulis :
Pelakor tuh emang nggak punya adab ya, udah tahu suami orang, masih diembat juga, udah tahu pacar orang, masih diembat juga, udah tahu tunangan orang masih diembat juga, mana tahu tuh pelakor kalau istri atau pasangan sebenarnya punya banyak impian, pelakor tuh emang hama yang harusnya segera dibumihanguskan, karena sayang hidup tapi tidak punya harga diri.
Maaf pelakor, aku menjadikanmu tema novel kali ini, semoga kalian tidak naik darah ya, aku sedih karena kalian membenci Malik. Tapi dia emang rada dungu sih di bab ini, setuju?
Jangan lupa like, coment dan follow akun Noveltoonku ya.
Jangan lupa untuk follow aku juga di :
IG : @mukakanvas
Tiktok : mukakanvas_horor
Youtube : @mukakanvas
penasaran kelanjutannya besok hehe
selalu jadi moodbooster buat aku, emak2
yg tiap hari berjibaku di rumah
hehee
semngat 💪💪