Freya, seorang gadis ceria dan penuh ambisi memiliki sifat layaknya seorang remaja pada umumnya. Gadis itu sangat mengidolakan Arvin Mahardika, seorang aktor sekaligus model yang sangat tampan, sehingga tak heran jika dirinya memiliki banyak fans fans dari kalangan seusianya. Namun, dari sekian banyak fansnya, hanya satu yang bikin sang aktor pusing, yaitu Freya. Gadis yang menurutnya memiliki gangguan jiwa karna kelakuannya yang menurutnya terlalu berlebihan sebagai seorang fans. Segala cara ia lakukan agar gadis itu berhenti mengejarnya, mulai dari sifat tegasnya sampai mempermalukannya di media hingga membuat Freya sempat menyerah. Namun, tak sengaja ia mendengar percakapan salah satu seorang aktor yang merupakan sahabat dekat sang idola, membuatnya bertekad menyelamatkan sang idola sekaligus pujaan hatinya. Berbagai cara ia lakukan agar bisa memantau kegiatan sang idola, sampai pada akhirnya ia memilih pergi dan menjauh dari kehidupan Arvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rezqhi Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Camping
Hari yang telah di tunggu-tunggu Freya telah tiba. Gadis itu tampak semangat bersiap-siap naik gunung. Semua perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkannya sudah ia siapkan sejak malam. Senyuman yang manis pun tampak menghiasi wajah mungilnya karena membayangkan rencananya mendekati Arvin akan berhasil. "Yaelah, senyum Mulu dari tadi. Udah siap belum, gue tinggal nih," ucap Gleen yang nongol dibalik pintu kamar sang kakak sepupu.
"Jangan donk, gue udah siap dari tadi nih. Tinggal nungguin Anya doang, dia buang air kecil dulu," ucap Freya. Tak lama kemudian gadis yang bernama Anya muncul dari toilet yamg ada di kamar itu. "Hehehe, maaf lama guys. Gue udah siap kok," ucap Anya nyengir tanpa dosa.
"Yaudah, yuk berangkat sekarang. Nanti kita ditinggalin," kata Gleen sambil keluar dari kamar kedua gadis itu.
"Kalian udah mau berangkat ya, biar mama yang antar kalian ke titik kumpul ya," tawar Tante Rita saat melihat Gleen keluar lengkap dengan peralatan yang akan dibawahnya, disusul oleh Freya dan Anya yang melakukan hal yang sama.
"Makasih tante, maaf ya ngerepotin tante mulu," ucap Freya nyengir.
"Ishh kamu nih Frey, kek sama siapa aja," ucap tante Rita sambil tersenyum manis.
"Tante emang the best deh," ucap Freya lagi sambil mengacungkan kedua jempolnya.
"Yaudah, tante panasin mobil dulu ya," ucap tante Rita lalu keluar.
"Lu gak capek apa senyum mulu dari," tegur Anya yang nampak bosan melihat sahabatnya dari tadi senyum-senyum sendiri. Bukan apanya, gadis itu takut saja jika sahabatnya kerasukan yang mengakibatkan gadis itu senyum-senyum mulu. Membayangkan hal itu saja, membuat bulu kuduk gadis itu berdiri.
"Biarin aja kak, biarin si ratu halu itu senyum-senyum sendiri. Entar dia sendiri yang di kata-katain orang gila sama orang-orang, terlebih-lebih sama Arvin. Biar si Arvin makin ilfil sama ratu halu ini," ucap Gleen dengan nada sindiran.
"Amit-amit, jahat banget lu. Mau durhaka lu ma gue," ucap Freya tak terima dengan ucapan adik sepupunya itu. Pasalnya ia tidak mau kalo si Arvin makin ilfil sama dia. Semoga aja hal itu tidak terjadi.
***
"Asyik banget nih, jarang-jarang kita naik gunung gini. Semoga aja nanti ada sinyal, biar gue bisa live streaming. Kan lumayan," ucap Ryan dengan semangat.
"Semangat banget lu Yan, semoga aja diperjalanan nanti kaki lu masih bisa di ajak kerjasama ya," ledek Raka.
"Enak aja lu kata, gue ini kuat kok. Mendaki doang mah, kecil bagi gue," sombong Ryan.
"Gak percaya gue," ujar Raka yang meremehkan Ryan.
"Yee, di kasih tau juga malah tidak percaya. Tanya aja sama si Arvin, ya kan Vin," kata Ryan sambil mencolek Arvin. Sedangkan Arvin, cowok itu mengangkat kedua bahunya acuh.
"Tuh kan, Ar-,"
"Halo guys, Freya yang cantik, manis, dan tidak sombong ini sudah datang. Maaf membuat kalian semuanya menunggu," ucap Freya yang tiba-tiba muncul dengan hebohnya memotong ucapan Raka.
Mendengar itu, semua orang yang disitu balik arah menuju ke sumber suara. Semuanya heran akan kehadiran ketiga manusia yang baru saja muncul ditengah-tengah mereka. Terkecuali pak sutradara. Pria itu sudah tahu bahwa mereka juga ikut, dia sengaja tidak memberitahu semua artis dan kru yang bekerja sama dengan dirinya karena Freya meminta hal itu.
"Eh kalian juga gabung ya?" tanya Raka.
"Jelas lah, kan ini ide gue. Ya nggak pak sutradara?" jelas Freya sambil tersenyum dan mengacungkan jempolnya ke arah pak Sutradara. Sementara pak sutradara yang mendengar itu cuma membalas acungan jempol Freya.
Arvin yang mendengar itu membulatkan matanya terkejut, namun dengan cepat cowok itu mengubah kembali ekspresi wajahnya menjadi netral. 'Sial, niatnya ingin hindari dia. Eh malah dia yang ngerencanain ini,' gerutu Arvin dalam hati.
"Karena semuanya sudah lengkap, kita lansung mulai mendaki yuk. Jangan lupa membaca doa dulu sesuai kepercayaan masing-masing. Ingat, disepanjang perjalanan jangan bercanda berlebih. Jangan menegur hal-hal aneh yang kalian temui. Karena kita belum kenal tempat ini. Paham semuanya!" ucap pak sutradara dengan tegas.
"PAHAM!!!" balas semua orang yang ada disitu dengan serentak. Mereka pun mulai melakukan hal yang di arahkan oleh pak sutradara.
"Hai Arvin, kita ketemu lagi deh. Kita bareng ya," tawar Freya dengan senyum khasnya. Namun cowok itu menatapnya malas dan mulai melangkah meninggalkan Freya.
"Ih Arvin, kok aku ditinggal sih," ucap Freya dengan wajah kesalnya. Gadis itu pun melangkahkan dengan cepat berusaha mengimbangi langkah cowok di depannya itu.
"Arvin, jangan cuek-cuek donk sama calon masa depan," cerocos Freya lagi setelah berhasil bersejajar dengan cowok itu.
Sementara Arvin, cowok itu malah mengeluarkan earphone miliknya dan memasangkannya dikuping cowok itu. Tak lupa ia sambungkan dengan musik offline di ponselnya. Melihat hal itu, Freya memajukan bibirnya dan tetap melangkah berusaha mengimbangi langkah Arvin yang menurutnya sangat cepat.
Anya dan Gleen yang melihat itu menggeleng-gelengkan kepalanya takjub melihat Freya tetap kekeh mengejar cinta sang artis papan atas itu walau sudah jelas ditolak mentah-mentah oleh cowok itu.
"Sepupu lo benar-benar ajaib ya Len, kalo cewek lain udah ditolak mentah-mentah gitu pasti udah mundur," ucap Anya sambil menatap ke arah Freya dan Arvin.
"Kak Freya gitu loh, sedari dulu mah Kak Freya memang gitu. Kalau ada hal yang di inginkan, pantang baginya menyerah sebelum mendapatkan hal tersebut," jelas Gleen.
"Wih, ajaib donk. Jarang-jarang tuh ada cewek kek gitu. Coba gue yang ditaksir Freya. Gue dengan senang hati akan terima cintanya," ucap Ryan yang tiba-tiba nongol di tengah-tengah Gleen dan Anya sambil merangkul pundak kedua orang tua itu seraya menatap kedua manusia berlawanan jenis di depannya dengan tatapan yang tajam dan sulit di artikan.
"Lo gak cemburu ya Ras melihat mereka?" tanya Raka pada Laras. Kedua remaja itu berjalan beriringan di belakang Gleen, Anya, dan ditambah Ryan. Walau dibelakang, mereka berdua masih bisa melihat dengan jelas kelakuan Freya terhadap Arvin.
"Nggak kok, ngapain cemburu. Orang aku dan Arvin tidak ada apa-apa," jawab Laras dengan sedikit tawa.
"Kan katanya lu cinlok ma Arvin," ujar Raka.
"Itu mah cuma gosip-gosip doank. Biasa, cara orang-orang agar dapat cuan dengan cara instan. Kamu kek baru saja di dunia entertainment. Kan hal begini biasa terjadi," jelas Laras lagi.
"Tapi lu beneran ada rasa ma dia?" tanya Raka was-was. Takut membuat Laras tersinggung.
"Tidaklah, kita berdua cuma profesional. Kamu tidak lihat itu, orangnya cuek begitu. Mana ada yang betah sama dia," ucap Laras lagi sambil menunjuk Arvin dengan dagunya.
"Ya ada kok. Tuh Si Freya, walau di jutekin, di judesin, di cuekin tetap aja betah tu memperjuangkan cintanya," kata Raka.
"Ya itu Freya, bukan aku," ucap Laras sambil tersenyum. Gadis itu kemudian mengeluarkan ponselnya dan membuat video mentahan untuk diedit nanti jika sudah pulang dari acara camping ini.