Aslan yang mengunjungi sebuah kota kecil untuk bisnis sekaligus mengobati patah hatinya justru membuat ia menikah dengan seorang gadis cantik yang bernama Nayla Putri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon penaadelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Hari ini Nayla dan Aslan akan pergi ke Jakarta. Sebelum ke bandara mereka berdua mampir terlebih dahulu ke rumah ayah Fandi.
Setelah berpamitan pada keluarganya. Nayla dan Aslan sedang berada dalam perjalanan menuju bandara. Nayla sedari tadi terlihat murung.
"Nay kamu kenapa melamun?" tanya Aslan
"Nggak kok mas. Aku hanya kepikiran tentang keluarga kamu. Apa mereka akan menerima aku?." tanya Nayla. Setelah mengetahui latar belakang keluarga Aslan entah mengapa hati Nayla menjadi takut. Ia takut keluarga Aslan tak bisa menerimanya.
"Kamu kenapa ngomong gitu. Keluargaku pasti menerimamu. Mereka semua baik kok."
"Tapi keluarga kamu bukan keluarga biasa mas. Mereka semua orang terpandang. Sedangkan aku, aku hanya gadis biasa."
Aslan mengerutkan keningnya mendengar ucapan Nayla. Entah mengapa ia tidak menyukai ucapan tersebut yang seolah Nayla merendahkan dirinya sendiri.
"Nay dari mana kamu mendapatkan pemikiran yang seperti itu?".
"Dari sinetron-sinetron yang biasa aku nonton." ucap Nayla dengan polos.
Mendengar itu Aslan tak mampu menahan tawanya. Nayla terpaku melihat Aslan yang saat ini, menurutnya Aslan semakin tampan jika tertawa namun mengapa Aslan sangat susah untuk mengeluarkan tawanya.
"Nay, itukan cuma sinetron. Kamu harus percaya sama aku mereka pasti menerima kamu dengan baik apalagi adikku."
"Emang kamu punya adik mas?"tanya Nayla
"Punya. Dia cantik sepertimu." Ujar Aslan yang membuat pipi Nayla terasa panas dan memerah seperti tomat.
"Dia pasti lucu mas. Dia kelas berapa sekarang?"
"Dia juga sudah kuliah. Satu tingkat diatasmu."
"Astaga, jadi aku harus panggil dia adik ipar apa kakak ipar mas?" Kata Nayla kaget. Ia mengira adik Aslan masih bersekolah.
"Apapun yang membuatmu nyaman."
Tak lama kemudian mereka telah sampai di bandara. Anton yang selaku asisten sekaligus supir Aslan selama berada di kota ini segera membuka pintu mobil untuk tuan dan nyonyanya itu.
"Anton saya mengucapkan terima kasih karena selama saya berada disini kamu selalu membantu banyak hal untuk saya." Ujar Aslan
"Sama-sama tuan muda."
"Saya juga mempercayakan perusahaan sama kamu. Kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk menghubungi saya."
"Baik tuan muda."
"Kalau begitu saya dan istri saya pamit dulu."
"Sampai jumpa pak Anton." Pamit Nayla sambil tersenyum kepada Anton.
"Sampai jumpa juga nyonya."
Lalu Aslan dan Nayla mulai melangkah kedalam bandara. Tangan kanan Aslan setia menggandeng tangan Nayla sedangkan tangan kirinya menarik koper berukuran sedang. Mereka memang hanya membawa satu koper itupun hanya kebutuhan penting Nayla sedangkan untuk pakaian ia tak membawa karena Aslan sudah menyiapkannya di sana.
Saat ini Aslan dan Nayla sudah dalam pesawat. Dari tadi tangan Nayla terasa dingin karena ini penerbangan pertama untuknya. Aslan menyadari Nayla yang sedang tegang itu, iapun mengambil kedua tangan Nayla dan menarik kepala Nayla ke pundaknya.
"Kalau kamu takut tutup mata saja. Aku akan bangunin kalau pesawatnya akan sampai." Ujar Aslan.
"Iyah mas." Lalu Nayla menutup matanya. Tak lama kemudian terdengar hembusan nafas Nayla yang teratur.
Hampir 2 jam perjalanan. Kini pesawat akan segera sampai ke bandara internasional Soekarno. Aslan segera menepuk pipi Nayla dengan lembut.
"Nay, kita sudah hampir sampai. Kamu bangun yah."
Nayla menggeliat mendengar suara lembut itu. Perlahan ia mulai membuka matanya.
"Mas kita udah mau sampai.?" Tanya nayla dengan muka yang masih mengantuk.
"Iyah. Kamu lanjutkan tidurmu nanti setelah kita sampai di rumah." ujar Aslan sambil merapikan rambut Nayla yang sedikit kusut.
Di dalam Bandara Aslan sudah di tunggu oleh mang Ujang selaku supir pribadi keluarganya. Setelah melihat majikannya tiba mang Ujang segera menunduk hormat sambil mengambil koper yang ada di genggaman tangan Aslan.
"Selamat datang kembali di Jakarta tuan muda."
"Hmm. Kita langsung saja pulang. Istriku butuh istirahat." Kata Aslan.
"Baik Tuan muda." Kata mang Ujang meski terkejut saat Aslan memperkenalkan seorang wanita di sebelahnya dengan sebutan istri.
Kini Aslan dan Nayla sudah berada dalam mobil. Nayla memperhatikan setiap jalanan yang mereka lalui. Ia sangat takjub karena banyaknya bangunan-bangunan yang menjulang tinggi.
"Mas di Jakarta sepertinya seru yah. Lebih ramai disini daripada di kotaku."
"Iya memang di Jakarta kota terpadat di Indonesia. Jika kita mencari keramaian maka Jakarta solusinya namun jika ingin ketenangan maka pergi dari Jakarta. Hal itulah yang terjadi padaku waktu itu."
"Emang mas ke kota B untuk mencari ketenangan? Aku kira mas ke sana karena urusan bisnis saja."
"Urusan bisnis sekaligus ketenangan."ujar Aslan.
"Ohiya aku juga sudah mendaftarkan kamu untuk kuliah. Kamu satu kampus sama adikku. Jadi kamu tidak akan sendirian selama di sana." ujar Aslan yang sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Iya terima kasih mas." kata Nayla dengan tulus.
"Sama-sama." Balas Aslan.
Lalu Nayla kembali melihat pemandangan dari kaca mobil.
Beberapa menit kemudian mereka sampai di depan gerbang yang menjulang tinggi rumah keluarga Aslan.
"Mas ini rumah kamu?" tanya Nayla dengan takjub.
"Bukan, ini rumah papaku."
"Sama saja. Yang jelas kamu tinggal di sini."
Kemudian mereka masuk kedalam rumah mewah tersebut dengan saling berpegangan tangan. Begitu sampai di ruang tamu merasa disambut teriakan dari gadis cantik yang Nayla yakini sebagai adik Aslan.
"Kak Aslan... OMG aku kangen banget."lalu mereka saling berpelukan.
"Kakak juga kangen sama kamu."
"Aslan kamu sudah datang nak." Ujar wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik dan awet muda. Aslan lalu melepaskan pelukan adiknya dan beralih memeluk sang mama.
"Iyah ma, Aslan pulang." Wanita paruh baya tersebut tak mampu menahan rasa harunya sampai-sampai ia menitikkan air mata.
"Mama tau kamu nggak mungkin tinggalin keluarga kamu. Kamu pasti akan pulang dan firasat mama benar kamu sekarang ada dihadapan mama nak." ujarnya.
Lalu sang mama beralih menatap wanita cantik yang ada di belakang sang putra.
"As, perempuan cantik ini siapa?" tanya sang mama. Kemudian Aslan melepaskan pelukan mamanya dan menatap Nayla yang saat ini terlihat gugup. Aslan lalu memegang tangan Nayla.
"Nay kenalin ini mamaku namanya Nadia dan ini adik aku satu-satunya bernama Shila."ujar Aslan yang hanya di balas senyum oleh Nayla.
"Ohiya ma papa kemana ada hal penting yang ingin aku sampaikan." Tanya Aslan yang tak melihat keberadaan sang papa.
"Papa kamu lagi diruang kerjanya. Tunggu mama panggilkan." Lalu mama Nadia pergi ke ruang kerja sang suami dengan wajah yang sangat bahagia. Wanita paruh baya itu bahagia karena akhirnya sang anak sudah kembali ke Jakarta dan tak berniat pergi lagi.
Tak lama kemudian ia dan sang suami kembali ke ruang tamu.
"As, kamu sudah tiba nak?" Tanya sang papa sambil memeluk sang putra.
"Bagaimana kabarmu. Mengapa kamu sangat betah di kota B. Sampai-sampai tak ingat pulang."
"Yang seperti papa lihat. Aku baik-baik saja selama disana.ohiya karena semua sudah berkumpul maka saya ingin memberi tahu tentang siapa wanita di samping aku ini." ujar Aslan.
"Ma,pa, Shila perkenalkan namanya Nayla Putri dia istri Aslan."lanjut Aslan
Mendengar itu semua keluarganya terkejut. Mengapa tiba-tiba Aslan pulang dengan membawa istri.